17▫️ Menangis

83 38 96
                                    

Di apartemen, Leon baru bangun tidur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di apartemen, Leon baru bangun tidur. Berjalan menuju meja makan. Sesampainya, ia menuangkan air putih ke gelas beling transparan.

Saat itu juga, ia mendengar bell apartemen nya berbunyi. Leon langsung beranjak menuju pintu lalu membukanya.

"Selamat pagi!"

Sambut gadis remaja mungil berambut sebahu. Ia tampak membawa empat bungkus makanan, masing-masing kedua tangannya memegang dua bungkus makanan yang entah isinya apa. Kedua tangannya itu terangkat sejajar dengan kepalanya. Untuk menunjukan nya kepada Leon.

Leon terkejut, dari mana Enzi tahu tempat tinggalnya.

Kini Leon serta gadis remaja itu duduk di meja makan berhadapan. Enzi menyantap kentang goreng dan burger. Sedangkan Leon menatap Enzi seakan menyelidik.

"Tahu dari mana aku tinggal di sini?"
Tanya Leon, memasang wajah serius.

"Aku pasti tahu. Aku kan detektif."
Canda Enzi.

Leon membuang muka. Enzi memang susah untuk di ajak serius.

"Sejak kapan kamu minum alkohol?"
Tanya Leon mengintimidasi.

Seketika badan Enzi kaku. Ia baru teringat kalau Leon sudah mengetahui kebiasaan buruk nya baru-baru ini.

"Enzi, mengonsumsi alkohol itu tidak baik. Kenapa kamu bisa meminumnya sampai se mabuk itu?"
Tanya Leon, ia masih kecewa tak seharusnya Enzi terjerumus pergaulan bebas.

"Aku tidak tahu harus berlari kemana lagi kak. Orang tuaku selalu meninggalkanku. Mereka selalu sibuk dengan dunia nya tampa memperdulikanku. Aku juga butuh perhatian mereka..." Ungkapan Enzi terjeda, matanya mulai berkaca-kaca menatap Leon "... sejak kak Leon pergi, ya sejak kak Leon pergi aku mulai meminum alkohol." Lanjutnya sembari membuang muka, lalu menunduk dan mengusap air mata sebelum membasahi pipinya.

Leon menatap Enzi begitu pekat dan kasihan sekaligus merasa bersalah. Ia tersadar, selama ini Enzi selalu berlari padanya. Meluapkan semua kesedihannya, hanya pada dirinya.
Dan hanya dirinya lah penyembuh luka Enzi.

Leon beranjak dari kursinya, menghampiri Enzi, lalu merangkulnya.

Kini enzi tak kuasa menahan tangis nya, di rangkulan Leon.

Seandainya kak Leon tidak pergi. Mungkin aku tidak akan melampiaskan emosiku pada minuman itu.. batin Enzi.

"Aku mohon. Kak Leon jangan pergi lagi, tetaplah disini. Hanya kak Leon yang mengerti aku."
Ucap Enzi. Masih di rangkulan Leon.

Kali ini tatapan Leon kosong. Ia teringat pesan Fika beberapa hari lalu di lokasi syuting. Yang menyarankan nya untuk kembali ke pondok untuk berpamitan pada bapak kiyai Yahya. Di sisi lain, Leon juga masih penasaran dengan gelang yang di pakai Syifa. Apakah gelang itu memang separuh gelang milik Dani?

***

Motor ninja putih melaju cepat, mendahului angkot yang di tumpangi Syifa dan beberapa santri putri lainnya, menuju sekolah.

Gadis yang Berbeda (On Going)Where stories live. Discover now