54

1.1K 81 8
                                    

Lampu ruangan masih berwarna merah, belum ada tanda-tanda kapan lampu tersebut berwarna hijau yang arti nya operasi telah selesai dilaksanakan. Begitu pun dengan para dokter dan suster didalam sana belum ada yang keluar dari 4 jam yang lalu mereka masuk.

Diluar ruangan Samudra dan inti Black Bird's menatap pintu dengan kosong. Pikiran mereka ribut dengan banyak nya pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi?.

Dilihat nya juga orang tua adit. Irma dan Agus menatap pintu ruang operasi didalam sana terdapat anak nya yang sedang berjuang hidup dan mati.

Terpukul? sangat! Seakan akan dunia Irma dan Agus berhenti. Jantung mereka berdetak kencang, takut, khawatir, semua nya jadi satu.

Bahkan sebelum nya Irma sempat pingsan ketika baru menginjakkan kaki nya didepan ruang operasi dan langsung dibawa oleh suster. Agus yang melihat istrinya pingsan bertambah khawatir.

"Biar saya dan anak-anak yang lain jaga. Bapak jaga ibu" ucap Samudra

"Makasih nak Samudra" ucap Agus

Samudra mengangguk paham.

"Samudra!"

Qilla bergegas menuju Samudra. Ditatap nya dengan pandangan kosong tak lama diri nya ditarik, Samudra memeluknya dengan posisi masih berdiri menenggelamkan wajah nya diperut memeluk nya erat. Qilla hanya mengelus rambut hitam legam Samudra hingga ia merasa baju nya basah. Samudra menangis! Lelaki yang tengah memeluk nya kini menangis. Namun tak mengeluarkan suara.

Qilla menarik paksa Samudra hingga pelukan nya terlepas dan melihat lelaki tersebut dan benar saja mata yang biasa nya menatap tajam orang kini mengeluarkan air mata namun tetap saja datar.

Uuugghh gemes banget pacar gue!!! Rutuk Qilla

Samudra begitu kalut, ia marah, dan khawatir. Bergelut dengan pikiran nya Samudra juga bisa lelah.

Samudra sudah menganggap Adit sebagai adik nya. Samudra sayang pada Adit, Samudra peduli Adit. Ia tak suka jika Adit melakukan hal yang diluar batas karna ingin mengikuti kenakalan yang lain. Adit berisik namun Samudra senang, Adit jahil tapi Samudra suka karna bisa melihat pemuda tersebut tertawa. Mungkin karena Samudra anak tunggal dan tidak mempunyai saudara jadi Samudra begitu menyayangi nya.

Tangan Samudra terkepal erat, mengingat ada kejanggalan dari kecelakaan yang dialami Adit. Rahang nya mengeras, urat dileher nya menonjol tercetak jelas hingga kuku jari nya menancap di telapak tangan nya dan tanpa sadar mengeluarkan darah.

"Devan cari tau apa yang sebenarnya terjadi!" suara Samudra yang keluar begitu dingin. menatap tajam dengan tatapan menusuk membuat siapapun yang melihat nya langsung takut.

Aura yang Samudra keluarkan membuat siapapun yang melihat nya merinding ketakutan. Kini Samudra lebih menyeramkan dari pada biasa nya, sikap tenang samudra jauh lebih menakutkan lebih baik mereka melihat samudra yang dingin dan datar dari pada Samudra yang terlihat damai namun begitu kelam. Aura hitam begitu kentara membuat suasana hening tidak ada yang berani bersuara.

Hingga beberapa jam berlalu pintu ruang operasi telah dibuka dan keluar lah dokter.

"Gimana sama anak saya dok?" Tanya Irma. Raut khawatir tidak bisa ia sembunyikan irma sangat takut sekarang.

Qilla menatap iba pada Irma. Ia paham perasaan seorang ibu yang takut kehilangan anak nya. Anak yang sudah ia besarkan dengan kasih sayang, ia rawat, ia jaga kini harus berjuang antara hidup dan mati.

Agus memeluk tubuh istri nya menguatkan.

Dokter menghela nafas lalu menggeleng, Menatap pasutri didepan nya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SAMUDRA Where stories live. Discover now