49

6.9K 408 27
                                    

Setelah Qilla dipindahkan ke ruang VVIP, kini diruangan yang sangat luas itu terlihat ramai terbukti dengan ada nya Devan, Audrey, Rey, Lena, Leon dan juga para orang tua.

Setelah mendapat kabar dari bodyguard yang Radit suruh awasi kedua anak nya dari jauh dan tentu nya tanpa sepengetahuan Devan dan juga Qilla jika Qilla terluka dan masuk rumah sakit. Radit dan Rini langsung bergegas untuk melihat putri mereka. Bahkan Radit langsung meninggalkan meeting yang bisa menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan, tapi Radit batalkan pertemuan dengan para petinggi perusahaan persetan dengan meeting Radit sudah kaya jika ia tidak masuk kerja selama satu tahun pun ia tidak akan jatuh miskin yang Radit pedulikan hanya princess kesayangan nya.

Dan untuk orang tua Samudra, Gio dan Ana. Mereka hanya ingin melihat Qilla bagaimana pun juga nanti nya Qilla akan menjadi menantu dan bagian dari keluarga Pradipta.

Samudra sendiri ia selalu ada disamping Qilla. Tidak sedetik pun berniat untuk pindah atau meninggalkan Qilla, Samudra tetap duduk dikursi samping tempat tidur Qilla. Menggenggam tangan Qilla atau sekedar mengelus kepala Qilla.

Qilla menatap semua orang yang berada diruangan nya. kamar yang dipilih Samudra sangat besar dengan fasilitas lengkap. sofa, meja, tv, kulkas, bahkan ada lemari baju untuk nya menyimpan pakaian serta kamar mandi yang tak kalah besar, ranjang tempat tidur Qilla pun sama besar nya. Qilla juga tidak berfikir Samudra akan menempatkan nya dikamar yang biasa biasa saja dan kecil.

Sultan mah bebas....

"Kenapa bisa sampai luka kaki kamu, sayang?" Tanya Rini dengan menatap kaki Qilla yang diperban, bahkan sekarang Qilla tidak diperbolehkan jalan dan hanya boleh menggunakan kursi roda.

"Nggak tau" gelengan kepala dari Qilla membuat mereka yang ada diruangan memandang gemas dengan santai Qilla menjawab dan sedari awal mereka tahu kaki Qilla mengeluarkan darah yang bisa dibilang cukup banyak tidak ada ringisan yang keluar dari bibir gadis tersebut.

"Kamu ini orang lagi sakit tapi masih bisa santai" ucap Rini gemas dengan tingkah putri nya.

"Bun...  Yang sakit kaki adek bukan kepala adek atau badan adek. Jadi bunda nggak usah sedih gitu" Rini berharap masih mempunyai stok sabar menghadapi putri satu nya ini.

"Ck! Lo bisa nggak si bertingkah layak nya orang sakit aja" ucap Lena sedikit kesal dengan Qilla yang malah tidak ada raut kesakitan sama sekali.

"Nggak. Ya karna emang nggak sakit masa gue harus pura pura sakit biar diliat kalo gue kesakitan"

"Udah... Udah.... Kalian ini malah ribut" lerai mama Samudra, Ana.

"Tapi yang bikin gue aneh kenapa bisa ada serpihan kaca disepatu Qilla" heran Rey

Mereka yang mendengar ucapan Rey terdiam, benar juga pikir mereka. Kenapa bisa sampai ada serpihan kaca yang masuk kedalam sepatu Qilla tidak mungkin jika Qilla yang melakukan tindakan yang membuat diri nya terluka kecuali jika memang ada orang yang sengaja mensabotase sepatu Qilla dengan serpihan kaca tersebut.

Gio dan Radit bertatap mata pandangan mereka seolah berfikir ada yang tidak beres dengan anak anak nya. Nyawa mereka seperti sudah diincar seseorang.

"Devan ikut ayah keluar" Devan yang merasa nama nya dipanggil oleh ayah nya menoleh pada Radit lalu mengangguk keluar mengikuti Radit.

Gio pun sama hal nya, menatap putra nya yang tengah asik menebar keuwwuan tanpa tau tempat.

Merasa diperhatikan Samudra melihat sekeliling nya dan ternyata papa nya sedang menatap nya. Mengangkat alis nya satu, bertanda apa?

"Ada yang mau papa bicara kan sama kamu" ucap Gio dengan tegas, jiwa kepemimpinan nya menguar.

Samudra mengangguk. Ia bisa menebak jika papa nya sudah mengetahui sesuatu bahkan Samudra bisa tau dari sorot mata milik sang papa yang menatap nya penuh arti.

SAMUDRA Where stories live. Discover now