31. Propose

28 2 0
                                    

Savero tidak lagi peduli jika dianggap lemah dan tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Menceritakan masalah pada mamanya tidak membuat Savero terlihat lemah. Mungkin dengan begini ia bisa menemukan solusi lain yang selama ini tidak ia pikirkan.

Ekspresi yang pertama kali mamanya tunjukan tentu saja beliau terkejut. Namun kemudian keterkejutan itu berubah menjadi kekecewaan yang jelas. Mama diam cukup lama usai Savero menjelaskan masalah yang dihadapi. Beliau tidak menyela. Tidak juga memberi tanggapan. Beliau sesekali menghela napas dengan tatapan yang menerawang.

Usai menceritakan duduk masalahnya, mama pun pamit. Ia pergi ke ruang kerjanya dan berdiam diri di sana. Meninggalkan Savero dan Lala di ruang tengah berdua saja. Sekitar dua puluh menit kemudian, Pak Gunawan datang. Dengan pakaian rapi dan tas jinjing yang digenggam erat di tangannya. Beliau sempat menyapa Lala dan Savero, sebelum kemudian ia masuk ke ruang kerja mama diantar oleh seorang asisten.

"La," panggil Savero sambil menoleh pada perempuan di sampingnya.

Lala menatapnya. Tersenyum lembut untuk menenangkan lelakinya. Ia menggenggam tangan Savero untuk meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja dan keputusan Savero adalah tepat.

"Janji kamu akan selalu sama aku, kan?" tanya Savero lirih.

Lala mengiyakan. Ia mengusap lengan Savero kemudian berkata, "Iya, Sav. Aku sama kamu terus. I love you, Sav. Now and then."

Lala mendengar ucapan Savero semalam. Ketika mengatakan cinta padanya, Lala sebenarnya juga terjaga. Tapi Lala tidak membuka matanya sebab ingin membiarkan Savero tenang dalam keheningan. Lala tak bisa menyembunyikan perasaannya ketika mendengar Savero mengucapkan kalimat itu. Jadi semalam, ketika ia memastikan Savero terlelap barulah Lala membuka mata dan tersenyum lembut sambil berbisik lirih membalas pengakuan Savero. Dan hari ini, ketika mereka berdua duduk bersama. Barulah Lala bisa mengucapkannya dengan jelas. Kalimat yang sama dengan yang ia ucapkan semalam.

"La," Savero berucap lirih kemudian tersenyum dan meraih tubuh Lala untuk ia peluk. Lala pun membalas pelukannya dengan sama erat.

"La, kamu jadi istriku, ya? Mungkin kehidupan kita gak akan selalu bahagia. Mungkin juga akan banyak masalah kedepannya. Atau mungkin juga, kita sendiri akan menghadapi kerikil-kerikil pertengkaran yang tak terhitung jumlahnya. Tapi, aku akan berusaha untuk selalu ada di sisimu. Menemanimu dalam keadaan apapun. Memenuhi kebutuhanmu dan keluarga kecil kita," tutur Savero melamar Lala.

Lala perlahan mengurai pelukan keduanya. Ia menggenggam tangan Savero kemudian menatap kedua mata Savero dalam-dalam.

"Sav, kamu mungkin juga harus menghadapi semua masalahku kedepannya. Kamu yakin kamu sanggup menggenggam tanganku sampai akhir?"

Lala coba memastikan. Bukan hanya memastikan bahwa dirinya sendiri siap menghabiskan waktunya dengan Savero, tapi juga apakah Savero bersama Lala dan segala masalahnya.

"Kita akan sama-sama terus, La. Aku ada buat kamu, begitupun sebaliknya. Kita akan selalu mengusahakan yang terbaik nanti. Apapun itu akan kita bicarakan berdua. Sama seperti sekarang," Savero berusaha meyakinkan. Mungkin memang terlalu terburu-buru melamar Lala sekarang. Tapi ia tidak ingin menyesal karena tidak melakukannya. Ia akan berjuang dan akan terus melakukannya hingga Lala dan dirinya bisa bersama.

"Iya, Sav. Aku mau," jawab Lala dengan yakin. "Aku mau bergandengan tangan sama kamu dan mengusahakan yang terbaik untuk kita berdua bersama-sama."

Lamaran Savero diterima dan ia sangat bahagia. Ia tidak mampu berkata-kata hingga hanya bisa diam dengan mata berkaca-kaca disusul dengan senyuman kelegaan. Savero sekali lagi membawa Lala dalam pelukannya sambil berbisik mengucapkan terima kasih berkali-kali.

Another ColorWhere stories live. Discover now