Gagal.

4.9K 644 50
                                    

Paradikta amat tidak menyukai kegagalan. Entah itu yang bersumber dari dirinya sendiri, atau akibat ulah dari orang lain.

Untuknya yang sedari belia kenyang mendengar sumpah-serapah tak terpuaskan Eyang, yang rasanya lebih sering harus dia hadapi daripada jam makannya sendiri sampai-sampai sebagian besarnya seperti baru terjadi kemarin, actually, every failure is just another step closer untuk tenggelam dalam lautan kehancuran, dan tak terselamatkan.

"Masih belum bisa?" Paradikta kecil dulu bahkan harus mendekap erat buku berbobot mungkin nyaris setengah kilo di dada, sambil takut-takut mengintip Eyang yang sedang mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke lantai di ruang baca.

Meski belum terlalu sepuh, tapi Eyang sudah sulit berjalan. Sebenarnya, kondisi itu memang telah terjadi sejak awal. Paradikta sering mendengar Mbok berulang-ulang menjelaskan setiap kali ada ART baru di rumah yang tertangkap basah kebingungan melihat kondisi Eyang, tetapi terlampau segan untuk mempertanyakan. Mbok dengan raut takut-takut mulai mendongeng mengenai Eyang. Katanya, Eyang pernah tertembak sewaktu muda jadi kakinya cedera. Paradikta tidak tahu itu benar atau tidak, Eyang maupun Damaja toh tak pernah menyinggungnya.

"Kamu bilang kalau ganti Tutor akan bisa. Nyatanya?"

Nyatanya, Paradikta bukanlah jenius. Apalagi kan? Dia hanyalah anak kelas 3 Sekolah Dasar. Di mana seperti kebanyakan anak-anak lainnya dia mestinya belajar logika sederhana Matematika. Namun, Eyang sungguh tidak sabaran. Penyajian data dalam berbagai macam diagram yang suatu hari mungkin akan sangat dibutuhkannya ketika bergabung di Cévo, dan padahal harusnya baru dia pelajari nanti saat SMP, sudah Eyang berikan materinya.

Tentu, Paradikta pernah menolak untuk belajar. Kepalanya rasanya pening sekali harus menerima informasi kelewat rumit. Namun, ketika dia coba memberontak, dia justru melihat Eyang mengayunkan tinggi-tinggi tongkatnya walau tidak sampai mengenainya karena Damaja keburu menyergap, memisahkannya dari Eyang dengan cara tergesa-gesa meraupnya dalam gendongan.

Cuma, jujur saja, kenangan itu terus tertinggal. Rasanya, Paradikta bagai terancam. Di dalam pikirannya, ada presumsi bahwa Eyang bisa saja memukulnya terlebih jika sedang tak ada Damaja di rumah.

"Maaf, Eyang." Jadi, dia hanya bisa menyesal. Berharap Eyangnya yang berwajah seram itu iba.

Namun, Paradikta kecil malah langsung mendengar sentakan balasan ini, "Jangan terlalu mudah meminta maaf! Maaf hanya cocok diucapkan oleh manusia payah yang selalu gagal dan salah! Dan, saya tidak akan membiarkan keturunan keluarga ini menjelma menjadi manusia menjijikkan sejenis itu. Mengerti kamu? Kalau masih belum bisa, tambah jam belajar kamu! Bagaimana pun caranya harus bisa!"

Lalu, ada juga tahun-tahun berikutnya saat Eyang kembali berkomentar kasar, "Gagal lagi? Belum cukup memang kemarin kamu dipermalukan oleh cucunya Sarien waktu presentasi business plan blueprint?"

Well, bagi Eyang, kekalahan tentulah suatu aib yang memalukan. Boleh jadi malah tak tertahankan rasa malunya. Tak peduli bahwa usaha yang telah Paradikta curahkan untuk bisa membawanya satu tingkat saja di bawah kolaborasi Norega berserta Miko dalam International Youth Business Competition bagi all high school students from all over Indonesia sudah mengorbankan banyak hal. Tak lagi menghiraukan jika bisnis bukanlah dunia impiannya, Paradikta toh tetap memacu dirinya agar dapat fit in dengan standar seorang Gustiraja. Harapannya, Eyang suatu saat akan berhenti menginisiasi kata gagal dengan dirinya. Namun ....

"Sekarang diberi kesempatan lain eh, masih gagal juga." Pria tua yang di sepanjang hidupnya tidak pernah lelah menyangsikannya, melucuti kepercayaan diriannya, hingga Paradikta merasa ingin berdiri di puncak tertinggi bukan lagi demi mendapat pujiannya, tapi untuk membuktikan kalau orang itu telah menciptakan musuh yang salah. Dia terdengar mendengus-dengkus meremehkan. "Kenapa sih kamu harus mirip sekali dengan wanita itu? Gara-gara ada sumbang sih darahnya maka sedari belum lahir pun kamu sudah gagal! Mungkin itulah mengapa wanita itu mau menyingkirkan kamu dari kandungannya karena kamu ternyata segagal ini! Harusnya kamu itu berterima kasih kepada saya yang sudah menyelamatkan kamu dan memberi kamu kesempatan untuk hidup, serta menikmati segalanya ini dengan cara jangan menjadi manusia gagal!"

Jangan Ada Air MataWhere stories live. Discover now