chapter 11

4K 437 4
                                    

"Ajak ke sini aja, Renjun."

Renjun yang sedang makan makanan kesukaannya di rumah keluarga Huang itu langsung menggelengkan kepala, dia mau ajukan protes atas usulan sang mama, tapi mulutnya masih penuh makanan yang belum selesai ia kunyah. Lima hari setelah kekacauan, Renjun memutuskan buat pulang ke rumah orang tuanya selama beberapa hari, tadi dia juga menghubungi Yangyang agar sahabatnya tersebut berkunjung ke sana. Sebenarnya jatah libur Renjun sudah hampir habis, hanya saja karena ada masalah kemarin, pihak agensi memberi Renjun jatah lebih untuk libur sampai beritanya benar-benar mereda dan para fans bisa menerima keputusan Renjun walau karirnya bisa dibilang masih seumur jagung.

"Kenapa gak? Dia pacarmu, kan? Setelah sekian lama kamu jomblo terus akhirnya punya pacar, mama sama papa pengen tau lah gimana itu orang yang bikin Huang Renjun jatuh cinta."

Jatuh cinta? Cuih!

Mama bertopang dagu, menatap putra tunggalnya yang sudah beberapa bulan seperti lupa rumah. Ketika berita Renjun meluncur, dia begitu khawatir, tapi tidak bisa mengunjungi putranya karena sama seperti lobby apartment Renjun yang dipenuhi wartawan, begitu juga depan pagar halaman rumah besar mereka ini. Para wartawan bahkan sampai harus dibentak papa Renjun yang marah akibat membuat kebisingan hingga ia terkena teguran dari tetangga.

"Ya nggak sekarang gitu maksud aku, kan baru satu bulan, kecepetan." Renjun beralasan, dia nggak mau saja sampai Jeno dekat dengan keluarganya, terlebih papanya itu memang selalu menyuruh Renjun mencari pasangan yang punya passion dibidang bisnis. Pasti mereka sangat nyambung walau aktif di dua bidang berbeda.

Mama merapikan helai rambut putranya yang sudah makin panjang, seperti sudah lama tidak terurus. "Ajak aja, Renjun. Lusa deh ya? biar nggak mendadak banget, kebetulan lusa papa kamu pulang."

Renjung mendengkus, kalo sudah dipaksa begini dia bisa apa selain melakukan apa yang orang tuanya minta. Pasti mereka sangat ingin bertemu Jeno, berharap bisa melihat lelaki yang menaklukan sisi independent Renjun yang merasa dirinya sudah bisa melakukan semua sendiri jadi tidak perlu pasangan lagi. Padahal ini semua cuma rencana belaka untuk menyelematkan reputasi kedua belah pihak.

"Ya... nanti aku bilang ke Jeno," pasrah Renjun, tangannya kembali meraih sendok serta garpu untuk menyambung acara makan yang ia hentikan untuk mengobrol dengan mama.

"Nanti Yangyang ke sini, kan?" Renjun mengangguk atas pertanyaan mamanya itu. "Ajak dia ke salon, ya? rambut kamu ganti warnanya atau timpa lagi, terus tata yang rapi, kamu kaya gembel kalo rambutnya berantakan begini."

"Masa kaya gembel?" Tanya Renjun tidak percaya akan ucapan sang mama yang bilang dia mirip gembel kalo rambutnya sedang tidak dalam kondisi tertata rapi, memang dia ada agenda ingin memanjangkan rambut untuk membuat penampilan baru yang berbeda dari sebelumnya.

Tapi, melihat anggukan mama, Renjun langsung berpura-pura menangis dan berteriak di tempat. "Padahal Renjun cuma mau merealisasikan Huang Renjun gondrong tapi kenapa Mama bilang kaya gembel sih!"

Mama Huang cuma tertawa, beliau tau putranya ini sudah berumur dua puluh empat tahun, tapi di matanya dan juga suami, bagi mereka Renjun masih bayi laki-laki kecil mereka yang hadir setelah penantian panjang.

***

Salon langganan Renjun haru ini ramai banget, padahal bukan hari libur, mana dia tidak buat janji dulu seperti biasanya. Ini semua karena komentar mama bilang rambutnya kaya rambut gembel, Renjun jadi kepikiran soal penampilannya. Sambil menunggu antrian, kali ini dia sama Yangyang mau beli makanan sama berkeliling-keliling mall. Kalo tiba waktu dia nanti, pihak salon bakal telepon Renjun. Sudah dibilang Renjun ini langganan di sana, dia sama ownernya sudah seperti teman dekat.

Yangyang tadi baru datang, langsung diserbu dengan kecerewetan Renjun mengenai rambutnya yang memanjang. Menurut Yangyang sih bagus dan rapi aja, tapi si bungsu Huang itu menolak percaya semua pendapat kecuali pendapat mamanya tadi. Mau menolak juga bagaimana, akhirnya Yangyang pasrah saja diseret Renjun naik ke mobil, lalu di sinilah mereka sekarang, makan es cream sambil melihat para pengunjung mall berlalu-lalang.

Sebenarnya, buat Yangyang, rasanya masih sakit liat Renjun dan Jeno kini bersama. Dia tidak tau bagaimana awalnya, waktu itu, setelah perasaannya membaik, Yangyang datang ke apartment Renjun, menemukan sahabatnya dalam kondisi terburuk membuat Yangyang merasa patah hatinya tidak sebanding dengan Renjun yang merasa karirnya akan hancur. Lelaki itu menangis dipelukan Yangyang saat menemukan figur Yangyang di hadapannya, membuat Yangyang berpikir tidak semestinya Renjun tau soal dia dan Jeno serta perjodohan yang diatur orang tua mereka. Renjun pasti merasa bersalah, dan Yangyang sadar keputusannya untuk merahasiakan semua soal perjodohan itu adalah keputusan benar. Setidaknya buat sekarang.

"Kamu ngapain ngeliatin aku kaya gitu banget?" Renjun menatap Yangyang aneh karena sahabatnya tersebut menatap dengan pandangan yang Renjun nggak tau apa artinya. Mereka lagi becanda saja seperti biasa, tiba-tiba hening dan Yangyang menatapnya dalam diam.

"Nggak, geer kamu, itu aku ngeliatin itu orang lagi dance cover, keren-keren banget!" Alasan Yangyang kuranh meyakinkan, tapi Renjun pilih buat abai saja, terus matanya ikut menonton kompetisi dance cover yang sedang berlangsung di seberang mereka, posisinya Renjun duduk dihadapan Yangyang — membelakangi panggung kompetisi.

Renjun berdiri, membuat Yangyang bingung kenapa sahabatnya itu tiba-tiba berdiri. "Nonton yuk! Kayanya seru deh!"

"Di sana ramai, Renjun, pakai dulu masker sama topi kamu."

Renjun mendesah sebal. Sebenarnya kalo dia terlihat di ruang publik bersama Yangyang itu bukan masalah besar, fans lamanya pasti tau kalo Yangyang adalah sahabatnya. Tapi, tetap saja sebagai artis, Renjun harus menggunakan atribut penyamarannya agar tidak mengundang masalah baru nantinya.

Setelah selesai, Renjun dengan Yangyang berjkaan mendekat ke arah panggung kecil yang dikerumuni banyak orang. Tarian orang-orang itu sangat lincah, Renjun jadi rindu masa saat dia aktif menari di waktu dia masih sekolah dulu. Renjun ikut heboh bertepuk tangan begitu salah satu grup menyelesaikan penampilan mereka, sebenarnya dia baru tau kalau sekarang ada acara seperti ini, coba saja waktu dia masih duduk di bangku SMA dan sudah ada acara seperti ini, Renjun pasti akan ikut.

Asyik memandangi sekitar, mata Renjun menemukan seseorang yang tidak asing, seseorang yang secara tidak langsung bertanggung jawab atas masalah yang menimpa ia dan Jeno. Orang itu juga menatap Renjun tanpa diinginkan, mata mereka bertemu di tengah keramaian penonton acara. Renjun memegang tangan Yangyang di sebelahnya, membuat Yangyang mengernyit bingung.

"Ayo, kita pergi." Renjun tanpa mengatakan apa-apa lagi mengajak Yangyang keluar dari kerumunan. Sambil berjalan, Renjun terus terbayang wajah samar-samar diingatannya malam itu kini semakin jelas, dan dia yakin tidak salah, seseorang tadi adalah orang yang sama yang memberinya minuman bercampur obat peransang.

[]

to be continued

Scandal | ft. NorenWhere stories live. Discover now