10. TERTOLAK

16 5 8
                                    

Selamat membaca


Suasana pagi ini seharusnya cerah sekali karena matahari bertengger di atas sana begitu sangat cantik. Tapi entah kenapa di bangku tengah baris ke tiga begitu suram. Rigel dan Lio merasakan atmosfir suram di dalamnya, kala matanya mendapati Vegas yang duduk di bangkunya tak melakukan apapun dan selalu menatap layar ponsel.

Laki-laki itu biasanya tak seperti itu. Biasanya pagi-pagi begini dia akan mengajak sarapan di kantin Daddy Sam sekaligus menggoda anak perempuan Daddy Sam yang berusia 9 tahun. Entah kenapa lelaki itu tak melakukannya hari ini.

"Banyak utang lo diem aja. Masih pagi kali, Bu Ani aja masih godain Pak Yudi jam segini, lah lo udah suram aja." Goda Rigel menyenggol lengan Vegas. Pria itu meliriknya sebentar lalu kembali ke kegiatan awal, melamun.

"Kenapa sih lo," timpal Lio.

"Nggak kenapa-kenapa," balas Vegas singkat.

"Yaudah ayo ke warung Dad Sam kalo nggak kenapa-kenapa," ajak Lio.

"Nggak mood, lo berdua aja."

Sudah terhitung sejak dua hari yang lalu lelaki ini murung tanpa sebab. Saat libur sekolah pun yang biasanya mereka berkumpul di tempat bilyard, mereka tak melakukannya karena Vegas tak mau datang beralasan malas. Padahal biasanya Vegas lah yang paling bersemangat.

Hingga tepatnya Senin pagi sekarang pun lelaki itu masih sama, diam tanpa alasan yang jelas. Pagi ini juga perdana seorang La Vegas tak membolos. Biasanya Vegas tak pernah absen membolos, tapi entah kenapa pagi ini Vegas ikut tertib melaksanakan pengibaran bendera hingga selesai.

"Lo kenapa sih anjing! Udah dua hari nggak jelas gini," kesal Rigel.

"Main nggak mau, di ajak ngomong diem aja," timpal Lio.

"Nggak di kasih jatah lo sama Zera?" ceplos Rigel.

Biasanya jika di ejek seperti barusan Vegas akan dengan cepat membalas, tapi kali ini tidak. Tidak seperti Vegas yang biasanya, pikir kedua teman Vegas.

"Vegas!" teriakan dari seorang gadis di depan pintu sambil melambai pada tiga laki-laki yang sekarang sedang menatapnya.

Vegas menaikkan sebelah alisnya, masih tak bersuara.

Gadis itu menyuruh Vegas mendekat. "Sini! Di panggil anak osis," serunya.

Dengan langkah malas Vegas berjalan menghampiri wakil ketua kelasnya.

"Apa?" tanya Vegas tanpa minat.

"Di panggil Pak Tanto."

"Ya nanti gue kesana." Vegas hendak kembali ke tempatnya tapi ia urungkan.

"Sekarang, Gas."

"Ck. Gue males. Bisa nanti aja nggak?" Kedua anak osis itu menggeleng secara bersamaan.

"Beliau di kelas 11 MIPA 3."

Bagai mantra sihir yang bekerja dalam sekejap. Tubuh serta matanya langsung berubah drastis saat mendengar kelas 11 MIPA 3 di sebut.

"Gue ke sana." ujarnya langsung pergi.

Sedangkan di bangku tadi, dua orang lelaki masih memperhatikan pintu masuk tempat dimana Vegas berdiri dan sekarang sudah melesat jauh.

"Kenapa tuh anak tiba-tiba langsung semangat gitu."

"Menang lotre kali." sahut Lio.

*****

Di ketuk nya pintu bercat coklat itu sebanyak tiga kali. Dengan langkah semangat dan perasaan senangnya Vegas sampai tak bisa menahan senyumnya untuk tidak mengembang.

NISCALA & AMERTADove le storie prendono vita. Scoprilo ora