chapter 23

3.1K 362 2
                                    

Kalau ditanya soal gimana sih Renjun perasaan kamu buat Jeno itu? Pasti Renjun cuma bisa diam. Apalagi kalau Doyoung yang notabenenya seseorang yang tau semuanya — bertanya ke Renjun mengenai kejelasan hubungan yang dari awal memang disetting hanya lima bulan. Dan sekarang, hubungan itu sudah masuk pertengahan bulan ke tiga, hubungannya dengan Jeno... Renjun rasa makin intim.

Dalam artian, mereka memang dekat, sangat dekat sampai masing-masing berani mengajak untuk bertemu orang tua mereka padahal ini juga bukan hubungan yang bisa diharapkan. Renjun juga bisa merasakan dirinya yang mulai tidak waras, perasaan-perasaan bahagia saat Jeno mengabarinya, saat Jeno datang ke tempatnya hanya karena dia takut sendirian di malam hari yang berhujan, atau saat Jeno memeluknya dibalik selimut, juga perlakuan Jeno yang kadang kelewat lembut untuk sekedar sex buddy atau pacar pura-pura.

Bohong jika Renjun bilang ia tidak menyadari itu semua adalah tanda-tanda bahwa ia sudah jatuh ke pesona si sulung Lee yang berhasil mengobrak-abrik hidupnya. Semua pikiran itu membawa Renjun melamun di kegelapan kamarnya sembari berpikir lagi soal tawaran Jeno yang mengajak ia menginap di rumah keluarga Lee selagi ia melakukan syuting di distrik yang sama.

Saking fokusnya berpikir, Renjun sampai merasakan kepalanya pusing, mungkin karena hari sudah larut dan dia masih terjaga sedangkan besok masih ada jadwal untuk pemotretan.

Jeno tidak menginap hari ini, anyway, karena lelaki itu bilang ada beberapa urusan pekerjaan yang harus ia selesaikan jadi ia harus lembur di tempatnya sendiri. Selesai makan malam di salah satu restoran cepat saji, Jeno mengantar Renjun kembali tempatnya dan dia sendiri pulang ke apartmentnya.

Tangan kecil Renjun meraih saklar lampu di samping nakas, mematikan sepenuhnya satu-satunya pencahayaan di ruangan itu. Dia harus tidur karena kepalanya sangat pening memikirkan semua hal dalam satu waktu, besok ia akan meminta pendapat Doyoung soal menginap di rumah keluarga Lee.

***

"Kamunya pengen nggak?" Doyoung bertanya, break pemotretan Renjun langsung seret dia buat duduk di ruangan kecil yang biasanya Renjun gunakan untuk ganti baju dibantu beberapa crew. Kali ini topiknya agak rahasia, jadi Renjun memilih ruangan itu supaya nggak sembarang orang bisa masuk dan dengar percakapan mereka.

Ini masih soal ajakan Jeno dan dirinya yang tentunya masih bimbang, mengingat akan ada acara di rumah keluarga Lee, Renjun pikir akan merepotkan kalau dia menginap di sana tapi tidak bisa berkontribusi membantu menyiapkan acara.

"Ya... mau! Tapi, kan di sana pasti lagi repot banget..." ujarnya melemas di akhir kalimat, kecewa entah karena apa.

Doyoung senyum, "Yaudah kamu nginep di hotel aja, terus sesekali main ke sana."

"Tapi, pengen nginep..."

"Ya nginep aja?"

"Tapi, kan mereka pasti sibuk—"

"Aku nggak mau nanggepin lagi." Doyoung berdiri sambil mendengkus kesal lihat Renjun mendadak berubah jadi manusia labil yang bingung sendiri maunya apa.

"Ah Kak Doyoung!"

Lihatlah bahkan sekarang dia merengek, menarik tangan Doyoung dan berakting menangis frustasi. "Aku nginep di hotel aja deh... daripada ngerepotin, lagian belum pernah ke sana sih... nanti canggung." Akhirnya kalimat berisi keputusan itu meluncur dari birainya, walau nada yang digunakan masih terdengar ragu-ragu.

"Yakin?" Tanya Doyoung memastikan, pasalnya mereka akan berangkat dua hari lagi, dia harus memesan kamar hotel agar sesampainya di sana Renjun bisa istirahat.

Si aries itu mengangguk. "Iya..."

"Okay then, kasih tau Jeno nya juga nanti." Doyoung hendak melepaskan pegangan tangan Renjun di pergelangan tangannya, tapi secara nggak sengaja sentuh dahi Renjun yang terasa hangat, "Kamu demam?" Tanya Doyoung, memastikan kesehatan Renjun di tengah jadwalnya yang lumayan padat harusnya tidak ia lupakan, tapi beberapa hari ini lelaki itu keliatan lebih aktif membuat Doyoung lengah.

Scandal | ft. NorenOù les histoires vivent. Découvrez maintenant