10.🌼 Gak mau ditinggal

10.3K 552 15
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Di hari berikutnya, Alya sudah melupakan kejadian kemarin. Dia sudah kembali pada dirinya sendiri, seperti saat ini dia dan Aira menyiapkan sarapan untuk yang lain.

Pada hari Senin ini Argan akan pergi ke London untuk mengurus perusahaan yang sedikit masalah di sana.

Dan yang menghebohkan rumah adalah, Alin yang terus menempel pada Argan tidak mengizinkan Alfan itu pergi.

"Hanya tiga hari sayang, tidak lebih. Setelah itu Abang pulang. Enggak lama kok, nanti Abang belikan marshmellow yang banyak."

"Enggak mau." Jawab Alin singkat.

Sudah setengah jam di terus menempel pada Alfan, padahal ini sudah jam berapa. Sebentar lagi gerbang sekolah akan di tutup.

Alden dan Albian juga belum berangkat. Mereka semua sudah membujuk dengan seribu rayuan tapi tak ada yang mempan.

"Gak mau hiks...hiks... Gak mau Abang hiks... Pergi hiks.... Huaaa." Dan berakhir Alin menangis membuat mereka kelimpungan.

"Udah dong nak. Cup cup, anak baik gak boleh nangis nanti cantiknya hilang." Kata Gara mengelus rambut Alin.

"Abangnya gak lama kok sayang." Timpal Alya.

"Tapi hiks... hiks... Itu la-ma Mamaa..."'

"Udah ya sayang, nanti sesak loh." Kata Argan mengusap air mata Alin yang berjatuhan.

"Yaudah, Abang antar ke sekolah dan temani Alin sampai istirahat gimana?" Tawar Alfan, Alin mengangkat wajahnya yang semula di sembunyikan di dada bidang Alfan.

"Lalu?" Tanyanya.

"Setelah itu Abang baru berangkat Korea?" Alin menggeleng dengan tegas. Dia kembali menenggelamkan wajahnya di dada bidang Alfan.

Begitulah Alin, yang tak ingin abangnya pergi jauh darinya. Apalagi jika Arkan harus tugas, Alin bahkan nangis dan berakhir jatuh sakit. Pernah juga Arkan membatalkan perjalanan nya, namun tak sering karena dia juga tidak bisa seenaknya.

"Dua hari, hanya dua hari setelah itu Abang Alfan akan pulang." Kini Arsan yang berbicara, Alfan langsung menatapnya protes. Dia tidak ingin berjanji yang tidak pasti berujung mengecewakan adiknya.

Dari pada dia terus menangis dan sakit. Itulah makna yang di tangkap Alfan dari Arsan.

Baiklah, sepertinya dia harus cepat menyelesaikan pemotretan lebih cepat untuk dua hari kedepan. Padahal tiga hari kedepan ia sudah mengatur semua jadwal nya, tapi untuk adik kesayangannya itu tak masala baginya.

"Baiklah hanya dua hari, sekarang Alin siap-siap ke sekolah Abang temani." Perlahan Alin turun dan dari gendongan Alfan.

Alin menatap abangnya sejenak lalu berjalan menuju kamar nya untuk siap-siap ke sekolah. Sudah pasti dia terlambat, tapi siapa yang berani memarahinya?

Posesif BrotherWhere stories live. Discover now