37. Undecided

32.9K 1.7K 318
                                    

"Feelings of doubt in choosing decisions that will be made by someone in almost all aspects of their life."

-Undecided

___________________________________

Pesta pembukaan hotel Michael selesai tepat pukul tengah malam. Peluncuran kembang api yang begitu meriah menutup acara itu dengan sempurna. Para tamu undangan yang hadir pun bersorak sorai saat kilatan cahaya di atas langit mulai berterbangan—membentuk formasi beragam yang membelah langit malam. Suara ledakan yang bercampur dengan kegembiraan tentu menciptakan kebisingan yang memekakan indera pendengaran. Ya, pesta kaum borjuis memang selalu seperti itu. Tiada detik tanpa suara tawa dan dentingan gelas berisi alkohol.

"Pulang sekarang?" tanya Louis saat mereka selesai berpamitan dengan Michael dan Tatiana. Lilly yang sudah lelah karena mengikuti rangkaian acara pesta sejak siang pun mengangguk dan mengamit lengan kekar Louis untuk bersandar.

"Hmm," gumam Lilly. Mereka berdua akhirnya keluar dari dalam hotel untuk kemudian berjalan menuju basement parking area.

"Ayo masuk Lilly," ujar Louis begitu mereka sampai di mobil. Lilly pun mengangguk. Namun, saat ia akan masuk ke dalam mobil, matanya tidak sengaja berpapasan dengan Theodore Alford yang saat itu yang juga sedang berjalan menuju mobilnya. Netra abu kebiruan milik pria itu bertabrakan sepersekian detik dengan netra cokelat Lilly yang sayu.

Kilas balik pertemuan singkat mereka di dalam toilet tadi siang, jelas mengundang kebimbangan tersendiri bagi Lilly. Ada banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya. Mencoba menepis semua hal yang menganggu, Lilly lantas masuk ke dalam mobil dan Louis pun menutup pintu mobilnya. Setelah Lilly masuk, barulah Louis menyusul masuk ke dalam mobil dan mulai menjalankan mobilnya—meninggalkan hotel yang menjadi saksi biksu atas "lamaran" tidak langsung Theodore Alford.

Sepanjang perjalanan, baik Louis maupun Lilly sama-sama bungkam—membiarkan kesunyian malam menenggelamkan mereka dalam isi kepala yang berantakan. Sesekali Louis akan melirik ke arah Lilly yang menyandarkan pelipisnya di kaca jendela. Raut lelah bercampur kegundahan jelas terpatri di wajah cantik kekasihnya.

Louis sengaja membiarkan Lilly larut dalam pikirannya agar dia bisa menenangkan diri dari segala sesuatu yang membuatnya tertekan saat di pesta tadi. Bukan tanpa alasan, Louis melakukan itu karena ia tahu, bahwa pendirian Lilly telah goyah—kebenciannya memudar bersamaan dengan hatinya yang menuntun kembali kepada seorang Theodore Alford.

Louis mengetahui semuanya.

Dia peka dengan keadaan sekitar hingga perubahan sekecil apapun akan terlihat jelas di matanya.

"Kamu ingin kembali pada Alford?" Pertanyaan singkat tiba-tiba saja terlontar dari mulut Louis di tengah-tengah perjalanan mereka yang hampir mencapai tujuan. Mendengar itu, Lilly yang sedang larut dalam pikirannya pun mengerjapkan mata.

"Apa kamu akan merelakanku jika aku menjawab ya?" Lilly menyahuti pertanyaan Louis dengan sorot mata sayu yang terarah pada pemandangan di luar. Tak lama, Louis terkekeh pelan sebelum menjawab, "Tidak, tentu saja." 

Mendengar jawaban defenitif itu, Lilly lantas menoleh ke arah kekasihnya yang masih terfokus dengan kemudi. "Kalau begitu kenapa kamu bertanya?" tanya Lilly dengan sedikit kesal. Louis pun mengedikkan bahu acuh. "Entahlah, aku hanya penasaran saja," jawabnya, dan tak lama mereka kembali hanyut dalam kebungkaman.

Begitu keheningan kembali melingkupi mereka, Lilly pun berniat  memberi tahu Louis bahwa dia telah bertemu dengan Theodore saat berada di dalam toilet. Lilly bermaksud mengatakan bahwa dia dan Theodore telah terlibat percakapan yang telah membuatnya  jatuh kembali ke dalam nestapa nurani.

The Escapes of MistressOn viuen les histories. Descobreix ara