chapter 20

3.6K 396 22
                                    

Bug!

Jeno terhuyung ke belakang begitu pipinya terkena bogeman Jaemin yang tiba-tiba. Setelah mengantar Renjun ke apartment nya, Jeno harus kembali ke kantor karena urusannya belum selesai. Sejak kembali dari rapat, aura Jaemin sudah terlihat aneh, lelaki itu bahkan tidak menyapa Jeno, langsung berlalu meninggalkan Jeno yang baru datang dengan Renjun.

Lalu sekarang, lelaki leo itu memberikan pukulan kuat sampai pipi Jeno rasanya kebas, ngilu, dipastikan jadi memar ungu-ungu nanti.

"Kenapa, Jaem? Lo kenapa tiba-tiba mukul gua?" Kendati begitu, Jeno tidak membiarkan dirinya ikut emosi karena sebab Jaemin jadi semarah sampai memukulnya seperti ini belum ia ketahui.

"Gua yakin mau Yangyang atau Renjun nggak akan berani mukul lo, jadi gua wakilin ini buat mereka."

Kaki Jeno rasanya lemas.

Apalagi ini Ya Tuhan?

"Kenapa diem? Kaget lo? Kaget gua tau soal Yangyang sama Renjun?" Jaemin menatap sinis temannya itu. "Gua gak pernah tau kalo lo ternyata bisa sebajingan ini."

"Jaem, gua bisa jelasin, gua sama Yangyang—"

"Jelasin ke Renjun, bajingan! Gua gak butuh penjelasan lo, cowok itu, Renjun, berhak tau kalau pacarnya ini pernah mau dijodohin sama sahabat deketnya sendiri!"

"Gua gak pacaran sama Renjun!"

Jaemin tertawa, tawa hambar menunjukkan betapa tidak mengertinya ia dengan Jeno. Selama ini, pandangannya kepada Jeno selalu tentang hal baik, lelaki itu sempurna, anak baik-baik dari keluarga yang sama baiknya, Jeno punya semua yang Jaemin inginkan, Jeno terlahir dengan pesonanya sendiri, tapi hari ini, dia rasanya ingin mengubah seluruh pandangannya tentang si sulung Lee.

"Gua sama dia cuma terlibat kontrak! Hari itu waktu kita ke club buat ketemu sama Yangyang, gua gak sengaja nemuin Renjun yang mabuk berat di lorong toilet. Gua gak mau dia kenapa-kenapa, Jaem... gua bawa dia ke tempat gua, tapi itu justru malah bikin kita terlibat sejauh ini."

"Yangyang tau semuanya. Dia suruh gua buat nggak bilang soal gua sama dia ke Renjun, cuma lima bulan, Jaem, abis itu—"

"Abis itu apa? Abis itu lo ninggalin Renjun dan balik lagi ke Yangyang? Iya?"

Skakmat.

Jeno menunduk, sakit di pipinya tidak sebanding dengan peliknya berada di posisi ini. Ketika dia terapit antara dua sahabat. Jaemin benar, setelah semua ini, lalu apa? Lalu apa yang harus Jeno lakukan?

"Jaem... bantu gua." Tubuh Jeno meluruh, duduk di atas sofa dengan wajah yang ia tutup dengan telapak tangan besarnya. Jeno bingung, dia tidak tau apa yang dirinya inginkan, dia juga tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang atau nanti.

Jaemin menghela napas. "Lo suka Yangyang, Je?"

"I did, but not in romantic way, dari awal gua bilang ke dia kalau gua bakal berusaha nerima dia, tapi sejauh itu pun gua cuma bisa anggep dia temen baik, Jaem."

"Lo suka Renjun?"

Jeno menatap Jaemin, pertanyaan itu lagi. "Gua suka sama dia sebatas fans suka sama idolnya?"

"Dari awal pandangan lo ke Renjun beda, Je. Tapi, yang tau jawabannya cuma lo. Itu beneran karena lo ngefans sama dia atau semuanya udah berubah? Gua gak mau lo jadi bajingan. Kalo emang lo yakin lo gak cinta atau suka sama dua-duanya, just say to them, make them sure kalo lo gak bisa ngasih lebih, jangan kasih harapan, it'll hurt them even more if they found out that they are got dumped by the same person."

***

"Jadi? Kamu udah yakin?"

Yangyang mengaduk-aduk kopinya tanpa selera. Dia melajukan mobil yang baru selesai diperbaiki dengan kecepatan penuh hanya untuk mendengarkan Jeno mengatakan bahwa lelaki itu memang tidak punya perasaan untuk dia, dari awal. Yangyang akui sedikit kecewa, dia tidak bisa bohong soal perasaannya, melihat Jeno bersama Renjun menyakiti hatinya, tapi bukan berarti dia benci sahabatnya itu. Yangyang paham posisi Renjun dan Jeno cukup sulit.

Ciuman hari itu terasa hambar, tidak ada rasa atau gairah yang Jeno tunjukkan, sangat berbeda ketika ia melihat Jeno mencium Renjun di dapur apartment Renjun. Yangyang tersenyum kecut, dia harusnya sadar, lelaki di hadapannya ini sudah jelas tengah membohongi dirinya sendiri.

"Maaf. Maaf waktu itu cium kamu cuma buat tunjukkin kalau aku bisa nyium orang tanpa perasaan." Jeno menunduk. Dia salah, sepenuhnya kesalahan ada pada dirinya. Harusnya tidak bertindak gegabah dengan mencium Yangyang seolah memberikan harapan ke lelaki itu.

"Aku tau. Aku juga salah, harusnya gak bikin kamu ngelakuin itu." Walau dengan rasa kecewa mendalam sebab cintanya mutlak bertepuk sebelah tangan, tapi Yangyang tidak ingin egois, mungkin Tuhan tidak ingin ia hidup bersama orang yang tidak akan mencintainya, jadi semua kejadian ini terjadi.

"Yangyang, don't you think we have to tell Renjun about this?"

Tatapan mereka terkunci untuk seperkian detik. Yangyang juga berpikir demikian, tapi dia kenal betul Huang Renjun, berteman sejak masih kecil, watak sahabatnya sudah ia pelajari dengan benar. Jika Renjun tau, maka semua akan selesai. Tidak hanya perjanjiannya dengan Jeno, tapi juga persahabatan mereka, mungkin.

"Jangan dulu."

Jeno menatap Yangyang lamat-lamat. "Kamu yakin? Kalau dia tau sendiri, gimana?"

"Jangan dulu sampai kamu sadar kalau kamu udah jatuh cinta ke Renjun."

Kini Jeno cuma bisa diam. Kenapa? Kenapa semua orang mendadak jadi peramal yang bisa membaca perasaan atau pikiran orang lain? Dia sendiri bahkan tidak yakin dengan perasaannya. Dia senang berada di sekitar Renjun, lelaki itu selalu membawa mood baik untuk Jeno, tapi itu bukan berarti Jeno jatuh cinta, kan? Kalaupun iya, Renjun pasti tidak akan membalas perasaannya, mereka hanya bersama untuk lima bulan sesuai dengan kontrak, setelah itu keduanya akan kembali ke kehidupan masing-masing. Sudah. Itu saja.

Berapa kali harus Jeno jelaskan itu ke Yangyang maupun Jaemin?

Keheningan Jeno terusik ketika tangan hangat Yangyang memegang kedua tangannya yang sedaritadi memegangi gelas kopi yang sudah mengembun.

"Jeno, honestly, i already liked you when we first met at your house. Tau kalau sekarang kamu emang gak pernah punya perasaan itu buat aku, tapi aku pengen jujur buat terakhir kalinya, supaya lega." Yangyang mengulas senyum sambil mengelus pelan punggung tangan Jeno, sebelum melepaskannya. "I hope i could be that person who can hold your hands, tapi gak papa, gak semua perasaan harus kebales."

"Yang—"

"Atatatat, don't say anything or i'll cry here."

Yangyang menghembuskan napas berat sebelum tersenyum lembut, tatapan matanya teduh menatap Jeno yang dirundung seribu perasaan bersalah.

"Sekarang, satu hal yang harus kamu lakuin... accepting the fact that you are loves Renjun, gak cuma karena kamu ngefans sama dia, but more than that."

"Not in rush, Jeno. Slowly, step by step, you will find out."

[]

to be contiuned
selesai buat satu konflik yang sebenarnya belum kelar kelar amat sih karena ada buntutnya, but its all clear soal jeno sama yangyang udah bisa bernapas legaaa haaah! mari seneng seneng sebentar sebelum masuk konflik utama 🚑🚑🚑

Scandal | ft. NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang