The Star Poem : 17

0 2 0
                                    

"Tapi bagaimana dengan Oasis terbesar ini? Dan danaunya disana?" Tanya Ravell sambil menunjuk danau berwarna biru berkilauan tertimpa cahaya fajar

Iregim mengikuti arah pandang telunjuk Ravell "Apakah kalian melihat sesuatu di sana beberapa jam ini?"

Spencer dan Ravel menggelengkan kepala sebagai balasannya, "Sepertinya tidak kami dari tadi berada di sekitar situ dan hanya menguburkan tubuh Vizier Agung tidak jauh dari danau. Kami tidak melihat keanehan apapun di danau kami berpikir bahwa itu mungkin besok sehingga menunggu berita darimu."

"Kau benar Ravell harus ada yang berjaga di sini dan melihat tempat mana yang benar mungkin bisa saja Oasis dengan danau terbesar itu pengajarnya atau mungkin proses terbesar ini yang pengecohnya?" Ujar Iregim setuju

Setelah sepakat, mereka berpisah dengan Spencer yang menjaga danau di oasis terbesar, sementara Ravell dan Iregim memutuskan untuk pergi ke Oasis dengan danau terbesar. Selagi Mereka berdua pergi meninggalkan Spencer. Pria dengan paras rupawan itu memeriksa setiap sudut oasis dengan cermat, mencari tanda-tanda apa pun yang bisa memberikan petunjuk mengenai keanehan yang mungkin terjadi.

Saat matahari semakin tinggi di langit, Spencer melihat seorang pria tua berjalan mendekat. Pria itu berpakaian seperti seorang bijak dengan jubah panjang dan tongkat kayu di tangannya. Wajahnya penuh dengan keriput yang menunjukkan usia dan pengalaman yang mendalam.

"Dibutuhkan mata yang cerdas untuk melihat kebenaran di balik ilusi," kata pria tua itu dengan suara lembut, seolah-olah membaca pikiran mereka.

Spencer merasa bahwa pria ini mungkin memiliki pengetahuan yang berharga. Dengan penuh hormat, Spencer meminta pandangan dari pria bijak itu tentang situasi di oasis.

"Danaulah yang harus kau perhatikan," kata pria itu, "Tetapi, perhatikan bukan hanya dengan mata, melainkan dengan hati dan pikiran yang tajam."

Spencer menoleh ke danau, mencoba memahami apa yang dimaksud oleh pria bijak itu. Sinar matahari terus menyinari danau biru yang begitu indah itu, menciptakan kilauan yang mempesona. Namun, dengan pandangan yang lebih dalam, mereka mulai melihat ketidaksempurnaan dalam gambaran yang seolah sempurna.

"Ada pola-pola yang aneh di permukaan danau," ujar Spencer sambil fokus memeriksa danau dengan lebih teliti.

Pria bijak itu tersenyum. "Ilusi ini diciptakan dengan begitu mahir, bahkan mata terlatih pun dapat terperdaya. Namun, kekuatan ilusi memiliki celah, dan hanya dengan pemahaman yang mendalam kalian bisa memecahkan misteri ini."

Spencer memahami bahwa ia harus berpikir lebih dalam. Dengan tekad bulat, Spencer mulai menghubungkan titik-titik aneh yang mereka lihat di danau. Merasa ada pola tertentu yang tersirat, sesuatu yang mungkin merupakan pesan tersembunyi.

Beberapa saat berlalu, Spencer akhirnya melihat pola yang jelas di permukaan danau. Pola-pola tersebut membentuk huruf-huruf yang tak terbaca dengan mata telanjang, tetapi saat diurai dengan benar, membentuk kata-kata yang berarti: "Kunci Terletak dalam Cahaya."

Dalam kejutan dan kebingungannya, Spencer memandangi permukaan danau yang kini tampak seperti biasa. Pria bijak yang memberikan petunjuk penting itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Namun, pesan yang diterima oleh Spencer dari pola di permukaan danau tetap ada dalam pikirannya: "Kunci Terletak dalam Cahaya."

Dia merasa getaran dalam hatinya, suatu panggilan untuk memahami pesan tersebut. Dengan determinasi yang lebih kuat, Spencer menyadari bahwa dia tidak boleh membiarkan kesempatan ini lewat begitu saja.

Saat Pria dengan hidung bangir itu merumuskan rencana lebih lanjut, tiba-tiba angin berhembus kencang. Cahaya matahari tampak memantulkan kilauan yang aneh di permukaan danau. Pola-pola misterius kembali muncul, membentuk kata-kata baru: "Lunar lah yang Memandu Jalan."

Ravell Mogarr and The Legend of Ugr : City of Dragon | ft. TkWhere stories live. Discover now