𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟒𝟐☘️

13.4K 1.3K 66
                                    

Jika ditanya soal kebahagiaan maka dengan lantang akan Asher katakan bersama keluarganya adalah hal paling membahagiakan dalam hidupnya. Hanya dengan duduk berdampingan dan saling bercengkrama sudah lebih dari cukup untuk mengatakan pada dunia jika dia sedang bahagia. Seperti hari ini, dia hanya duduk diantara Sean dan Marchell lalu di hadapannya ada Vorxe dan William. Ceritanya mereka berniat menghabiskan hari minggu yang cerah ini dengan kumpul-kumpul ala Asher. Mereka sih iya iya saja. Lagipula apa sih yang tidak untuk kesayangan mereka.

Setelah bermain ular tangga dan monopoli kini mereka tengah berdiskusi sesuatu. Asher sebenarnya sih hanya menyimak dan menyahut sesekali.

"Asher ingin hadiah apa dari Papa?" Pertanyaan William mengambil atensi si bungsu, anak itu nampak berfikir sejenak kemudian menggeleng membuat William menghembuskan nafas sabar.

Sebenarnya ulang tahun anak itu tidak akan dirayakan secara besar-besaran, hanya akan dirayakan oleh keluarga saja. Atas permintaan Asher dan memang Max juga merencanakan begitu, mengingat di dunia bisnis atau dunia bawahnya dia memiliki banyak musuh jadi akan sangat berbahaya jika berpesta dan melibatkan bungsunya.

"Aku sudah siapkan hadiah untukmu," ujar Sean membuat mereka kompak menoleh ke arahnya. Asher sedikit penasaran.

"Kakak belikan aku apa?" Tanya Asher, Sean tersenyum simpul mencuri kecupan di pipi si bungsu sebelum menjawab.

"Hermes," sahutnya santai. Kedua alis Asher bertaut dan William yang tersenyum remeh merasa hadiah keponakan setannya itu tidak menarik.

"Tas?" Sean menggeleng tegas mendengar pertanyaan sang adik. Kening Asher semakin berkerut.

"Sepatu?"

"Baju?"

"Parfum?"

"Lalu apa?!" Habis sudah kesabaran Asher saat hanya mendapatkan gelengan dari setiap pertanyaan yang dia ajukan tadi. Sean dibuat terkekeh pelan, gemas sekali adiknya yang tengah kesal. Dengan santai pemuda itu meraih handphone miliknya yang tergeletak di atas meja lalu mengetikkan sesuatu di sana. Asher yang merasa di abaikan hanya mencebik kesal.

"Eurocopter EC 135, Hermes edition." Asher menatap tak percaya pada Sean yang baru saja berucap. Menatap bergantian wajah sang kakak dengan gambar yang disodorkan padanya. Yang benar saja, untuk apa kakaknya ini membelikan dia helikopter. Mengenudikannya saja mana bisa. Memang benar keluarga ini tidak ada yang waras kecuali dia titik!

"Sudahlah aku lelah," pekik Asher seraya beranjak dan melangkah pergi dengan menghentakkan kaki persis seperti anak kecil yang merajuk membuat mereka yang melihatnya terkekeh kecil.

Vorxe melirik pada kakak sulungnya yang dibalas tatapan datar pemuda 26 tahun itu. Mereka saling tatap cukup lama sampai suara benda jatuh ke air membuat mereka refleks berlalu dengan panik, sedikit trauma mengingat kejadian lalu.

"Sherapphine!" Pekik Sean dengan nada datar kala sampai di bagian belakang mansion. Terlalu terkejut kala melihat Asher yang tengah melemparkan kelinci-kelinci ke kolam ikan milik Frederick. Padahal baru dia hari lalu anak itu merengek minta hewan peliharaan dan berakhirlah Max membelikannya kelinci tapi sekarang apa?

"Kakak~" anak itu merengek seraya memamerkan senyum lebar dan tatapan polos yang membuat Sean, Vorxe, Marchell dan William hanya bisa menghela nafas sabar. Mau marah juga percuma rasanya.

Maka dengan kesabaran setebal kamus bahasa Indonesia Sean mengangkat anak itu kegendongan koalanya. Dan Marchell yang segera menyelamatkan nyawa kelinci malang itu.

Asher sendiri menyandar nyaman pada bahu kokoh sang kakak, sesekali bergumam tak jelas membuat Sean mana tega memarahinya.

"Kakak!" Pekikan anak itu membuat Sean memejam sejenak, ayolah anak itu berada persis di samping telinganya.

𝐒𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞 [Proses revisi]Where stories live. Discover now