11. TENGAH MALAM

16 4 5
                                    

Selamat membaca.


Diusapnya kepala kecil perempuan yang sangat rendah darinya, sebagai bentuk pamitan. Tanganya berpindah menarik pinggang ramping perempuan di hadapannya dan mendekapnya erat sembari mengelus punggung kecil itu dengan gerakan lambat tapi pasti.

"Lagi kenapa sih Kak kayanya nempel banget hari ini." Zera membalas pelukan Vegas di iringi tawa.

"Kenapa sih, emang nggak boleh?" cibir lelaki itu kemudian mengurai pelukannya.

"Emang boleh se-clingy ini tapi nggak ada status, Kak?" sindir Zera sengaja.

"Jangan malem-malem ya tidurnya, gue balik."

Senyum Zera sirna saat Vegas tak membalasnya dan selalu seperti ini, menghindar saat ia memulai membahas kedekatan.

"Habis dari sini langsung balik atau kemana dulu, Kak?" tanya Zera.

Gadis itu terus menatap Vegas yang sudah mulai memakai helm dan menaiki motor besarnya. Hatinya sedikit kecewa melihat kepergian Vegas tanpa membalas apa yang ia mulai barusan. Kapan dirinya akan di sebut sebagai pacar. Sejujurnya Zera sangat tersinggung dengan kalimat Zeekara waktu cekcok kemarin.

"Nggak tau, liat nanti."

"Oh oke," balas Zera pelan.

"Ze, jangan tidur malem-malem. Jangan begadang." pesan lelaki itu yang hanya di balas anggukan oleh perempuannya.

Setelah itu Vegas melajukan sepeda motornya dan menjauhi pekarangan rumah Zera. Di susul dengan Zera yang juga ikut pergi masuk ke dalam rumah, yang selalu kosong.

*****

Seorang gadis tengah terlentang di atas kasur king size nya sembari menatap ponsel genggamannya dengan tatapan bimbang. Sudah terhitung 1 jam lamanya gadis itu masih menimang untuk menanyakan sesuatu pada seseorang yang jauh dari nya.

"Telpon nggak yaaaa," Sabita tampak pusing sendiri.

"Tapi kalo nggak nanya gue penasaran mampus. Nggak berani nanya Mami," gumamnya setengah kesal. 

"Tapi Mas Abim lagi sibuk nggak ya. Gimana kalo pertanyaan dari gue malah bikin dia nggak fokus sama kerjaan." Sabita bangun dari rebahanya dan duduk bersandar di kepala ranjang.

"Telpon, enggak, telpon, enggak, telpon." Gadis itu menghitung jarinya sebagai bahan pertimbangan, dan ketika berakhir dikata telpon malah membuat nyalinya menciut.

"Nggak usah deh yaa,"

"Enggak. Harus telpon!!" serunya berubah dalam sekejap.

Sabita mencari kontak Abim dan menekan ikon telepon dan menunggu Abim mengangkatnya.

"Halo, Bita."

"Eh,"

Sabita sampai kaget mendengar telpon yang sudah tersambung dan mendengar suara Abim karena menunggunya sambil memikirkan beberapa kemungkinan.

"Halo, Mas Abim."

"Kenapa, Dek?" tanya Abim dari sebrang sana.

"Mas, aku boleh nanya nggak sih."

"Boleh lah masa nggak boleh. Mau nanya apa emangnya hm?"

NISCALA & AMERTAWhere stories live. Discover now