55. tidak ingin mati

925 53 6
                                    

🍃

🍃🍃🍃

"Lian.. dek, gak papa?" Tanya aluna khawatir karena di lihat nya lian yang bersandar sembari menjambak rambut nya dengan ekspresi wajah yang terlihat seperti sedang menahan sakit.

Lian mengangkat kepala nya lalu tersenyum menatap aluna, namun senyuman itu tidak bertahan lama karena pada akhir nya hanya isak tangis yang terdengar dari pemuda tersebut.

"Dek.. lian sakit? Bilang ke kak una lian kenapa" ujar aluna dan mulai membawa sang adik ke dalam pelukan nya berusaha menenang kan adik bungsu nya tersebut.

"Lian gak mau mati kak.." lirih lian dan terdengar sangat menyakit kan. Membuat aluna yang mendengar satu kalimat itu mulai merasa takut dan benar-bebar tidak ingin sang adik pergi meninggalkan nya.

"Enggak dek, gak akan.." ujar aluna pelan

Lian semakin terisak di pelukan aluna tanpa membalas pelukan itu. Hingga pada akhir nya tubuh lian hampir luruh menyentuh lantai seandai nya aluna tidak menahan tubuh sang adik.

"Suster tolong bantu saya" ujar aluna pada seorang suster yang baru saja melewati mereka sembari mendorong kursi roda kosong.

Hingga dengan cepat suster itu mendekati aluna dan membantu lian untuk duduk di kursi roda setelah ia mengunci roda pada kursi tersebut.

"Apa yang terjadi dokter?" Ujar suster yang bername tag haira tersebut.

"Tolong panggil kan dokter zadi atau dokter steve. Minta mereka untuk datang ke ruang rawat lian" minta aluna

Suster itu mengangguk dan mulai beranjak mengikuti perintah aluna kepada nya, sedangkan aluna mulai mendorong kursi roda yang di duduki lian yang saat ini hampir kehilangan kesadaran nya sembari menjambak rambut nya menahan sakit.

🔹

"Lian, dek.. kakak mohon bertahan" ujar aluna lirih menggengam tangan sang adik yang tidak di pasang infus karena tidak ingin mirza curiga.

Aluna menatap sang adik yang berbaring di atas kasur nya dengan gelisah, hingga pada akhir nya ia dapat bernafas sedikit tenang di saat melihat zadi dan juga steven yang masuk ke dalam ruang rawat sang adik dengan terburu-buru.

"Ada apa sayang?" Tanya zadi cepat dan langsung memeriksa kondisi adik ipar nya tersebut, sesaat setelah ia sampai.

Aluna menggeleng dengan pipi yang di penuhi air mata membuat zadi benar-benar khawatir akan kondisi sang istri yang baru melahir kan tersebut.

"Gak tau mas, lian sempat ngobrol sama mirza tadi dan luna bawa gian ke ruang bayi biar bisa di mandikan. Ketika luna kembali lian udah kesakitan kaya gini, luna takut mas!!" Ujar aluna

"Lian bilang dia gak mau mati mas.." lanjut aluna lagi dengan terisak menatap suami nya yang mulai mengambil suntikan di wadah stainlish yang di bawa oleh sang perawat

"Tenang ya sayang? Lian gak akan kenapa-napa.. adik kita tidak selemah itu" ujar zadi mengusap air mata istri nya itu dengan lembut setelah ia memberikan suntikan tersebut kepada steve.

Agar steve bisa menyuntik kan ke selang infus yang terhubung ke lengan lian yang baru saja di pasang oleh salah seorang perawat.

Steve, zadi dan aluna dapat bernafas lega dan sedikit tenang lalu mulai menghela nafas pelan ketika melihat lian yang berhenti menggeliat menahan sakit dan mulai memejam kan mata nya perlahan setelah menerima suntikan tersebut

"Maafin kakak lian.." ujar aluna lirih

Aluna menghela nafas pelan menatap wajah adik bungsu nya yang terlihat tertidur dengan begitu damai.

Wanita itu membenar kan letak selimut lian dan mulai memperbaiki infus yang terhubung ke lengan sang adik karena tetesan nya yang begitu cepat

"Luna rindu wajah ceria nya lian mas, luna rindu tingkah laku lian yang selalu bisa membuat luna tertawa sekaligus merasa damai!"

"Kapan wajah pucat itu akan menghilang? Apakah penyakit itu tidak bisa menghilang secara ajaib dari tubuh lian? Luna gak mau kehilangan lia mas!" Ujar luna lirih lalu terisak dan menatap sang adik dengan sendu

"Steve sedang mencari pengobatan yang terbaik, dia telah memeriksa beberapa rumah sakit yang ada di luar negri yang mungkin saja bisa membantu lian." Ujar zadi mencoba menenang kan istri nya tersebut

"Semoga lo bisa kasih kabar baik dari dokter onkologi yang ada di sana steve, kita benar-benar berharap sama lo" ujar zadi dan menatap steven penuh harap, hingga membuat steve hanya bisa tersenyum dan mengangguk dengan pelan.

"Baru saja mas..!"

"Sayang?"

"Baru saja lian mendapat kan kebahagian nya dan belum lama ini bunda, papa juga vian dapat menerima lian kembali dan memberi harapan kepada nya, tapi.."

"Kenapa rasa nya tidak adil? Di saat bunda dan papa telah menerima lian kembali dan kembali menyayangi nya. Lian malah di vonis memiliki penyakit mematikan tersebut" ujar aluna lagi dan terdengar sangat lirih

"Maaf sayang, maaf karena tidak berani jujur ke kalian!" Ujar zadi lirih

"Enggak mas, lian udah jelasin semua nya ke aluna. Dan luna tau mas juga sudah berusaha.. namun mas berada di dalam posisi sulit karena permintaan lian kan?" Ujar aluna hingga sukses membuat zadi mulai membawa aluna ke dalam dekapan nya lalu tersenyum dengan air mata yang siap menetes

"Makasih karena udah mau berjuang untuk adik luna mas" ujar luna dan semakin mengerat kan pelukan nya pada pinggang suami nya tersebut

"Lian adik mas juga sayang" jawab zadi pelan.

Membuat steve yang sedari tadi berdiri tepat di belakang mereka hanya bisa menghela nafas pelan.

💜💜💜


"

Enggak lian, nanti lo capek. Gue gak mau" ujar anya mencoba menolak permintaan kekasih nya tersebut yang ingin mengajak nya untuk melihat sunrise di atas gunung yang sejak awal ingin mereka datangi.

Masalah nya..
Jalur gunung yang ingin di datangi mereka itu benar-benar sulit, dan jika hujan! Mungkin tidak akan bisa di laluin oleh kendaraan.

"Apa lagi sekarang sedang musim hujan han.." ujar aluna lagi melanjut kan kalimat nya.

"Gak capek kok an, kan jalur nya bisa dilaluin motor" jawab lian cepat

"Nanti kalo terjadi apa-apa sama lo gimana lian?" Ujar anya dengan nada khawatir

"Lo doain gue ya an?" Jawab lian dengan sedikit kecewa akan kalimat yang anya lontar kan

"Enggak gitu han, lo juga tau maksud gue!" Jawab anya cepat

"Anak-anak juga pada ikut an" ujar lian mencoba meyakin kan kekasih nya tersebut

"Terpaksa han! Lo yang maksa kita untuk ikut" ujar abi kesal sedang kan lian hanya tersenyum menanggapi sahabat nya tersebut

Anya menghela nafas kasar dan terlihat berfikir keras mencoba mencari cara agar bisa menolak ajakan lian tanpa harus menyinggung perasaan kekasih nya tersebut.

"Jadwal kemo lo kapan han?"

TBC

🔥NEXT or NO? 🔥

HANCUR ~ (END)Where stories live. Discover now