chapter 21

4K 409 13
                                    

"Its everything okay, Jeno?" Renjun mengusap pipi memar Jeno membuat si dominannya mendesis sakit. Mereka berdiri dengan tangan Jeno melingkar di pinggangnya dan tangan kecil Renjun menangkup pipi Jeno, posisi masih berada di balik pintu apartment Renjun. Jeno datang setelah pembicaraannya dengan Yangyang yang masih terasa mengganjal, tapi setelah melihat Renjun membuka pintu, lalu lelaki itu menatapnya khawatir sembari menariknya masuk, rasanya seperti ease buat Jeno.

Si taurus itu menggeleng, ia memeluk Renjun secara tiba-tiba dan masih tanpa kata. Jeno menelusupkan kepalanya pada ceruk leher Renjun, mencium aroma yang sudah terasa familiar buat dia. Semua ini seharusnya sudah cukup bisa membuat Jeno yakin bahwa perasaannya pada Renjun memang bukan sekedar perasaan suka penggemar pada idolanya, dia sudah berada sejauh ini dengan si aries, berminggu-minggu menghabiskan pagi dan malam bersama. Tapi, semua belum cukup meyakinkan hati Jeno sendiri.

"Renjun..."

"Y—ya?" Suara Renjun terbata, ia masih mencerna hal apa yang membuat Jeno terlihat selelah ini, seolah bebannya begitu banyak.

"I want you." Tubuh Renjun rasanya meremang kala Jeno mengatakan kalimat itu dengan suara berat dan napas yang menghembus di lehernya.

Renjun menarik diri, menjauhkan tubuhnya dari Jeno. "Kita obatin dulu ya itu memarnya," ujar Renjun.

Jeno melepaskan pelukannya. Ia menatap dalam mata Renjun, tenggelam dalam kilauan di mata si aries yang sampai sekarang Jeno penasaran — dari mana datangnya kilauan itu?
Dia akhirnya mengalah, mengikuti langkah Renjun untuk duduk di sofa. Matanya dalam diam mengamati tiap kegiatan si aries yang mondar mandir.

"Kotak p3k nya aku taruh mana ya..."

Oh. Ternyata lagi nyari kotak p3k yang lupa ia taruh mana, wajah kebingungan Renjun itu buat Jeno terkekeh, dia tidak berniat datang ke sana untuk mendapatkan obat gratis atau perawatan buat lukanya yang nggak seberapa ini. Jaemin tidak terlalu serius waktu mukul dia, tapi tetap sakit, tapi tidak sesakit itu.

Sejujurnya... Jeno juga tidak tau kenapa dia memilih ke tempat Renjun. Dia baru pulang meluruskan masalahnya dengan Yangyang, yang Jeno pikirkan cuma ingin tidur setelah hari yang menurutnya cukup berat — namun, malah berakhir di ruang tamu apartment Renjun dengan pemiliknya yang membawa baskom berisi es batu.

"Aku lupa deh naruh p3k nya di mana... jadi, pake es batu aja, ya? Tahan dikit kalo perih." Renjun membungkus es batu itu dengan sapu tangan bersih miliknya, mengarahkan benda itu menuju luka memar di pipi Jeno. Wajahnya ikut mengernyit seolah ikut merasakan betapa ngilunya luka yang dimiliki sang dominan, terlebih waktu Jeno meringis sakit saat Renjun tidak sengaja menekan memarnya. "Maaf, maaf, nggak sengaja," katanya, sambil mengusap-ngusap pipi itu.

"Nggak apa, sebenarnya nggak sakit banget kok." Jeno meraih tangan kanan Renjun yang mengusap pipi memarnya, mengelus pergelangan tangan itu sambil menatap Renjun dalam. Renjun merasakan pipinya memanas dan jantungnya berdegup kencang saat Jeno membawa tangannya untuk dikecupi.

"Jen—"

"Can we do it right now, Renjun?"

***

Renjun benar-benar tidak tau apa yang terjadi dengan Jeno. Lelaki itu datang dengan wajah lelah dan memar di pipinya, memeluknya dengan erat dan membuatnya dalam keadaan sekarang. Keadaan berantakan di atas sofa, pakaiannya sudah berserakan di mana-mana, keringatnya bercucuran, serta mulut mendesah keras sebab Jeno terus menggodanya dengan hentakan keras dari belakang.

Kepala Renjun rasanya pening dengan semua ini, tangannya berpegangan erat pada sandaran sofa, kedua lututnya berada di atas sofa — mengangkang lebar, tentu dengan lubangnya yang tersumpal penis besar Jeno.
Tidak mampu Renjun menolak pesona lelaki di belakangnya sekalipun tubuhnya sudah lelah seharian beraktifitas, ketika Jeno datang menawarkan gairah, yang Renjun lakukan hanya pasrah.

Scandal | ft. NorenWhere stories live. Discover now