𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟒𝟑 ☘️ [𝐄𝐍𝐃]

23K 1.7K 170
                                    

"Happy birthday to you." Bisikan lembut itu seakan menarik Asher dari alam mimpi. Matanya mengerjap pelan sebelum terbuka secara perlahan. Sedikit mengeryit kala sinar lampu terasa menusuk mata. Mengucek matanya lalu duduk menyandar. Menatap satu persatu orang yang berdiri di sekitarnya terutama Max yang duduk di tepi ranjang dengan kue ulang tahun di tangannya.

"Daddy," lirih anak itu pelan, Max tersenyum lembut lalu membubuhkan kecupan di pipi bungsunya itu.

"Ayo make a wish dulu terus tipu lilinnya," ujar William membuat Asher mengangguk antusias. Menutup mata dan menyatukan tangannya. Mengucapkan bebeberapa kalimat yang dia inginkan.

"Ya Tuhan, aku tidak banyak meminta. Hanya selalu bersama mereka saja aku akan bahagia." Harapan yang terucap diiringi beberapa doa. Velvet blue itu kembali nampak menerbitkan senyum di wajah mereka.

Lilin ditiup dan padam membuat Asher bertepuk tangan kecil. Max terkekeh pelan lalu menarik bungsunya untuk dia peluk setelah meletakan kue di nakas. Menghirup dalam-dalam aroma manis yang menyegarkan.

"Aku bukan ayah yang baik, apalagi sempurna. Tapi aku akan selalu membimbingmu untuk melangkah ke masa depan. Aku yang akan menompang saat kamu jatuh, tolong nak andalkan aku dalam setiap langkahmu," ucap Max di sela pelukan mereka. Asher mengangguk samar. Mendengar ketulusan dalam setiap kata yang Max ucapkan membuat air matanya tidak bisa di tahan.

"Jangan menangis, ini hari bahagiamu. Aku ingin melihatmu tersenyum seharian penuh." Vorxe menunduk seraya meraih jemari mungil sang adik untuk dia genggam. Asher mengukir senyum membalas genggaman sang kakak dengan erat.

"Terimakasih kakak," ujarnya pelan, Vorxe terkekeh lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah gelang silver polos namun terlihat indah. Tidak mencolok dan cocok digunakan laki-laki. Memasangkannya di lengan sang adik lalu mengecup lembut punggung tangannya.

"Ini terlihat sederhana, tapi aku merancangnya sendiri, jadi dapat di pastikan gelang ini dibuat dengan cinta." Asher terkekeh pelan mendengar ucapan sang kakak. Menarik pelan tangan sang kakak bermaksud agar pemuda itu mendekat padanya. Vorxe yang memang peka pun mendekat. Kecupan singkat dia Terima dari adik manisnya.

"Hadiahnya cantik, aku suka." Kini Vorxe yang terkekeh. Asher melerai pelukannya dengan sang ayah. Lalu menatap mereka satu per satu. Ada ketiga kakaknya, William, Frederick, Arthur dan Lexy.

Senyumnya mengembangkan sempurna membuat mereka yang melihat anak itu tidak bisa untuk tidak tersenyum. Senyuman tulus yang jarang ah bahkan tidak pernah mereka tunjukkan pada siapapun.

"Terimakasih semuanya," ujarnya semangat. Max mengusak rambut bungsunya itu yang terlihat berantakan karena baru bangun tidur. Tapi tidak dipungkiri anak itu tetap terlihat manis.

"Sebagai hadiah, besok pagi kita akan ke pantai bagaimana?" Asher nemekik girang dan langsung melompat ke pelukan Arthur mendengar ucapan pamannya yang satu itu. Mereka menggeleng. Anak itu benar-benar berbeda. Secara perlahan sifatnya yang dulu kembali, rengekan manjanya yang dulu mereka anggap mengganggu kini malah terdengar merdu. Ah semuanya sudah baik-baik saja...

☘️☘️☘️

"Kakak! Basah ih!" Pekikan anak itu mengudara kala Marchell dengan sengaja mencipratkan air pada adik bungsunya itu. Bukan merasa bersalah justru dia malah tertawa membuat Asher segera membalasnya. Menyiram kakak keduanya itu dengan brutal.

Sean hanya bersedekap dada menatap keduanya, dengan Vorxe yang asik dengan dunianya. Sepertinya inner child anak itu keluar. Melihat bagaimana khusunya Vorxe berkutat membuat istana pasir. Sean tersenyum simpul melangkah mendekat pada Vorxe.

𝐒𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞 [Proses revisi]Where stories live. Discover now