KANGEN BUNDA

191 29 6
                                    


HALLO APA KABAR PARA XIYI???

KABAR BAIK SELALU YA!

LANGSUNG AJA YA.

HAPPY READING GUYSS!!



|
|
|
|
|


|
|

~~•••~~


Zaifarah kembali ke kamarnya. Tidak ada siapapun disana. Sepertinya Zulfa, Latifah, dan Maryam sedang berada diluar. Zaifarah berjalan naik menuju ranjang miliknya. Ia merogoh secarik kertas dibawah bantal dan kembali membaca. Setetes air mata mulai jatuh menerpa pipi mulusnya.

"Bunda, Aifa kangen.." lirih Zaifarah memeluk secarik kertas itu dengan erat. Ia kembali teringat kondisi ibunda yang menjenguk beberapa minggu lalu.

Tampaknya semua sedang tidak baik-baik saja dirumah. Ayahnya pasti sudah melakukan sesuatu untuk menggertak dirinya.

Ceklek!

Suara decitan pintu membuat Zaifarah lekas menghapus air mata. Ia tidak ingin terlihat lemah walaupun begitu, wajah dan mata yang sembab tidak dapat mengelak bahwa ia habis menangis.

Maryam berjalan mendekat. Ia tampak mengetahui suasana hati manusia di depannya ini.

"Kak"

"Ya kenapa?" sahut Zaifarah. Nada bicara terdengar parau.

Maryam menaiki tangga penghubung antara ranjang atas dan bawah. Ia menempatkan diri tepat di samping Zaifarah dan membiarkan kaki mereka terjuntai namun, tertutupi oleh baju gamis mereka berdua yang terbilang panjang.

"Ada masalah apa kak?"

"Gak" elak Zaifarah

"Aku denger semuanya kok kak" jujur Maryam. Memang benar ia mendengar semuanya dibalik pintu yang ternyta tidak tertutup rapat.

"Aku gak tau maslah kak Zaifarah apa, Cuma aku minta jangan sedih ya. Dulu aku juga seperti kakak,pas awal masuk ke pesantren ini" ujar Maryam. Zaifarah sedikit menoleh kearahnya. Sepertinya Maryam hendak bercerita lebih.

"Gue gak nangis!"

"Aku bilang jangan sedih kak, bukan nangis"

Deg!

Maryam berhasil membuat Zaifarah terdiam.

"Ketahuan juga kak, mata yang awalnya sipit jadi makin sipit" ujar Maryam sedikit mengejek.

"Dih!'

"Kak Zaifarah pasti seneng orang tua masih bisa berkunjung di pesantren sekedar menjenguk" kini Maryam kembali berujar. "lah aku, mana pernah"tambahnya terkekeh ringan. Zaifarah melihat raut wajah Maryam, kekehannya itu sebagai tameng penutup kesedihannya.

"Emangnya ortu lo kemana?"

"Gatau kak. Entah hidup atau udah tiada juga aku gak tau"

"Maksud lo?"

Maryam menarik napas, sesak di rongga dadanya terasa sekali.ia harus mengulik sendiri masa lalunya.

"Aku anak buangan, bisa dibilang anak yang gak di inginkan" kini fokus Zaifarah sepenuhnya ke Maryam. Gadis itu menghela napas.

"Aku itu anak di buang. Anak yang gak di inginkan. Dulu aku ditemukan sama seorang pemulung, mereka seneng menemukan aku karena mereka enggak punya anak. terus aku di rawat sampai aku berusia 15 tahun, ada sebuah insiden yang bikin ibu sama Bapak pindahkan aku ke pesantren. Mereka gak bisa penuhin kebutuhanku" Maryam menyeka air di pinggiran mata.

𝗭𝗔𝗜𝗙𝗔𝗥𝗔𝗛 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang