BUNDA SADAR

202 23 4
                                    

🪶TANDAI TYPO!
🪶LUPA ALUR? BACA CHAPTER SEBELUMNYA YA💫

HAPPY READING🤍

~~••••~~~~••••~~


Malam telah menggeser sang surya kembali ke pangkuan. Kini kegelapan kembali menyelimuti dunia. Bahkan sajak udara dingin tidak membuat gadis dengan balutan baju muslim berwarna hitam itu menyingkir dan masuk ke dalam kamarnya. Pikirannya sedang beradu, terutama dengan maksud ayahnya sendiri yang mengirimnya ke pesantren ditambah lagi keadaan ibunda Safirah yang jauh dari kata baik-baik saja. Zaifarah menyadari semakin cepat ia mendapatkan kemauan sang ayah semakin lekas juga hilang kejahatan ayah kepada Wanita yang sudah mengandung dan membesarkannya.

Zaifarah menghela napas, jika tidak di pesantren ia akan pergi ke suatu tempat bersama teman-temannya untuk menyegarkan pikiran, rupanya sekarang itu hanya angan semata.

Air mata tergenang. Lekas Zaifarah menghapus sebelum benar terjatuh. Bayangan wajah pucat bundanya kembali teringat.

"Kak" panggilan Maryam membuat Zaifarah terkejut. Zaifarah hanya diam.

Maryam mendudukkan diri tepat di depannya. Maryam melihat jejak air bening yang tersisa. Jujur Maryam merasa keanehan di diri Zaifarah semenjak pulang tadi.

"Kak, gamau pindah ke dalam aja, diluar dingin" ujar Maryam terdengar membujuk.

"NAnti ya. Gue lagi pengen di sini dulu" sahut Zaifarah. Maryam sempat terhenyak dengan tuturan Zaifarah yang lembut tidak seperti biasanya meledak-ledak.

Lama keduanya terdiam, Zaifarah masih sibuk dengan pikiranya sendiri dan Maryam demikian.

"Gue mau nanya boleh?" Zaifarah berujar setelah lama diam. Maryam segera menoleh menunggu lontaran pertanyaan dari seorang gadis yang ia anggap seperti kakaknya.

"Boleh kak" sahut Maryam lekas. Terlihat Zaifarah menghela napas.

"Kalo seseorang yang baik ke kita terus kita balas dengan kejahatan apa itu bagus. Tapi kita punya alasan dibalik kejahatan yang kita lakuin, dan itu demi kebaikan semua orang terutama orang terpenting dalam hidup. Menurut lo gimana?" Lontaran pertanyaan Zaifarah membuat Maryam terdiam sesaat berusaha memberikan jawaban yang baik.

"Kak, dimana -mana kalo kebaikan dibalas sama kejahatan itu gak baik. Bukan pilihan yang tepat. Walaupun ada alasan dibaliknya tapi kan kita sebagai manusia juga harus berpikir mana yang harus kita kasi sebagai balasan kebaikan orang lain, bukan malah membalas dengan kejahatan yang bakalan membuat kecewa" terang Maryam panjang lebar. Ia sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan jawaban terbaik versinya.

Zaifarah terdiam. Ia mencerna setiap jawaban yang di lontarkan Maryam.

"Kalo gitu tolongin gue"

"Hah, meminta tolong untuk apa?"

"Tolong gue untuk menjadi pribadi yang berwatak baik" ujar Zaifarah mantap.

Maryam tercengang. Ucapan Zaifarah barusan seakan membuat system tubuhnya berhenti seketika.

"Bisa diulang kak?" pintanya segera untuk memastikan.

"Apasih lo. Mau bantuin gak?!" sahut Zaifarah garang melihat raut wajah Maryam terkesan menyebalkan.

Maryam segera bangkit, berdiri tepat di samping Zaifarah. Ia memegangi dahi Zaifarah mengecek suhu tubuh apakah masih normal atau tidak. Selepas menyentuh dahi Zaifarah, Maryam memindahkan posisi kearah Dahinya.

"Anget, ini kak Zaifarah gak kesambet kan ya?" ujar Maryam. Zaifarah memutar bola mata malas.

"Dah lah malesin!"

𝗭𝗔𝗜𝗙𝗔𝗥𝗔𝗛 Where stories live. Discover now