𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟏2 ☘️

30.6K 2.5K 16
                                    

Karena ini weekend Asher memilih untuk bersantai di bagian belakang mansion, ada taman yang dilengkapi dengan kolam hiasan yang ditengahnya ditempati patuh seorang wanita yang dialiri air, sejauh mata memandang Asher bisa melihat jajaran pepohonan, dia sampai menganga melihatnya. Otak jenius nya tiba-tiba chaos memikirkan seberapa luasnya mansion max ini? Ah daripada itu lebih baik kita nikmati hari minggu yang cerah ini.

Pukul 9 kurang 10 menit kira-kira, Asher bersama ayah dan tiga kakaknya bersantai ria di gazebo, seperti biasa Max dengan kopinya dengan pandangan tak lepas dari laptop. Sedangkan tiga kakaknya Asher pasrah saja mengikuti kemauan sang adik yang menyuruhnya ini dan itu.

Niatnya mereka akan keluar, tapi setelah sarapan tadi si bungsu menarik mereka kesini. Mereka sih tidak keberatan, justru senang bisa menghabiskan waktu dengan adik kesayangan mereka.

"Ayo yang bener barisnya, Kak Sean disini!" Asher menarik dan berusaha mengatur posisi kakak-kakaknya. Mereka di buat berjajar dengan Sean di ujung kanan, Marchell ditengah lalu Vorxe di ujung kiri. Entah apa yang akan anak itu lakukan.

"Nah pinter deh," ucap Asher seraya tersenyum bangga. Dia berbalik mendekat ke arah Jonathan yang stay di dekat pintu, anak itu membisikan sesuatu. Jonathan nampak mengangguk sekilas lalu pergi. Yang mana hal itu tak luput dari pandangan ketiga kakaknya, membuat tiga pemuda itu menatap seolah bertanya.

Asher kembali mendekat ke arah mereka. Anak itu tersenyum dengan lebarnya membuat mereka semakin heran saja.

"Kalian tutup mata coba, jangan buka sebelum aku nyuruh!" lagi ketiga pemuda itu menurut tanpa bertanya membuat Asher bertepuk tangan kecil.

Tak lama Jonathan nampak kembali dengan paper bag hitam di tangannya, menyerahkan segera pada Asher lalu kembali ke tempatnya setelah membungkuk sekilas.

Asher membuka paper bag itu dan meraih isinya, menatap satu per satu kakaknya yang masih berdiri tegap dengan mata tertutup. Anak itu sedikit teekikik.

"Kakak~" panggilnya dengan sedikit rengekan kecil. Ditanggapi deheman oleh ketiga titan itu.

"Menunduk sedikit." lagi ketiga pemuda itu hanya patuh pada adik kecil mereka. Asher mendekat pada kakak sulungnya terlebih dahulu, memakaikan kalung berwarna silver dengan liontin membentuk huruf S, lalu pada marchell dengan liontin berbentuk huruf M dan V untuk Vorxe. Asher tersenyum hangat, mengecup pipi ketiga kakaknya bergantian.

"Sudah," cicitnya pelan. Ketiga kakaknya membuka mata dengan senyum lebar. Memandang kalung di masing-masing leher mereka yang nampak begitu indah. Menatap Asher yang juga menatap ke arah mereka dengan senyuman yang menawan. Tanpa basa-basi ketiganya menghambur memeluk si bungsu. Menggumamkan kata terimakasih bersamaan yang membuat senyuman Asher semakin lebar.

Dia membeli kalung itu saat jalan bersama William dan tiga sepupunya itu. Niatnya akan memberikan langsung, namun karena kesibukan masing-masing jadilah dia baru sempat memberikannya. Asher senang jika kakak kakaknya itu suka.

Max, pria itu diam-diam memperhatikan semua nya. Mengusap sudut matanya yang berair. Terharu dan bangga rasanya melihat interaksi ketiga putranya. Dihadapan patung cantik yang berdiri kokoh seolah ikut tersenyum menyaksikannya. Esmeralda, itu adalah patung Esmeralda. Yang Max buat khusus ketika hari jadi pertama pernikahan mereka. Yang kini menjadi pengingat sekaligus lambang cinta sejati Max untuk Esmeralda.

"Esme apa kau merasakan hal yang sama disana? "

. ️☘️☘️☘️ .

Hafsa, bocah itu mengendap-endap di area dapur. Melirik maid yang tengah menyiapkan minuman dan camilan yang dapat dia tebak untuk Asher dan yang lain. Dia tahu dan sempat mengintip dari balkon. Mereka tampak bahagia sekali membuat api cemburu dalam dirinya menggebu-gebu. Maka ide dari sang mami yang sempat dia kubur dalam-dalam kembali ke permukaan.

𝐒𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞 [Proses revisi]Where stories live. Discover now