28.🌼 Sebuah bom

4.9K 253 18
                                    

Happy Reading

.
.
.




Hari ke hari, Alin dan Emma semakin dekat. Sudah beberapa kali pula Emma mengajak Alin untuk ke rumah nya tapi Alin menolak karena tak diizinkan.

Dan tibalah hari ini di mana Alin, Ririn, Sari, Bunga dan Emma berada di rumah Alin. Mereka mengerjakan tugas kelompok yang di berikan oleh guru.

Mereka pulang mengganti seragam mereka terlebih dahulu baru lah ke rumah Alin.

Tin tong~

Alin segera berdiri dan membuka pintu untuk teman-teman nya. "Assalamualaikum Alin."

"Waalaikumussalam salam, ayo masuk."

Mereka tiba di ruang keluarga dan duduk di sofa yanga ada di sana. "Di makan kukis nya, itu buatan Mama Alin loh. Minum nya tunggu sebentar, bibi lagi buatin."

"Iya, makasih lin"

"Lin rumah kamu sepi banget." Ucap Bunga melihat sekeliling rumah Alin yang begitu luas dan begitu sepi.

"Mama Papa, Bunda dan Ayah masih di Makassar, besok baru pulang. Abang-abang aku pergi kerja, mereka pulang sore nanti. Dan kalian tau bang Alden dan bang Bian masih di sekolah." Mereka semua mengangguk mengerti.

"Ini minum nya non." Kata seorang art.

"Makasih bi."

"Sama-sama non."

"Kak Arkan belum pulang lin?" Tanya Ririn.

"Ririn suka kak Arkan lin" bisik Sari, tapi Ririn dapat mendengar nya.

"Gak yaa."

Alin tersenyum "Belum, katanya sih dua hari lagi di pulang. " Ririn mengangguk paham.

"Kalian minum dulu ya, aku mau ke atas dulu." Pamit Alin.

Emma sendari tadi diam melihat sekeliling. "Cctv nya hanya ada tiga. Ternyata keamanannya tidak terlalu ketat seperti yang Erik katakan. " Batinnya meremehkan.

Tak tau saja Emma ini, kalau Cctv yang ada di sana puluhan lebih, tapi yang terlihat hanya beberapa karena Yang lain Arsan buat sendiri bahkan lebih canggih lagi karena dapat mendengar suara.

"Yuk kita mulai kerja." Ajak Alin.

"Ok."

"Kita bagi-bagi ya biar cepet selesai." Usul Ririn.

"Ok."

Para cewek-cewek itu mulai mengerjakan pekerjaannya masing-masing, mereka begitu fokus kecuali satu orang, Emma.

Emma terlihat sedang berfikir keras, tapi buka tentang tugasnya karena dari tadi dia belum menuliskan apa-apa.

Seketika Emma tersenyum senang saat mendapatkan ide, ia menggosok tangannya seraya tersenyum miring.

"Ngapain lo diam aja? Tuh kerjaan lo belum ada." Kata Bunga menegur Emma.

"Eh, maaf aku enggak terlalu mengerti soalnya. " Jawab Emma.

"Beban banget. " gumam Ririn melirik Emma dengan sinis.

Mereka kembali fokus mengerjakan pekerjaannya masing-masing, Emma pun sudah mulai menulis di bukunya.

"Alin, aku mau toilet nih, di mana yaa?" Tanya Emma pada Alin.

"Di samping dapur ada kok, kamu terus-terus saja dari sini udah keliatan kok." Jelas Alin.

"Ok, makasih ya lin."

Emma pun beranjak dari duduknya menuju toilet dapur. Sampai di dapur, Emma tak masuk di toilet dia malah mengeluarkan handphone nya.

Posesif BrotherWhere stories live. Discover now