24. To Hug You

12 2 0
                                    

Ketika senja berpamitan dengan indahnya, Lala hanya mengamatinya dalam keheningan yang tiada berkawan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika senja berpamitan dengan indahnya, Lala hanya mengamatinya dalam keheningan yang tiada berkawan. Merasakan desir angin yang menerpa kulitnya di bawah payung langit yang perlahan menjadi gelap. Kabur, menghilang sejenak dari penatnya pikiran dan terpaan ekspektasi yang gagal dipenuhi. Menghindar agaknya menjadi jalan yang Lala pilih untuk sekadar menenangkan hati.

Di tengah keheningan dan kesendirian tak bertepi itu, Savero datang. Menyusulnya bersama selimut hangat yang lantas berakhir di bahunya. Duduk bersama merasakan angin pantai yang entah sejak kapan menjadi semakin dingin dan kencang.

"Masuk, yuk. Udah malam," Savero mengusap lengan Lala dengan lembut membujuknya.

Lala menoleh. Sekedar tersenyum kemudian mengangguk menyetujuinya.

Tidak ada kata yang keluar dari bibirnya. Lala hanya beranjak dan membiarkan merangkulnya masuk ke dalam penginapan.

Sebulan sudah Lala menghilang. Ia pergi menjauh dari bisingnya perkotaan. Melepaskan semua urusan di tangan orang-orang yang ia percayai. Sekali lagi meninggalkan Savero tanpa pesan ataupun peringatan. Hingga si lelaki akhirnya berhasil menemukannya sebagai pencarian.

Lala menyewa sebuah resor pinggir pantai. Menetap di sana berkawan dengan kanvas dan cat lukis lainnya. Lala seperti kembali labil dan kehilangan arah setelah pembicaraan terakhir dengan papanya. Ketika terasa mulai buntu, ia mengingat perkataan Savero yang memintanya untuk melepas semuanya dan hidup dengan bahagia.

"Mau coklat panas?"

Lala menggeleng. Ia hanya menghela napas kemudian berhenti ketika Savero menutup pintu kaca di belakangnya. Lala diam menunggu hingga Savero kembali merangkulnya dan mengajaknya masuk dan duduk sofa yang ada di ruang tengah.

Savero membingkai wajah Lala dengan kedua tangannya. Menatap dengan tulus dan tersenyum begitu manis di hadapan perempuan itu.

"Aku kangen kamu, La. Kenapa menghilang lagi, sih?"

Lala terkekeh. Ia menggeleng lalu berkata, "Tapi kamu berhasil nemuin aku lagi."

"Iya, soalnya aku cari. Kalau kamu gak ketemu, nanti aku sama siapa?"

"Tapi ketemu, Sav. Jadi kamu tetep sama aku," Lala melepas tangan Savero dari wajahnya kemudian digenggamnya dengan lembut. "Maaf, ya. Sekali lagi bikin kamu khawatir."

"Gak ada yang perlu dimaafkan. Kamu dalam keadaan sehat dan baik-baik aja, udah bikin aku tenang. Makasi, La. Udah berjuang dan bertahan sejauh ini."

"Makasih juga buat kamu, Sav. Udah dengan sabar dan setia ngadepin aku yang labil."

Savero terkekeh. Setuju dengan anggapan Lala terhadap dirinya sendiri. "Yang penting badainya udah lewat walau perlahan."

Perempuan itu mengangguk setuju. "Pelan-pelan aku akan melepaskan diri dari badai ini, Sav. Badai yang sebenarnya aku sendiri yang menyebabkannya."

Another ColorWhere stories live. Discover now