𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟑𝟗 ☘️

12K 1.3K 77
                                    

"Asher! Dimana kau anak nakal!" Teriakan William menggema di mansion utama Torricely. Pemuda itu berlari mengejar kelinci nakal yang baru saja mengirimkan pesan romantis menggunakan handphone William pada sekertaris barunya. Ya Tuhan mau di taruh dimana wajah tampannya ini.

Sedangkan tersangkanya tengah menumpang bersembunyi di kamar kakak sulungnya. Ah ralat, anak itu bukan hanya mengungsi tapi juga merusuh di sana. Membuat Sean yang tengah membaca dokumen-dokumen penting fokusnya buyar seketika. Kamarnya tiba-tiba dirusuhi kelinci liat yang sekarang malah asyik guling-guling di ranjang. Dengan mulut yang penuh dengan kukis.

Sean memijit pelipisnya, pening dia menghadapi tingkah adik bungsunya yang semakin hari semakin aktif saja. Sean jadi curiga jangan-jangan adiknya kerasukan arwah kelinci? Ah sudahlah lupakan pemikiran di luar prediksi ramalan cuaca Sean itu.

"Kakak, ini aku makan semuaaaa." Sean menghembuskan nafas kasar menatap sang adik yang asik di posisinya. Mulut anak itu penuh dengan kukis yang sebenarnya milik Sean, tapi yasudahlah. Mau marah juga mana tega dia.

"Kakak!" Sean berdehem saja menanggapi ocehan adik manisnya itu. Tangannya kembali fokus membuka lembaran-lembaran dokumen di hadapannya.

"Kakak! Kakak~" anak itu merengek Kala sang kakak malah kembali sibuk dengan pekerjaannya. Sean lagi-lagi harus menebalkan kesabarannya.

"Ada apa?" Tanyanya tanpa menoleh, Asher mendengus. Memasukan dua buah kukis sekaligus ke mulutnya membuat pipinya menggembung lucu. Langkahnya dia bawa mendekati si sulung. Kedua tangan mungilnya meraih pipi Sean lalu menghadapkan wajah itu padanya.

"Kakak, aku disini! Bukan disana~" Sean terkekeh, meraih tangan sang adik lalu mengecupnya.

"Adikku merajuk huh?" Asher mencebik kesal Kala sang kakak malah bersikap menyebalkan. Anak itu menghentakkan kakinya kesal lalu bersiap pergi namun dengan sigap Sean menarik pinggangnya hingga sang adik jatuh terduduk di pangkuannya.

"Adikku ini kenapa?" Tanya Sean seraya memeluk erat tubuh sang adik yang rasanya semakin hati semakin berisi saja. Tentu saja Sean hanya mengungkapkannya dalam hati karena jika diucapkan secara langsung anak itu akan marah.

"Tidak tau, " sahutnya dengan nada ketus membuat Sean terkekeh. Meletakkan dagunya di bahu sang adik.

"Menggemaskan sekali." Asher mendelik tajam, mencubit cukup keras lengan kekar sang kakak yang melingkar apik di pinggangnya.

"Apanya lucu?!" Sean tersenyum, mencuri kecupan di pipi sang adik.

"My baby," sahut Sean santai membuat kedua alis Asher bertaut bingung. Sejak kapan kakaknya punya bayi? Jangan-jangan kakak sulungnya itu menikah tanpa sepengetahuan dirinya. Wah tidak bisa dibiarkan ini. Masa dia kelewatan acara makan gratis? Sungguh tidak adil.

"Kakak punya bayi? Ko gak bilang! Kapan nikahnya, terus mana istrinya?" Mendapatkan pertanyaan beruntun membuat sulungnya Max itu tertawa. Membalik posisi sang adik hingga berhadapan dengannya. Menangkup kedua pipi bulat itu dan sedikit menekannya hingga membuat bibir sang adik mengerucut lucu.

"You're my baby," sialan. Beragam umpatan Asher lontarkan dalam hati. Wajahnya memerah maka dengan segera anak itu menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang kakak. Dia yang mudah tersipu dan Sean yang pandai merayu.

Keduanya terdiam cukup lama hingga tiba-tiba pertanyaan yang selama ini selalu terbesit di fikirannya terucap begitu saja.

"Kakak, kenapa masih betah sendirian?" Sean sedikit terhenyak namun kemudian pemuda itu mengulas senyum simpul. Meletakan dagunya di puncak kepala si bungsu yang asik mendusal di dadanya.

𝐒𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞 [Proses revisi]Where stories live. Discover now