𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟖 ☘️

33.3K 2.9K 34
                                    

Pagi ini entah kenapa suasana hati Asher begitu baik. Anak itu bahkan nampak berseri-seri dari mulai bangun tidur hingga sarapan, membuat Max dan ketiga putranya menatap bingung. Heran dengan si bungsu yang terlihat sangat bahagia. Padahal saat makan malam anak itu tidak sebahagia ini. Apa mungkin anak itu bermimpi indah? Entahlah hanya Asher yang tau itu.

"Asher, ada apa?" Sean lebih dulu bertanya setelah mereka semua menuntaskan sarapan pagi. Si sulung itu sudah tidak tahan. Ingin tahu apa yang menjadi alasan adiknya terlihat berseri-seri. Apa adiknya memiliki seorang kekasih? Jika iya Sean pastikan akan memusnahkannya. Dia tidak mau adiknya bahagia karena orang lain, dia tidak suka. Seperti ada gejolak panas di hatinya. Membuat sisi posesifya nampak.

"Ada apa apanya?" Bukannya memberi jawaban yang memuaskan anak itu malah balik bertanya. Menimbulkan perempatan imajiner di dahi keempat pria yang sedari tadi menunggu jawaban.

"Apa yang membuatmu terlihat begitu senang pagi ini?" Tanya Marchell berusaha melengkapi pertanyaan. Berharap akan mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

Mendapatkan pertanyaan begitu Asher terdiam sejenak. Karena sesungguhnya dia juga bingung. Entah kenapa ada perasaan aneh yang mengganggunya dari ketika dia bangun tidur dan membuatnya ingin menampilkan senyuman hingga sekarang.

Meneguk segelas susu hangat setelah menyuapkan potongan pancake terakhir Asher mengabaikan Max dan yang lain menunggu jawabannya.

"Jo ayo berangkat! " pekikan anak itu menyadarkan keempatnya. Mereka memandang datar pada Asher. Ternyata anak itu tak mengindahkan pertanyaan yang diajukan. Terlihat santai Asher beranjak, menyampirkan tas di bahunya. Sedikit terkekeh melihat wajah masam keluarganya. Maka dengan secepat kilat anak itu membubuhkan satu kecupan di pipi sang kepala keluarga.

"Aku berangkat Daddy, " ujarnya riang lalu menarik tangan Jonathan keluar. Mengabaikan tiga makhluk yang menyorot tajam ke arah Max. Merasa tak adil. Adik kesayangan mereka hanya memberi Max ciuman manis. Lalu mereka tidak. Sepertinya ide mengurung anak itu tidak buruk.

Nampaknya bukan hanya mereka, tetapi Jonathan juga dibuat bingung dengan Tuan mudanya. Sepanjang perjalanan menuju sekolah anak itu menyuruh Jo menghidupkan musik, lalu dia terdengar bersenandung kecil mengikuti alunan musik. Tidak biasanya. Tuan mudanya yang selalu lebih memilih diam dengan alasan malas melakukan apapun nampak berbeda.

"Terimakasih Jo. " Lagi Jonathan dibuat tercengang. Mendengar ucapan terimakasih diiringi senyuman manis dari tuan mudanya itu. Tak lupa anak itu menyelipkan sesuatu ke tangan Jo. Belum sempat bertanya dia sudah berlari kecil memasuki kelas.

Jonathan melirik dia buah permen rasa mangga, entah apa maksud tuan mudanya. Namun tak ayal dia tersenyum. Manis sekali anak itu hari ini.

Asher, berjalan santai menyusuri koridor menuju ke kelasnya. Dengan senyuman yang begitu apik terpajang. Membuat beberapa orang yang melihatnya tidak bisa untuk tidak ikut tersenyum.

Tepat ketika berbelok dia menemukan atensi Hafsa. Anak itu tidak di rumah semalam karena menginap bersama Adelline istrinya Arthur. Sepertinya mood baiknya pagi ini karena semalaman tanpa drama picisan anak itu. Terbukti ketika bersitatap dengan Hafsa suasana hatinya mendadak seperti biasa.

Senyumannya hilang sekejap mata. Mendelik malas lalu berjalan melewati Hafsa berniat mengabaikan hadirnya anak itu agar suasana hatinya terjaga, setidaknya tidak bertambah buruk. Namun sayang seribu sayang. Hafsa tiba-tiba saja terjatuh saat dia akan melewatinya. Asher menautkan alisnya, memandang aneh pada Hafsa yang terduduk di lantai.

𝐒𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞 [Proses revisi]Where stories live. Discover now