30. It's Okay, Sav

15 2 0
                                    

"Sav!"

Lala menghambur pada Savero dan memeluknya erat. Ketika pintu rumahnya terbuka dan mendapati Savero berdiri disana, yang ada di kepala Lala hanya satu. Ia merindukan lelaki itu.

Savero membalas pelukan Lala dengan erat namun lembut. Ia tersenyum di bahu perempuan itu kemudian menghirup wangi segar yang menguar dari leher Lala.

"Kamu kemana aja? Aku cari kamu sampai kebingungan."

Savero lagi-lagi tersenyum. Merasa senang sekaligus hangat ketika mendengar Lala mencarinya.

"Kangen aku, ya?" tanya lelaki muda itu.

Tidak berharap banyak dari jawaban Lala karena ia tahu Lala bukan tipe yang terbuka mengenai perasaan. Savero hanya ingin bertanya, tidak mengharap apa-apa.

"Iya, kangen," balas Lala lirih. "Aku kangen kamu," jelasnya.

Seperti taman yang bunganya mekar bersamaan. Mengeluarkan aroma wangi segar daun, tanah basah, dan aroma bunga. Segar, penuh warna, dan juga lembab. Savero menyukai sensasinya. Perasaan yang bahagia yang bermekaran ketika Lala mengucapkan itu padanya.

"Aku juga, La," Savero mengeratkan lagi pelukannya. Gemas dengan perempuan cantik yang terkungkung di kedua lengannya. "Aku juga kangen kamu. Sangat." Ia menegaskan.

Ada perasaan lega dan bahagia yang muncul yang Lala rasakan ketika mendengar Savero berkata demikian. Pelukan mereka kemudian terurai dan Lala membingkai wajah Savero dengan kedua telapak tangannya.

'Kita makan dulu, ya. Aku udah siapin makan malam buat kita berdua. Nanti setelah makan, baru kita ngobrol."

Savero memegang tangan Lala sambil tersenyum. Ia melepas tangan itu kemudian mengecup telapak tangan Lala sebelah kiri untuk kemudian ia genggam.

"Iya. Aku juga udah gak sabar nyicipin masakan buatanmu."

***

Malam malam berjalan dengan hangat. Hanya ada Savero dan Lala di meja makan kecil dekat dapur. Ditemani hujan yang turun petang itu, malam tak lagi terasa sunyi. Kini diiringi rintik air yang turun dan aroma hujan yang khas.

Usai makan malam mereka duduk bersama di sofa yang ada di ruang tengah. Mereka menonton sebuah film romantis yang tersedia di Netflix. Lala menyandarkan kepalanya di dada Savero sementara Savero merangkul bahu perempuan itu dengan lembut. Mengusapnya sesekali untuk memberikan kenyamanan.

Selama beberapa saat, tidak ada yang bicara diantara keduanya. Lala diam begitu juga dengan Savero. Keduanya sama-sama tidak fokus pada film yang mereka tonton dan tampak sibuk dengan pikiran masing-masing.

Lala menghela napasnya dalam kemudian membuangnya perlahan. Ia kemudian menegakkan posisi duduknya dan menoleh menatap Savero. "Aku kayaknya gak tahan buat diem-dieman sama kamu. Aku gak bisa nahan diri buat nanya, dimana kamu selama dua minggu ini. Aku gak ngerti kenapa kamu gak ngomong apa-apa sama aku. Bahkan pas aku pamit ke kamu buat pergi ke Amerika satu minggu, kamu juga gak ngomong apa-apa. Padahal kamu udah dua minggu ini gak ke kantor."

Lala menarik napasnya lagi. Ia menatap Savero dengan sedih. "Kamu kenapa, Sav? Selama dua minggu ini kamu kemana?"

Ditanya seperti itu, bukannya marah atau terganggu Savero justru merasa senang. Ia senang karena ada yang mencarinya, senang ada yang peduli padanya, senang ada yang menatapnya dengan raut khawatir seperti yang Lala lakukan saat ini. Savero bahagia, Lala perhatian padanya. Dan itu sudah lebih dari cukup.

"La, aku ada. Aku gak kenapa-kenapa. Aku juga gak kemana-kemana."

"Tapi kamu gak ada, Sav. Aku kemarin ke kantor kamu. Tadi siang juga. Tapi kamu gak ada di kantor. Baru tadi siang aku tahu ternyata kamu udah gak kerja selama dua minggu ini. Bahkan kamu udah gak tinggal di rumah papa kamu."

Another ColorWhere stories live. Discover now