chapter 14

4K 458 9
                                    

"Kenapa kamu pake syal gitu? Ini musim panas." Jeno mencuri tawa waktu liat penampilan Renjun yang menggunakan syal panjang untuk menutupi area lehernya. Hei! Padahal itu adalah ulahnya yang membuat Renjun hampir membatalkan saja acara bertemu mama papanya karena Jeno secara sengaja kemarin meninggalkan banyak jejak di lehernya. Lelaki itu bahkan seperti nggak merasa bersalah, buat Renjun menatap sinis tanpa pedulikan pertanyaan retorisnya.

Kemarin memang tidak terjadi hal yang lebih dari sekedar make out, tidak juga Renjun hiraukan pertanyaan atau lebih ke tawaran gila yang Jeno cetuskan. Dia bimbang dengan semua hal yang dia jalani sekarang, semua kebohongan ini menjadi awal kedekatan mereka berdua, Renjun takut ini tidak akan berjalan baik, dan tawaran Jeno itu terdengar sangat riskan bila dilakukan. Tapi, itu menganggu pikiran Renjun sejak kemarin.

Renjun menutup pintu mobil sampai terdengar bunyi 'brak' sebagai bentuk pembuktiaan kalau dia sedang dalam mode senggol bacok. Tapi, walau sudah pasang wajah cemberut, tidak ada sapaan, atau balas ucapan dari Renjun, Si Jeno tetap tidak takut dengan si rubah kecil di sampingnya. Lelaki itu mengeluarkan mobilnya dari parkiran masih dengan kekehan atas penampilan Renjun.

"Cemberut terus nanti kamu keliatan tua, loh, nanti fans-fans kamu yang fanatik itu kabur."

"Diem! Nggak ada kamu punya hak bicara sama aku." Renjun melayangkan ucapan penuh emosi dan lirikan tajam.

"Kamu marah gini, kaya kemarin nggak minta lebih aja." Jeno mengerlingkan matanya, melirik Renjun dengan tatapan mengejek. Awalnya memang dia yang tergoda dengan bibir Renjun, membuatnya kehilangan kendali menyerang lelaki itu duluan, tapi pada akhirnya juga memang Renjun yang meminta lebih, walau tidak mereka lakukan karena hari ini harus ke rumah keluarga Renjun, apa kata mama dan papa Huang kalau melihat putra mereka kesusahan berjalan.

"Tapi, aku udah larang kamu bikin tanda di sini ya!" Renjun nggak mau kalah, pokoknya ini semua salah Jeno yang kelebihan hormon.

Mobil Jeno secara konstan melaju membelah kerumunan kendaraan lain di jalanan yang ramai lancar. Ini bukan hari libur, jadi kemungkinan macet terjadi sangat kecil, terlebih mereka berangkat bukan disaat jam makan siang para pegawai dan anak sekolah.

Jeno mencuri-curi pandang sejak percakapan terakhir mereka berakhir dengan dia yang tidak memberikan balasan pada pembelaan diri Renjun, tapi kini diotaknya terputar pertanyaan atau mungkin sebuah tawaran yang secara impulsif hadir tatkala melihat wajah merah padam Renjun yang terbakar gairah. Menghebuskan napas pelan, Jeno memberanikan diri bertanya, "Jadi, gimana Renjun?"

Renjun masih dengan wajah cemberutnya, menoleh ke arah Jeno, melayangkan tatapan kebingungan atas pertanyaan Jeno yang menurutnya tanpa konteks yang jelas. "Apa yang gimana?"

Jeno berdecak, dia tidak suka mengulangi pertanyaannya, apalagi hal ini agak ehm... memalukan untuk diucapkan ulang!

"Kemarin sebelum kita making out, about the partner sex thing." Jeno mengucapkannya dengan satu tarikan napas, pipinya memerah hingga ke daun telinga, tentu itu tidak luput dari pandangan Renjun yang juga sama malunya. Si surai madu mengalihkan pandangan ke arah jendela, melihat para pedagang kaki lima di trotoar, sedangkan Jeno bertarung dengan pikirannya sendiri, dia merasa harusnya paham bahwa mana mungkin Renjun mau.

"I can't lie that i likes when you touched me."

Kalimat Renjun secara tiba-tiba dan tanpa menatap Jeno itu, menarik kewarasan Lee Jeno kembali, dia memilih untuk diam menunggu apa yang akan Renjun katakan selanjutnya.

"Tapi, aku cuma takut, that 'things' could be a problem and ruins our life even more. Did you get my point?"

Renjun kali ini menatap kedua netra Jeno, lampu merah yang baru menghalangi jalan mereka, membuat netra keduanya bertemu untuk beberapa detik — menyelam kedalam diri masing-masing lewat tatapan mata.

Scandal | ft. NorenWhere stories live. Discover now