chapter 29

3.1K 370 6
                                    

Pagi itu kedatangan Mama Lee yang masuk ke kamar Jeno sembari membawa dua tumpuk baju yang terlihat formal membuat Renjun sudah bingung. Apalagi ketika mama dari Jeno tersebut duduk di pinggir kasur dan meletakkan baju itu di pangkuan Renjun yang baru menyelesaikan sarapan serta minum obat. Wanita paruh baya itu tersenyum menatap kekasih sang putra sembari mengelus surai Renjun yang halus.

"Hari ini keluarga Mama bakal ke sini, Renjun," katanya, memang dia sudah menyuruh Renjun memanggil dia 'mama' daripada tante supaya terasa lebih dekat meskipun mereka baru bertemu kemarin. "Akan ada acara makan dan pesta kecil, tidak dalam rangka apa-apa, ini memang udah tradisinya." Mama Lee memegang kedua tangan kecil Renjun yang masih pucat. "Mama tau kamu masih sakit, tapi nanti boleh tolong keluar sebentar? Mama sudah siapkan baju buat kamu pakai, nanti Jeno akan temani kamu juga di sana." Tatapan mata yang serupa ketika mama Huang meminta sesuatu padanya itu membuat Renjun tidak bisa menolak, dari awal pun Renjun sudah tidak memiliki hak menolak.

"Iya, Ma," jawab Renjun pelan sembari mengulas senyum, sejujurnya lidahnya masih keluh untuk memanggil mama Jeno dengan sebutan mama. "Renjun pasti ke sana kok nanti, Jeno udah bilang ke Renjun."

Mama Lee senyum makin lebar. Dia senang sekali karena tahun ini Jeno tidak datang sendirian seperti tahun-tahun sebelumnya, Jeno memang sering punya pacar, tapi ketika mendekati acara pertemuan keluarga hubungan Jeno dengan pacarnya pasti kandas, alhasil anak sulungnya itu akan jadi bahan perbincangan lagi karena masih lajang padahal Erick sudah punya anak.

Tapi, kali ini berbeda, ada Renjun di sisi Jeno.

"Mama seneng, kalo gitu kamu istirahat aja dulu, nanti Lia atau Jeno sendiri yang bakal bantu kamu siap-siap." Renjun mengangguk sembari tersenyum lagi, mukanya jadi merah saat mama Lee mencium keningnya dengan sayang seolah seorang ibu kepada anaknya sebelum wanita itu keluar dari kamar Jeno.

Renjun menaruh setelan baju berwarna putih itu, mungkin dresscode nya adalah warna putih. Dalam pikirannya atau apapun yang pernah dia bayangkan soal hubungannya dengan Jeno, sama sekali tidak pernah terlintas momen ini; momen di mana dia bahkan tidak hanya bertemu keluarga Lee, tapi juga seluruh keluarga besar Jeno termasuk kakek dan nenek lelaki itu.

Pintu terbuka ketika Renjun akan turun dikasur guna menyimpan setelan baju yang mama Lee kasih ke lemari. Figur Jeno masih dengan kaos oblong dan celana training terlihat, mukanya sendikit panik entah kenapa.

"Abis darimana?" Renjun mengamati Jeno yang sibuk dengan ponselnya, "Ada masalah kah?" Tanyanya kemudian karena merasa ada yang janggal dengan Jeno.

"Ah— nggak, ini Erick nggak angkat telepon daritadi." Jeno mendekat ke arah Renjun, dia sudah menyimpan ponsel ke dalam saku celana. "Udah dapet bajunya?"

Renjun mengangguk, menunjukkan setelan baju formal alias tuxedo ke arah Jeno. "Bagus, pasti mahal," katanya.

"Nggak semahal baju kamu buat satu kali tampil." Mata Renjun melirik curiga ke Jeno, seolah bertanya lelaki itu tau darimana informasi seperti itu? Jeno yang seolah paham pikiran Renjun akhirnya cuma bisa tertawa garing. "Aku cuma nebak aja... biasanya artis pakaiannya mahal-mahal."

"Sok tau, aku nggak gitu ya, kalo acara awards baru lumayan mahal." Renjun berjalan ke arah lemari Jeno untuk titip menaruh pakaian tadi.
"Kamu ngapain nyari Erick?"

Jeno gelagapan ditanya seperti itu, dia cari Erick karena harusnya hari ini mereka keluar untuk membicarakan masalah kemarin, tapi ternyata adiknya itu sedang ke bandara untuk menjemput sepupu mereka.

"Nggak ada apa-apa."

"Aneh banget, btw handphone ku udah kamu ambil belum?"

Jeno membelalak, baru sadar kalau selain bicara sama Erick, hari ini dia juga harus ke hotel untuk mengambil ponsel dan pakaian Renjun.

Scandal | ft. NorenWhere stories live. Discover now