Orang Ketiga.

5.4K 692 64
                                    

Paradikta melabeli dirinya sendiri sebagai manusia paling terorganisir.

Tentu.

Di industri yang dia geluti, jika dia bertingkah sedikit saja sembrono, Norega Altriano Prakosatama bersama brand warisannya—VER, nama yang acap kali dibawa-bawa Eyang demi mengancam serta menakut-nakuti seumpama Paradikta kecil mulai tampak bermalas-malasan—mungkin sudah sukses berkali-kali mempecundanginya.

Namun, faktanya?

Cévo Group—setidaknya untuk lini bisnis For Fashion, yang memang berada langsung di bawah kendali Paradikta—masih berjaya mungkin sekitar setengah hingga satu langkah di depan mereka.

Meski demikian jujur saja ada sedikit perasaan iri di dalam diri Paradikta kepada si Norega-Norega itu. Nomor dua baginya seperti bukanlah beban yang besar. Sedang dirinya? Tidak terbayangkan kalau suatu saat dia tergelincir bakal sekejam apa Gustiraja lantas akan menghukumnya.

Dibanding Paradikta yang hidup bagai di sangkar, Norega terang tampak lebih bebas. Bahkan, sedari remaja kala mereka sekolah sama-sama.

Sulit sekali bagi Paradikta memperoleh teman yang tidak punya niat untuk memanfaatkannya. Tetapi, Norega tanpa banyak berusaha justru memiliki Miko yang begitu setia berdiri di sampingnya. Menjadi tambahan support system-nya sedari muda. Pun, ya, berbeda dengan Paradikta, Norega punya dua saudara.

Okay, kendati keluarga orang itu juga berantakan—perempuan sesempurna Tante Zianne, yang dulu juga menjadi pesaing bisnis Damaja, dikhianati dengan teramat tega sampai-sampai Paradikta ingat sekali bahwa beberapa kali Norega kecil dibawa main ke rumah oleh ayahnya. Well, dengar-dengar anak itu bahkan jarang sekali melihat ayah kandungnya kendati mereka tinggal satu rumah. Kasarnya, dia fatherless. Tak jauh lebih baik darinya memang.

Namun, jujur, di benak kecil Paradikta, dulu dia sempat mengira-ngira. Mungkin Damaja akan membawakannya ibu baru. Paradikta secara pribadi suka kok dengan Tante Zianne. Berbeda dengan ibunya yang tidak bertanggung jawab, yang bahkan Paradikta tak pernah lihat wajahnya, Tante Zianne adalah sosok wanita yang hangat.

Tutur katanya sangat lembut dan terukur, tak seperti ibunya dalam definisi yang kerap Gustiraja singgung.

"Ibu kamu mulutnya lebih kotor dari got!" Entah apa sebenarnya yang saban hari diucapkan oleh ibunya. Yang pasti wanita itu sukses bikin Gustiraja mendendam sehingga tiada henti memengaruhi Paradikta agar memiliki dendam dan benci yang setara.

Tante Zianne bahkan merawat tiga putranya seorang diri di saat suaminya sibuk bermain hati.

Intinya, Paradikta tak berniat menolak andai Tante Zianne jadi ibunya walau dia tentu tak tertarik menerimanya sepaket dengan Norega yang menyebalkan itu!

Akan tetapi ya, toh tidak ada yang terjadi. Entah. Damaja mungkin masih sangat mencintai wanita yang kerap disumpah-serapahi oleh Eyang meski sosoknya tak lagi ada. Atau, siapa yang tahu pemikiran orang dewasa kala itu? Damaja mungkin hanya tidak mau mengulang kesalahan yang sama layaknya yang kini sedang dilakukan oleh Paradikta.

Oh, ya shit!

Omong-omong tentang kesalahan, Paradikta sangat menyesali keputusan sembrononya yang begitu tak ada lagi agenda di kantor dia malah memutuskan ikut Pak Rahmat berangkat ke Bogor.

Sial.

Mestinya Paradikta langsung pulang saja ke rumah dan bermain bersama Naga yang sudah lama tak dia bantu susun lego-legonya.

Atau, kalau terlalu malas berada di rumah sebab hatinya masih terlalu sakit tiap kali kembali, dan mendapati potret besar berisi jejak-jejak pernikahannya dengan Saniya yang berlangsung sungguh singkat sekali, Paradikta toh bisa nongkrong di bar. Mungkin dia bakal ketemu lagi sama si Selebritis songong Pamela Harris di sana kan? Tak ingin denial, rasanya memang lumayan menyenangkan sih mengganggu perempuan itu. Walau tak semenyenangkan bikin wajah datar Prisha berubah menegang, tentu saja.

Jangan Ada Air MataWhere stories live. Discover now