SETOR HAPALAN

250 61 32
                                    

~~~~~

HALLO ASSALAMUALAIKUM

APA KABAR PEMBACA ZAIFARAH, SEMOGA BAIK SELALU YA!

PERASAAN UDAH LAMA GAK UPDATE NIH CERITA, KARENA BEBERAPA FAKTOR YANG GK BISA DITINGGAL. AND FINNALY BISA BACK LAGI MENYAPA KALIAN.

CARA BACA DI GILIR YA, TINGGALKAN JEJAK KALIAN SEBAGAI PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN.

HAPPY READING GUYS







~~~~~~~

Zaifarah terus mengaduk makanannya di piring. Raut wajahnya murung pertanda moodnya sedang tidak baik-baik saja. Maryam menggapai tangan Zaifarah membuat sang empu terkejut, rupanya sedari tadi Zaifarah melamun.

"Dimakan Kak, jangan diaduk aja" tegur Maryam

"Iya ini juga mau makan" ujar Zaifarah segera menyuap makanan ke mulutnya.

"Kamu ada masalah?" pertanyaan Zulfa sempat membuat pergerakan Zaifarah terhenti, namun tidak urung ia lanjutkan kembali. Hal itu membuat ketiganya bingung.

"Mbak"

"Ya?"

"Aman kan?"

"Gue duluan" ujar Zaifarah setelah menyilangkan sendok dengan posisi terbalik menandakan ia sudah selesai. Hal itu membuat Maryam, Zulfa, dan Latifah heran.

Zaifarah memperbaiki posisi jilbab nya. Ia berjalan ke arah taman pesantren. Ia harus menenangkan pikiran. Rasa bersalah kembali menggerogotinya, berhasil mengusik ketenangan Zaifarah. Ditambah lagi kehadiran bunda Safira yang jauh dari kata baik dimata gadis bernetra hitam legam ini. Zaifarah mendudukkan diri di kursi taman, ia menatap sendu langit malam. Ribuan bintang tampak terang bersinar namun tidak dengan perasaan Zaifarah yang gundah.

"Gimana caranya biar gue tebus kesalahan gue dulu, gue gak mau liat bunda terus disakiti ayah" monolog Zaifarah menatap ke langit

"Kenapa ya Allah, Aifa Cuma mau tenang tanpa rasa bersalah, ini bukan kesalahan Aifa sepenuhnya tapi kenapa dunia selalu nyudutin Aifa. Ayah gak pernah sayang Aifa -!!" lanjut Zaifarah di akhiri senyuman kecut.

"Aifa kangen kasih sayang ayah, kesalahan Aifa buat ayah berubah dan nyakitin bunda. Aifa harus gimana buat tebus semuanya" ujarnya. Satu bulir air mata jatuh di pipi Zaifarah. Ia bukanlah sepenuhnya gadis kuat seperti cover yang bar bar dimata orang-orang.

Di tempat sepi ia merasa sendiri, bagaimana pun Zaifarah adalah gadis yang di paksakan mandiri oleh keadaan dan perlakuan ayahnya.

"Sedang apa kamu?" suara familiar terdengar, segera Zaifarah menghapus air matanya. Baiklah Zaifarah kenal suara itu, lelaki yang berani memberikannya hukuman.

"Menangis?" tanyanya mata Zaifarah sembab.

"Dih sok tau!" ketus Zaifarah enggan menatap

"Jangan berbohong"

"Apasih, ngapain lo, ngintilin gue ya!" tuding Zaifarah jiwa sangarnya kembali keluar

"Seharusnya saya yang bertanya, untuk apa kamu sendirian di tempat sepi mau berteman dengan setan penunggu pesantren?"

"Ngadi ngadi lo!" hardik Zaifarah. Gus Rizky menghela napas, ia harus ekstra sabar menghadapi gadis di depannya ini.

"Saya rasa kamu tidak melupakan sesuatu" gus Rizky berujar sembari mendudukkan diri tepat di hadapan Zaifarah. Ia mengalihkan topik agar lebih rileks.

𝗭𝗔𝗜𝗙𝗔𝗥𝗔𝗛 Where stories live. Discover now