"Tapi meskipun begitu, kami memutuskan tetap bersama. Kau tahu kenapa?"

Hinata tidak menjawab. Hanya tatapan matanya yang menyorot lurus ke depan -- tepat pada mata Shion.

"Karena kami saling menginginkan. Tidak seperti hubungan lain yang terkesan hanya satu pihak saja yang menginginkan."

Shion sedang menyindirnya. Hinata tahu. Dugaan semula di mana Hinata sempat berpikir bila perempuan ini mungkin belum tahu apa-apa, ternyata salah besar. Lagaknya, Naruto sudah bicara sangat banyak padanya.

"Itulah mengapa, bukankah sudah sepantasnya semua berakhir?" Jelas sekali, Shion sedang mendengus. Ia berusaha keras agar tidak meluapkan kemarahan saat ini. Perempuan di depannya masih belum berkata-kata, membuat Shion semakin muak.

"Kenapa kau memaksakan kehendak?" Sembari mengeluarkan sebatang rokok dari dalam tasnya, Shion melanjutkan. Ia butuh sesuatu untuk pelampiasan kekesalan dalam hati.

Hinata sedikit berpaling ketika asap itu sengaja diembuskan.

"Apa orang tuamu tahu hal ini?--ah!" Shion seolah-olah terkejut. "Benar. Orang tuamu ikut andil dalam menghancurkan hubungan orang lain."

"Jangan membawa-bawa orang tuaku."

"Bukankah memang begitu?"

Astaga, anak dan orang tua sama saja.

"Seharusnya, aku yang berada di posisi itu. Kau unggul karena orang tua Naruto yang menginginkanmu."

Sebuah pemahaman melintas di pikiran Hinata mendengar kalimat tersebut. "Jadi maksudnya, orang tua Naruto sebenarnya tidak merestui hubungan kalian?"

Shion terdiam untuk sesaat. Memalukan! Ia terbawa suasana hingga membocorkannya di depan seorang yang tidak seharusnya.

"Aku tidak peduli dengan mereka. Selama Naruto memilihku, itu cukup."

Bukankah terkesan konyol? Kau hanya mencintai satu orang, tapi kau juga diharapkan dapat mencintai semua yang berhubungan dengannya -- termasuk keluarga dan para kerabat. Padahal, kau hanya menginginkan dia, bukan orang lain di sekitarnya.

Shion tidak habis pikir mengapa harus bersusah payah untuk menarik hati orang lain yang tidak ada kaitannya dengan perasaan yang dimiliki.

Jika bukan karena Naruto, keluarga pria tersebut hanya pengganggu di matanya.

"Jadi, bukankah sebaiknya kau melepaskan dia? Kenapa menyiksanya dalam hubungan palsu bersamamu? Kau sangat rendahan."

Jemari Hinata mengerat. Genggamannya pada gelas minuman -- menjadi kian erat.

"Rendah? Kalau begitu, bukankah kita sama saja? Kau membiarkan dirimu menjalin hubungan dengan seseorang yang sudah memiliki istri. Meskipun pernikahan itu bukan dilandasi perasaan, tetapi tetap saja, menjadi seorang simpanan adalah hal yang terkesan tidak terhormat. Apa itu masih bisa dikatakan memiliki harga diri?"

Kening Shion tertekuk. Berani sekali perempuan ini memberi penilaian terhadap dirinya. Dia mengatainya simpanan?

Sungguh tidak tahu diri!

"Apalagi, orang tua Naruto tidak merestui hubungan kalian. Kenapa? Pasti karena ada alasannya. Kau mungkin sudah melakukan sesuatu hingga mereka tidak menginginkanmu bersama Naruto."

Mata Shion bergetar kecil. "Tutup mulutmu itu."

Hinata menghela napas melalui hidung. Situasi yang ada semakin buruk. Seluruh kekuatannya telah habis mengontrol perasaannya sendiri selama ini, dan ia tidak ingin semakin kacau karena terus meladeni perempuan di depannya.

Kalopsia [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now