CARRANT : 12

0 2 0
                                    

Lingkaran aneh tersebut adalah bagian dari tubuh ular raksasa yang terkubur di tanah. Ravell merasa takjub dan ketakutan melihat keberadaan makhluk mitologi yang begitu besar dan menakutkan.

Spencer melangkah mendekati tubuh ular, tanpa rasa takut sedikit pun. "Ini adalah Gerbang Carrant, pintu masuk ke dunia magis yang tersembunyi di dalam tubuh ular ini," ucap Spencer seraya menatap penuh kekaguman pada makhluk raksasa tersebut.

Ravell merasa pertanyaan meloncat di benaknya. "Apa kita harus masuk ke dalamnya?"

Spencer tersenyum. "Benar, kita harus melintasi Gerbang Carrant untuk mencapai kota magis Carrant di dalamnya. Itu merupakan satu-satunya cara untuk sampai ke tujuan kita."

Ravell merasa ragu. Namun, ia tahu bahwa mencapai tujuan mereka yang sebenarnya memang tak bisa dihindari. Dengan berani, ia melangkahkan kaki menuju gerbang dengan diikuti oleh Spencer.

Saat mereka berada di dekat gerbang, tiba-tiba itu yang menyerupai sisik tubuh ular tersebut bergerak dan mulai membentuk tangga yang mengarah ke tubuh ular yang lebih dalam. Mereka dengan hati-hati mengikuti tangga tersebut, menuju kedalaman yang gelap dan misterius.

Setelah melewati serangkaian lorong yang sempit dan gelap, akhirnya mereka tiba di sebuah area terbuka yang beratapkan gemerlap langit malam yang begitu luas. Cahaya gemerlap dan suara ramai memenuhi ruangan tersebut. Mereka berada di tengah kota magis Carrant, sebuah kota yang yang tampak menyeramkan tersembunyi dan menyimpan kekuatan magis yang begitu besar.

Ravell tak dapat menyembunyikan ketakutannya sebab satu rumah dengan rumah yang lain tidak memiliki lampu sama sekali dan banyak kain-kain atau rumbai kain rusuh tak terawat dan seperti telah ditinggalkan menghiasi bangunan-bangunan di sana selain itu jalannya terasa sulit karena bebatuan yang sangat terjal dan lumayan tajam. Lafal mengamati bahwa kebanyakan rakyat Carrant itu berkulit coklat seperti Qashim yang berminggu-minggu bisa hidup di tengah padang pasir tandus. Sungguh sebuah keajaiban.

Spencer mengajak Ravell untuk berkeliling kota, untuk mencari informasi namun selain mencari informasi mereka juga berusaha untuk berbaur dengan para penduduk Carrant yang ada di sana. Mereka melihat para pengrajin magis yang mahir menciptakan barang-barang kuno, para penyihir muda yang sedang mempraktikkan mantra, dan juga tempat ibadah magis yang meriah dengan ritual-ritual yang memukau.

Walaupun seperti tampak seperti kota yang terbengkalai namun ternyata seiring dengan waktu berlalu Carrant tampak lebih ramai di malam hari sebab di saat malam itulah penyihir mulai aktif melakukan kegiatannya berbanding terbalik dengan kota pada umumnya.

Namun, di balik keindahan itu, terdapat rahasia-rahasia gelap yang tak terungkap. Spencer bercerita bahwa sejak beberapa waktu terakhir, kota Carrant dilanda oleh kekuatan jahat yang ingin menguasai dunia magis.

Ravell bertanya pada Spencer "Dari mana kau tahu berbagai informasi seperti ini?" Spencer berdecak sembari mengelus pedang yang ada di pinggangnya "Kau meragukanku aku? adalah seorang petualang itu sebabnya aku tahu banyak mitos-mitos dan kejadian yang ada di lapangan daripada dirimu".

"Kemudian apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Iregim sembari melayang di udara menembus serambi-serambi bangunan tua di Carrant.

"Yang pertama tentu saja kita harus mencari penginapan karena ini sudah menjelang malam sedangkan kita belum beristirahat sejak beberapa hari yang lalu ditempat jadi sebaiknya kita harus mencari tempat penginapan dulu untuk beristirahat." Ravell menyetujui usul dari Spencer "Lihat itu penginapannya sebaiknya kita bergegas dan menanyakan apakah masih ada kamar yang tersisa di sana"

Ravell mengikuti arah pandang yang ditunjuk oleh Spencer ia dapat melihat bangunan tua yang dindingnya terbuat dari kayu walaupun terlihat tua namun bangunan tersebut sangat kokoh dan di bawahnya terdapat bar terbuka yang ramai dengan beberapa pengunjung yang tampak minum-minum di sana. Ravell merasa sedikit lega bahwa bar tersebut ternyata sama seperti bar bar pada umumnya.

Mereka berdua berjalan menuju penginapan tersebut, melangkah melalui jalan-jalan kecil yang dipenuhi dengan tunawisma dan pengunjung yang sibuk. Saat mereka mendekati penginapan, suara gemuruh musik dan tawa dari bar semakin terdengar. Spencer mengangkat alisnya, tampaknya ia tertarik dengan suasana yang ada di dalamnya.

"Apakah tidak masalah apabila kita berada di tempat yang ramai seperti ini bukankah katamu kita adalah buron?" tanya Ravell, sedikit ragu.

Spencer menggelengkan kepalanya. "Kau tenang saja, Carrant merupakan tempat yang sedikit diasingkan dari semua kerajaan di Livgarr sehingga tidak mungkin ada yang mengetahui bahwa status kita adalah buron di sini karena kota ini memang tidak peduli dengan kerajaan ataupun kota lain di Livgarr, lagi pula ini saatnya kau menerima kehidupan sebagaimana adanya, Ravell. Sebagai seorang petualang, kita harus terbuka terhadap segala hal yang baru dan menarik. Siapa tahu, kita bisa mendapatkan informasi yang berharga di sana?"

Ravell mengikuti Spencer ke dalam bar tersebut, hatinya masih sedikit ragu namun ia tidak ingin terlihat seperti pengecut di hadapan Spencer. Begitu mereka memasuki bar, suasana yang ramai dan riuh langsung menyapa mereka. Para penyihir dan makhluk magis yang beraneka ragam sedang menikmati minuman dan makanan, mengobrol dan tertawa riang.

Spencer dan Ravell melangkah ke bar dan duduk di salah satu meja kosong. Pelayan segera mendekati mereka untuk memesan minuman. Spencer memesan anggur hitam, sementara Ravell memesan segelas jus buah.

"Mungkin aku bisa mencoba berbaur dengan mereka dan mendapatkan beberapa informasi," bisik Spencer kepada Ravell.

Namun, sebelum Spencer dapat beranjak dari meja, kedua mata mereka tertuju pada seorang penyihir tua yang duduk sendirian di sudut ruangan. Tampaknya ia sedang merenung dengan tatapan kosong, wajahnya penuh bekas luka dan usia yang tertera jelas.

Ravell merasa tertarik pada penyihir tua tersebut, ia merasa bahwa mungkin penyihir tua tersebut memiliki informasi mengenai ritual pemanggilan pahlawan yang salah. Dengan perlahan, Ravell bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati penyihir tua itu.

"Dapatkah saya duduk bersama Anda?" tanya Ravell dengan sopan.

Penyihir tua tersebut mengangkat kepalanya dan tersenyum dengan penuh kehangatan. "Tentu, silakan duduk."

Ravell duduk di sampingnya, merasa tegang namun rasa penasarannya tidak bisa ditahan. "Apakah anda mengetahui sesuatu tentang ritual pemanggilan pahlawan? kudengar ada pahlawan yang baru saja dipanggil ke Livgarr untuk menyelesaikan urusannya dengan gerbang besar. Apakah Anda mengetahui sesuatu tentang hal tersebut?"

Penyihir tua itu mengernyitkan keningnya. "Kau tahu banyak untuk seorang pengunjung baru di kota ini" Ravell merasa berkeringat dingin mendengar pernyataan penyihir tua tersebut, "Ah, penglihatan tajam seorang petualang, aku paham," ucap penyihir tua itu dengan senyuman. "Benar, aku tahu tentang ritual pemanggilan pahlawan. Tetapi, cerita ini bukanlah yang bisa diungkapkan dengan singkat. Jika kau ingin tahu lebih banyak, ikutilah aku ke tempat yang lebih sepi, dan aku akan menceritakan semuanya."

Ravell merasa jantungnya berdebar-debar. Tawaran ini seperti membawa mereka menuju petualangan yang lebih dalam dan misterius. Ia menatap Spencer dan Iregim yang balik menatapnya dengan cemas, Spencer menganggukkan kepala dengan penuh dukungan.

Dengan penuh harap, Ravell mengikuti langkah-langkah pelan penyihir tua tersebut. Mereka melewati lorong-lorong sempit di antara meja-meja dan makhluk-makhluk ajaib yang berpesta. Akhirnya, mereka mencapai ruang kecil yang lebih sepi di belakang bar.

"Kisah ini tidak biasa," ucap penyihir tua itu setelah mereka duduk di meja. "Ritual pemanggilan pahlawan adalah upaya putus asa kami untuk mengatasi ancaman dari tanah kegelapan yang semakin besar ancaman. Namun, ritual ini memiliki konsekuensi besar yang belum tentu siap dihadapi oleh pahlawan yang dipanggil."

Ravell terdiam, tergantung pada setiap kata yang diucapkan oleh penyihir tua tersebut. Dalam sorot mata penyihir itu terdapat pengalaman yang luar biasa namun Ravell masih ragu dan tidak bisa sepenuhnya percaya pada perkataan penyihir tua tersebut sebab seperti yang Jarnalas peringatkan padanya bahwa penyihir-penyihir yang tinggal di Carrant kebanyakan adalah penyihir hitam itu artinya bahwa ilmu yang digunakan mereka adalah berhubungan dengan tanah kegelapan.

***

Haloo haloo ada yg kangen dengan cerita ini nggak? Yahhh kalau nggak juga gapapa sih. Buat yg mau baca semoga dibaca hahahaha

Ravell Mogarr and The Legend of Ugr : City of Dragon | ft. TkWhere stories live. Discover now