chapter 12

4K 464 11
                                    

"Hey, Tuan Lee Jeno!"

Jeno menutup telinga, ruangan kerjanya yang sepi akan selalu berubah jadi seperti ruang kelas anak 1 yang isinya anak-anak susah diatur kalau ada Jaemin berkunjung ke kantornya. Seluruh penghuni kantor tau siapa itu Jaemin dan apa hubungannya dengan pimpinan perusahaan mereka. Maka, tidak ada larangan bagi Jaemin keluar masuk gedung kantor mereka, bahkan para karyawan Jeno lebih akrab dengan Jaemin dibanding Jeno sendiri.

Jaemin membawa sebuah paperbag yang entah kali ini isinya apa. Lelaki itu duduk di kursi depan meja kerja Jeno — menyodorkan paperbag di atas meja yang penuh dengan setumpuk file juga laptop Jeno yang masih menyala. Tentu Jeno keheranan, dia merasa tidak menitip apapun pada Jaemin, karena setelah kekacauan minggu lalu, Jeno harus berbenah sebab perusahaannya mengalami sedikit penurunan saham. Dia tidak punya waktu mengagumi Huang Renjun lagi, oh bagaimana ya kabar lelaki kecil itu kenapa tidak menghubunginya sama sekali tiga hari belakangan ini?

"Lo mau ngelamun sampe ayam jadi tirex, kah?" Jaemin menyindir sarkas, membangunkan Jeno dari sesi keheranan yang jadi sesi melamunnya itu.

Jeno mendecih, lalu berkata, "Ini apaan? Gua nggak ada pesen apa-apa sama lo kayanya." Terdengar ragu karena Jeno takut dia ternyata yang lupa sudah menitip sesuatu ke Jaemin.

"Emang nggak ada. Tapi, kali ini gua yang pesen sesuatu sama lo." Jaemin membuka isi paperbag nya. "Ini semua album sama merchant Huang Renjun yang gua punya, lo harus minta tanda tangan dia di semua barang ini bahkan sekalian sama paperbag nya kalo bisa."

"Gak—"

"Gua gak menerima seribu alasan, karena lo bisa diem-diem PDKT sama Renjun, masa sekarang minta tanda tangannya aja nggak bisa," ucap Jaemin mutlak, bahkan lelaki itu menaruh paperbag nya ke pangkuan Jeno membuat Jeno cuma bisa hela napas.

Dalam hati sebenarnya Jeno ingin bilang ke Jaemin soal yang sebenarnya terjadi diantara dia sama Renjun. Tapi, kepalang janji sama Renjun kalau dia nggak akan kasih tau siapapun soal ini semua. Mereka berdua sudah sepakat menutupi masalah ini dari siapapun. Oh, kecuali satu orang, yaitu Doyoung, Renjun tidak bisa berbohong kepada manajernya itu karena jika sesuatu terjadi, mungkin Doyoung bisa membantu mereka. Dan mungkin Yangyang? pembicaraan mereka di dalam mobil hari itu bisa jadi indikasi dia sadar atau mungkin tahu kalau Jeno dan Renjun hanya bersandiwara, tapi Jeno juga tidak bisa bertanya pada Renjun karena janjinya pada Yangyang untuk tidak mengatakan soal mereka pada Renjun.

Jeno menyimpan dua rahasia besar dalam hidupnya sekarang. Yang pertama adalah soal dia dan Yangyang, lalu yang kedua adalah soal dia dan Renjun. Kalau dia ditemukan mati gantung diri mungkin karena menahan beban rahasia ini sendirian.

"Jangan kebanyakan mikir! Besok itu harus udah ada tanda tangan Renjun." Jaemin lagi-lagi menyadarkan Jeno dari lamunan. "Lo nggak mau ceritain kah awal mula bisa deket sama Renjun? Kaya suddenly ketauan bawa tuh orang ke apart lo, bahkan gua sahabat lo aja jarang lo ajak ke sana dengan sukarela."

"Soalnya lo sama dia beda."

"Iya, ya? Gua gak bisa lo ajak ngew—"

"Tutup mulut kotor lo itu, sekarang lo balik aja, gua juga mau balik."

Jaemin terkikik melihat wajah Jeno memerah. Sahabatnya itu jarang sekali pacaran, sekalinya pacaran bisa buat heboh satu negara karena pasangannya bukan orang biasa. Awalnya Jaemin marah, tapi sekarang dia mulai menerima, mungkin Jeno tidak bisa terlalu terbuka soal hubungannya dengan Renjun, karena nggak semua orang bisa dipercaya.

***

Jeno duduk dibalik kursi kemudi di parkiran gedung studio musik. Hari sudah masuk malam, parkiran mulai sepi, tapi orang yang dia tunggu kedatangannya belum juga muncul. Beberapa telefon dan pesan Jeno tidak mendapat balasan, kalau tidak ada kepentingan, Jeno mungkin nggak akan rela membuang waktu hampir setengah jamnya hanya untuk menunggu.

Scandal | ft. NorenWhere stories live. Discover now