𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟔 ☘️

37.4K 3K 92
                                    

Ruangan dengan cahaya remang itu nampak mencekam, seorang pria berdiri angkuh dengan sebelah kaki beralaskan sepatu hitam mengkilap itu menginjak tegas dada seseorang yang nampak terkapar lemah tak berdaya. Wajahnya penuh dengan luka lebam dan beberapa bagian yang berdarah. Namun, hal itu sama sekali tidak menarik simpati si pria yang malah semakin menekankan kakinya membuat nafas lemah dari sosok di bawahnya tersendat. Bahkan darah nampak memaksa keluar dari mulutnya yang nampak robek mengerikan.

"Inilah cara kerjaku Dharma!" sentakan tegas dengan nada yang datar, suara berat yang terdengar menakutkan itu meluncurkan dari bibir si pria.

Menendang kasar tubuh yang hampir kehilangan nyawa hingga terpental dan berakhir naas membentur tembok kusam yang berpulaskan pola abstrak berwarna merah. Khas darah manusia.

Melihat pemandangan itu, membuat sudut bibirnya terangkat. Menampilkan seringaian menakutkan bagi siapa saja yang melihatnya.

"Seth, bereskan!" pria itu melepas jas abu-abu yang melekat pas di badannya, lalu melempar benda itu asal. Ada cipratan darah dari orang yang baru saja meregang nyawa karena ulahnya. Dan dia tidak suka.

Duduk dengan santai pada sofa yang berada di pojok ruangan, mematik benda bernikotin lalu menyesapnya. Menumpang kaki dengan angkuh memandang datar pemandangan sempit di depannya. Tidak ada hal menarik disini, selain sebuah lorong gelap dengan jajaran pintu hitam di samping kiri dan kanan. Sebuah lampu gantung berwarna merah gelap seakan menambah kesan misterius tempat ini.

Hawa pengap dan baru amis darah yang menyengat benar-benar tidak menganggu pria itu sama sekali. Bahkan kini dengan santainya dia menuangkan whiskey pada gelas kaca favoritnya. Menegak dengan santai. Menjilat bibirnya seolah tidak membiarkan setetespun raip dari indra perasanya.

"Sedang apa bungsuku Ren?" pria yang dipanggil Ren itu dengan sigap membuka laptop yang memang selalu dibawanya. Mengetikkan sesuatu di sana lalu membalik layar laptopnya pada pria itu. Membuat lagi lagi seringaian setan itu muncul.

"Bukankah putraku terlihat cantik Ren?" netra tajam itu menghunus santai pria di hadapannya. Membuat Ren mengangguk sopan seraya tetap menjaga pandangannya. Titah mutlak sang Tuan yang tidak mengijinkan siapapun memandang putra bungsunya secara terang-terangan. Aturan yang diserukan baru-baru ini.

"Tentu saja Max, dia kekasihku." Max, si pria yang asik memandang datar layar menampilkan aktifitas bungsunya itu kontan menoleh. Siapakah makhluk kurang ajar yang berani mengklaim bungsunya itu kekasih. Netranya menggelap mendapatkan presensi orang yang sudah lama tak terjangkau pandangannya.

William Danne Torricely, adik satu-satunya. Yang paling berani terhadapnya. Pemuda yang 2 tahun lebih tua dari putra sulung Max itu bisa dibilang yang paling imbang dibanding kedua kakak Max. Meskipun sebenarnya semuanya sama saja. Sama-sama iblis bermulut manis.

Louis Doutch Torricely, yang kini merupakan pemegang tahta tertinggi di organisasi mafia Torricely ini. Menikahi wanita berdarah Spanyol dan melahirkan 4 orang putra. Frederick Driz Torricely si sulung yang menikah dan memiliki putra kembar. Lalu Arthur Dom Torricely putra keduanya dengan seorang putra. Lalu Maxime Dawn Torricely putra ketiganya dengan 4 orang putra dan terakhir di bungsu William Danne Torricely yang masih lajang.

Louis merupakan pewaris ke 11 dari Torricely Family. Dan nantinya tahta akan jatuh pada siapapun putranya yang dia rasa mampu melanjutkan kepemimpinannya. Torricely, pemimpin organisasi mafia kelas atas yang berpusat di Italia yang memiliki anggota di seluruh dunia. Torricely adalah inti dari organisasi, dan mobilitas sosial dalam Torricely cukup rendah, sehingga keanggotaan dalam keluarga biasanya diwariskan dari generasi ke generasi. Organisasi ini dikenal karena memiliki kode etik yang ketat dan 'omertà', yaitu kode kehormatan yang mewajibkan anggota untuk merahasiakan kegiatan kriminal mereka.

𝐒𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞 [Proses revisi]Where stories live. Discover now