13▫️Hasil tes DNA

90 46 68
                                    

Leon tertidur lelap di ranjang hotel dengan seprei putih, dengan selimut tebal putih membalut badanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Leon tertidur lelap di ranjang hotel dengan seprei putih, dengan selimut tebal putih membalut badanya. Tak lama ia terbangun dari tidurnya. Matanya kembali menutup sedangkan tangan kanannya meraba-raba sekitarnya, lalu kemudian mendapatkan handphone dan di ambilnya.

Matanya sedikit terbuka melihat handphone yang seketika menyela menampilkan pukul sembilan.

Leon bergegas bangun beranjak ke toilet. Sesampai di toilet Leon hanya membasuh muka. Ia menunduk melihat bajunya yang masih memakai baju kemarin.

*****

Di dalam Mall saatnya Leon untuk membeli baju. Leon melihat-lihat baju atasan bergantungan yang padat di hadapannya.

"Mamah ini, katanya mau belanja bulanan. Kok. Malah kesini."

Telinga Leon mendengar suara berat itu dan ia pun merasa akrab dengan suara berat itu.

Leon melirik ke arah suara. Mata Leon membulat. Ia terkejut. Seperti dugaan nya, kedua orang tua nya sedang berjalan di dekatnya. Sontak Leon langsung bersembunyi.

"Mamah mau beli baju Koko untuk Leon."
Ucap Fika, ia pun mulai memilih Koko.

Namun di sana Fika tidak menemukan baju Koko yang pantes untuk anaknya. Ia menghela nafas dengan tatapan kosong, lalu berdecak.

"Mamah sangat merindukan Leon. Dia betah tidak ya di pondok."

"Mah. Untuk apa mamah merindukan anak itu. Anak itu sudah membunuh Dani. Kakaknya sendiri."

Leon masih bersembunyi di sana. Terkejut. Seketika dadanya terasa seperti di tinju. Oleh perkataan ayahnya yang sampai terdengar jelas di telinga nya. Rahangnya pun mengeras dan tangannya mengepal kuat, menahan sesak atas tuduhan ayah nya.

Leon memutuskan untuk pergi dari persembunyian nya. Namun tidak di sengaja kaki nya menendang stand hanger / gantungan baju besi, sampai bergeser dan menimbulkan bunyi.

Fika mendengar bunyi geseran itu. "Ish! Papah. Jangan ngomong seperti itu, di sini banyak orang."
Desah Fika.

"Pah. Hilangkan prasangka buruk Papah. Leon itu anak baik-baik. Mamah ingatkan lagi sama Papah jangan ngungkit kematian Dani lagi. Mamah masih berat dengan kepergian Dani."
Kini Fika hilang semangat untuk memilih baju kembali.

Handphone di dalam tasnya berbunyi. Fika segera mengambil dan mengangkat panggilan.

"Wa'alaikumsalam. Iz, ada apa?" Tanya Fika setelah mendengar salam Iz dari telepon.

"Apa! Leon tidak ada di pondok. Maksud kamu apa Iz?"
Fika belum mengerti dengan ucapan Iz dari telepon.

"Apa! Leon kabur dari pondok?"
Fika tak menyangka.

Araf menelan ludah, menahan amarah atas kabar yang di dengarnya seraya melihat istrinya yang kini sudah menutup telponnya.

"Mamah masih percaya kalau anak itu anak baik. Anak itu kabur mah. Masih di bilang baik juga?"
Bisik Araf penuh emosi.

Gadis yang Berbeda (On Going)Where stories live. Discover now