chapter 18

3.5K 404 26
                                    

Jeno memantapkan dirinya, setelah berdiri lebih dari sepuluh menit di depan pintu coklat unit apartment Renjun, setelah semua pikiran yang menganggu ia tiba-tiba hingga, akhirnya si taurus berambut hitam kelam itu melangkahkan masuk — kali ini dengan memencet bel padahal Jeno tau apa password apartment Renjun, tapi dia dengan wajah dan pikirannya yang ternyata masih sama berantakannya malah bertingkah aneh membuat Renjun menatapnya bingung sewaktu membuka pintu.

"Eh, aku kira orang lain." Renjun tidak tau apa yang terjadi sama partner nya itu, tapi yang jelas dia tau Jeno seperti orang habis kesurupan dengan pandangan mata blank. "Kamu kenapa... Jeno?"

Yang ditanya malah menggeleng, terus senyum, Jeno yakinkan Renjun kalau dirinya cuma lagi kelelahan saja, jadi kehilangan fokusnya tadi. Renjun tidak mau ambil pusing perihal Jeno itu, lalu mereka masuk ke dalam setelahnya sebab takut ada mata-mata jahil yang akan membuat rumit hidup mereka lagi.

"Jadi, mau makan apa? Telur tomatnya keasinan." Renjun memandang sedih makanan yang ia buat satu jam penuh — empat puluh menit melihat chef favoritnya memasak, dan dua puluh menit sisanya untuk membuat telur tomat yang keasinan. "Parah banget kali ini, nggak bisa dimakan..." lirihnya, sambil memgingat mungkin dia salah memasukkan garam dibanding gula.

Jeno terkekeh ringan. Dia sungguh tidak bisa berpikir soal makanan setelah apa yang ia perbuat dan Yangyang dimobil tadi. Pikirannya masih berputar soal pertanyaan apa dia suka sama Renjun melebihi cinta fans keidolanya? tapi dia bisa mencium Yangyang itu membuktikan bahwa dia bisa saja mencium orang walau tanpa perasaan semacam itu. Sayangnya, sekarang Jeno harus memikirkan pertanyaan itu lagi kala ia merasa bersalah ketika melihat Renjun, jadi yang Jeno mau itu apa?

"Kamu beneran nggak apa, Jeno?" Renjun melambaikan tangan di depan wajah tampan Jeno yang lagi-lagi melamun. "Dimarahin sama Yangyang, kah?" Wajah panik Renjun ketara jelas, dia baru sadar Jeno jadi linglung seperti ini setelah mengantar Yangyang pulang.

Jeno menggeleng, mari kita sudahi kelinglungan ini agar nama Yangyang tidak terus disebut oleh Renjun. "Kita pesan aja makanannya, kamu mau makan apa?"

"Serius nggak dimarahin Yangyang?" tapi kamu aneh banget balik dari nganter dia pulang." Ternyata gelengan kepala aja tidak membuat si aries puas, Jeno jarang sekali kelihatan seperti orang yang punya banyak masalah kaya tadi, jadi kalau sampai memang dia kena marah sama Yangyang, besok dia akan marahi balik sahabatnya itu!

Jeno meraih bahu Renjun, ia rangkul bahu sempit itu dan menuntun si kepala coklat madu untuk duduk di sofa ruang tamu. Tidak menjawab pertanyaan Renjun, ia tidak mungkin secara langsung bilang kalau dia tidak mau mendengar nama Yangyang di sana karena itu membuat rasa bersalah pada sosok yang ia rangkul sekarang semakin tinggi.

"It's okay, sekarang ayo kita pesen makanan, terus nonton film."

Mata Renjun yang sudah memancarkan cahaya seperti bintang-bintang itu makin berbinar, menengok Jeno dengan antusias karena dia mengingat soal film horor terbaru yang rilis di netflix.

"Ya! Aku lupa, aku punya film horor baru, temenin aku nonton ya? ya ya?" Renjun menatap Jeno penuh harap, maksudnya mumpung Jeno di sini jadi ia tidak harus minta ditemani kak Doyoung atau Yangyang untuk menonton film yang ia mau. Dan ini akan jadi kali pertama Renjun menonton film bergenre horor bersama Jeno, biasanya mereka akan berbaring berdua di atas kasur kamar Jeno — di tempat lelaki itu, sambil menonton film genre action yang membuat mereka adu umpatan.

"Okay, sekarang mau pesen makan apa?"

"Terserah, aku sebenarnya nggak begitu lapar sih... tapi, ayam goreng tepung boleh deh."

***

Renjun rasa ada yang salah dengan dirinya sekarang. Ini bukan kali pertama ia berada di dekapan Jeno di balik selimut tebal dengan layar tv kamarnya yang menampilkan film. Tapi, sumpah sedari tadi dibanding fokus pada film horor yang sudah ingin dia tonton dari lama, Renjun malah sibuk memperhatikan wajah Jeno yang terlalu dekat — mereka sudah sering berada di posisi ini, tapi Renjun baru menyadari bahwa si taurus itu memang sangat ehm... tampan.

Mata Renjun menelusuri tiap lekukan sempurna wajah Jeno. Matanya yang sipit dan hilang ketika si pemilik tertawa atau tersenyum itu akan berubah jadi seksi ketika menatap ia dengan bergairah, hidung mancung sempurna, bibir tipis tapi mampu membuat Renjun mengerang nikmat dibawah komandonya. Ugh, Renjun meneguk ludah karena pikiran kotornya. Tatapan Renjun jatuh pada leher si dominan, lalu pandangannya mengerut bingung kala melihat bercak merah seperti kissmark di leher lelaki itu.

Perlahan tapi pasti, Renjun sentuh pelan tanda merah itu membuat Jeno seketika menoleh menatap dia.

"E-eh maaf," ucap Renjun saat menyadari kelancangannya menyentuh Jeno secara tiba-tiba. Ia melepaskan diri dari dekapan Jeno yang masih diam, Renjun menenggelamkan diri dibalik selimut, sambil kembali berusaha fokus pada film horor yang biasanya selalu membuat dia ketakutan, tapi sekarang ada yang lebih mengganggu pikirannya.

Tanda apa itu?

Terakhir kali mereka 'melakukannya' udah lima hari yang lalu. Terus itu tanda apa? Merah dan keliatan masih baru.

"Jeno, kamu matiin aja ya tv nya, ternyata filmnya bosenin, tidur aja yuk." Renjun bohong, dia bahkan tidak tau bagaimana film itu, atau bagaimana alur ceritanya, pikirannya sudah dipenuhi soal tanda merah di leher Jeno tadi, dia gak akan bisa fokus.

Apa Jeno punya partner lain?

Jeno tidak menjawab apapun, tapi lelaki itu bergerak turun dari kasur setelah menghembuskan napas berat, Renjun tidak tau kenapa. Setelahnya, Jeno keluar dari kamar membawa botol airnya, sedikit hal yang Renjun tau soal Jeno adalah lelaki itu tidak bisa tidur tanpa air di nakas atau dimanapun tempat yang bisa ia jangkau jika terbangun tengah malam karena tiba-tiba kehausan.

Pintu terbuka dan Renjun dengan pura-pura menutup mata, sedikit mengintip bisa melihat Jeno yang melepas kaos polosnya. Iya, Jeno lebih suka tidur dalam keadaan shirtless dibanding menggunakan piyam sebenarnya.

Renjun masih dalam keadaan pura-pura tidur, dia tidak mau tingkahnya yang aneh membuat Jeno curiga atau bagaimana, karena dia tidak bisa jelaskan sebabnya.

Saat kedua tangan Jeno meraih dirinya yang berbalut selimut — memeluknya erat dari belakang, Renjun rasanya mau menangis, tidak tau kenapa.

"Im sorry, Renjun, sleep tight."

Kecupan kupu-kupu Jeno berikan pada puncak kepala Renjun.

Untuk apa kata maaf itu?

Maaf karena menemui partner lainnya bahkan mungkin 'make out' saat akan menemui dirinya kah?

Renjun tidak bisa menghentikan pikiran jeleknya karena satu hal tadi saja. Dia ingin bertanya langsung... tapi, dia siapa? Renjun hanya orang lain. Dia masih ingat jelas perjanjian yang dia ketik sendiri; tidak boleh mencampuri urusan satu sama lain.

[]

to be continued

Scandal | ft. NorenWhere stories live. Discover now