chapter 31

6K 521 77
                                    

Sejak kecil Renjun selalu diberikan pengamanan ekstra oleh kedua orang tuanya. Renjun kecil hanya bergaul dengan para sepupiu yang notabennya kebanyakan perempuan, orang tua Renjun sedikit sibuk, tidak sempat mengawasi putra tunggal mereka dengan mata kepala sendiri. Renjun kecil dibesarkan dengan campur tangan nenek yang sangat menyayanginya karena terlahir bak pelita di kegelapan, memberi kembali harapan bahwa keturunan mereka pun bisa hadirkan laki-laki. Sejak kecil Renjun selalu dikelilingi kasih sayang murni dari semua keluarganya, tanpa iri dengki, tanpa kepalsuan.

Mungkin.

Hanya mungkin itu sebuah adalah awal dari mana datangnya sifat Renjun yang selalu menganggap semua orang menyayanginya dengan tulus. Dia bisa akrab dan peduli dengan siapapun tidak peduli ia baru mengenal mereka dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam. Renjun kecil bahkan pernah hampir diculik karena nekat menunjukkan jalan kepada bapak tua yang menyapanya dengan senyum waktu ia bermain di luar rumah sendirian. Sejak saat itu Renjun selalu tidak dibiarkan sendirian, entah itu sepupunya atau mungkin nanny yang akan menemani lelaki kecil Huang untuk bermain.

Dan mungkin, harusnya sejak saat itu Renjun belajar untuk tidak terlalu percaya kepada semua orang. Harusnya Renjun belajar untuk paham bahwa tidak semua orang menyayanginya setulus keluarganya. Kalau saja Renjun belajar dari pengalaman hampir diculik, mungkin Renjun tidak akan dimasukkan ke sekolah asrama yang mengurungnya secara ketat dari dunia luar, dan mungkin dia tidak akan berada di situasi ini.

Semua mungkin berputar acak bagai kaset lama yang sudah rusak di kepala Renjun. Kakinya gontai menuruni tangga, matanya yang redup mengintai setiap senyum orang yang ia kira mereka semua menerima dan menyayanginya.

"Maksud kamu apa?"

Donghyuck terkekeh. Sudah jelas sekali bahwa lelaki kecil di depannya ini ternyata tidak tau apapun. Dan seluruh orang di rumah ini juga sepertinya bungkam tidak ingin memberitau Renjun bahwa Jeno pernah dijodohkan dengan Yangyang — teman Renjun sendiri.

Lelaki itu meraih ponselnya. Mencari sesuatu di aplikasi galeri untuk ia tunjukkan pada Renjun, sedangkan Renjun sudah membeku di tempat memikirkan apa yang Donghyuck maksud soal tidur dengan pacar temannya sendiri, Jeno bahkan tidak pernah ia kenali sebelumnya, para temannya yang cuma segelintir itu juga tidak ada yang mengenal Jeno apalagi menjadi pacar lelaki itu.

"Donghyuck, if you talking non sense again, i'll kill you." Renjun membuka suara, ia tidak harus percaya dengan ucapan pria yang sudah membuat hidupnya dalam situasi sulit, kan? Lagipula Donghyuck tidak punya bukti mendukung atau apapun itu bahkan lelaki itu sibuk dengan ponselnya sendiri.

"Chill. The one who you should kill its Jeno not me, Renjun." Donghyuck memberikan ponselnya ke arah Renjun, membuat lelaki itu menatapnya curiga. "Liat itu." Renjun enggan menerimanya, tapi lelaki itu bisa melihat jelas foto yang terpampang di layar ponsel Donghyuck.

"I feel guilty for make you suffering so much because that night, Renjun."

"But you don't have to be so naive... Jeno and Yangyang mereka dijodohin. Jauh sebelum kamu sama Jeno bertemu malam itu."

"Aku nggak punya niat lain lagi, malam itu memang kesalahan, orang brengsek ini mau minta maaf ke kamu, dan mungkin dengan buka kedok Jeno juga Yangyang yang udah sembunyikan semua dari kamu bisa sedikit membantu kamu buat keluar dari hubungan penuh kebohongan ini, Renjun."

Their relationship is lie too after all.

And Renjun doesnt have to be so upset like this.

But, his heart hurt.

Jeno dan Yangyang berciuman di mobil di tempat terbuka— foto itu menusuk Renjun, rasanya menghancurkan dirinya lebih dari kata-kata jahat para haters yang menginginkan dirinya hancur.

Scandal | ft. NorenWhere stories live. Discover now