13.🌼 Teror

8.1K 452 33
                                    

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.



Di sebuah ruangan yang serba hitam itu, terdapat dua orang pria yang terlihat sangat sangat serius. Satu orang yang terlihat sedikit ketakutan dan satunya lagi terlihat marah.

"Bagaimana?"

"Maaf tuan, kami tidak dapat menemukannya. Dia menyembunyikan begitu dalam hingga kami tak dapat menerobos nya."

"Bodoh! Saya membayar mu untuk itu. Tapi mencari identitas seorang gadis saja kau tak bisa?!"

Pria itu menunduk saat di bentak oleh bos nya. "Pergi dari sini dan kerjakan kembali tugasmu!"

"Baik tuan."

"Sialan! Kalian benar-benar menyembunyikan dengan baik ya. Tapi tenang saja, secepat mungkin aku akan menemukannya dan, saat itu juga kalian akan hancur. Terutama kau. Arsan."

***

"Kakak~" Alin memasuki ruang kerja Arsan. Padahal dia baru pulang, malah lanjut kerja di rumah.

"Kenapa hmm?" Arsan mengangkat Alin agar duduk di pangkuannya.

"Di panggil ke bawah sama Mama." Jawabnya.

Arsan menurut laptop nya lalu menatap wajah Alin seraya tersenyum. "Ayu turun." Ajaknya.

"Gendong~" Rengek Alin manja.

Cup.

"Siap princess." Alin tersenyum senang saat sudah di gendongan Arsan. Mereka turun menyusul yang ada berkumpul di ruang keluarga.

"Aduh, manjanya anak Mama di gendong Kakak." Ujar Alya menggoda Alin.

Alin yang di goda hanya menyengir lucu membuat mereka gemas setengah mati.

"Sini sayang sama Abang." Ujar Argan menepuk sofa di sisi kirinya. Alin turun di pangkuan Arsan yang sudah duduk dan duduk di samping Argan.

Argan mengelus kepala sang adik, Alin mendongak dan memberikan senyuman manisnya membuat Argan ikut tersenyum manis.

Alin mengambil puding yang ada di meja lalu melahap nya. Dia hanya fokus pada puding nya dan mengabaikan keluarga yang entah membicarakan apa, dia tak mengerti.

"Oh iya, besok bang Alfan sudah pulang?" Tanya Alden. Alin langsung menoleh dan menganggukkan kepalanya dengan senang.

"Wah, harus minta oleh-oleh yang banyak nih." Ujar Alden.

"Alin juga mau!" Timbal Alin, dia bangkit lalu mendekat pada Alden yang siap menghubungi Alfan.

Tut... Tut...

"Kok gak di angkat sih." Kata Alden, dia kembali menghubungi Alfan tapi hasilnya tetap sana.

"Mungkin bang Alfan sudah istirahat sayang. Kalian chat aja biar nanti kalau bangun dia bisa melihat chat kalian kan." Saran Alya.

"Siap, makasih Mama."

Tin tong.

"Biar aku yang buka." Ujar Aira.

"Biar Kakak aja ra, kamu lanjut makan puding aja." Potong Alya.

"Alden aja ma." Timpal Alden namun di tahan oleh Alya.

"Alden aja sayang, kamu duduk di sini aja." Gara memeluk pinggang Alya, menahannya agar tak kemana-mana.

Alden segera berdiri dari duduknya. Dia membuka pintu, ternyata seorang pengantar paket.

"Paket untuk siapa?" Tanya Alden.

"Paket untuk ibu Alya dek, saya di minta untuk di memberikannya langsung kepada penerima." Jawab tukang paket tersebut.

"Saya anaknya, biarkan saya yang menerima nya."

"Tapi, saya di amanahkan-"

"Sama aja pak, saya kan anak nya." Tukang paket itu pun memberikan paket tersebut dengan terpaksa.

"Silahkan tanda tangan di sini."

Alden menandatangani nya. "Makasih pak." Alden langsung menutup pintu setelah mengambil paket tersebut meninggalkan tukang paket itu yang melongo di tempat. Dia menggelengkan kepalanya lalu pergi mengantar barang kembali.

"Ada apa Alden?" Tanya Aira.

"Paket untuk Mama." Alden menaruhnya di atas meja.

Alya mengambil paket tersebut dan membukanya secara perlahan. Saat bungkusan terakhir, Alya di kejutkan oleh isi dari paket tersebut.

"Arghh... Astaghfirullah!" Alya langsung menutupnya dan menaruhnya kembali di meja. Jantung berdetak kencang saking kagetnya.

"Mama?"

"Sayang?"

"Kenapa kak?"

"M-mas, itu." Tangan Alya bergetar menunjuk kotak itu, matanya sudah berkaca-kaca siap untuk keluar.

Gara mengambil kotak tersebut lalu membukanya. Dia langsung meletakkan kotak tersebut secara kasar dan memeluk sang Istri.

"Sialan, siapa yang berani meneror istri ku." Batinnya marah.

"Ada apa? Kenapa Mama menangis?" Tanya Alin penasaran. Dia yang tadi fokus pada puding nya terkejut karena jeritan sang ibu.

"Gak ada apa-apa kok sayang. Alin naik ke kamar aja gih." Titah Argan,

"Tapi Mama?"

"Mama gak papa kok sayang. Alin naik ke kamar aja ya." Akhirnya Alin mengangguk patuh.

Arsan mengambil kotak itu, dia membawa kotak itu untuk di buang. Sepertinya wanita itu cukup berani untuk mengusik Mamanya, padahal sudah diberi peringatan.

"Sepertinya itu belum cukup untuk mu." Ujarnya tersenyum iblis, benar-benar mengerikan!

"Kita ke kamar ya sayang." Kata Gara, dia langsung menggendong Alya dan berjalan menuju kamarnya. Meskipun harus naik tangga ke lantai dua, tapi Gara masih kuat di usianya yang sekarang.

"Kita ke kamar juga ya sayang." Ajak Raka, dia memeluk pinggang sang istri berjalan berdampingan menuju kamarnya.

"Bang."

"Kalian berdua masuk ke kamar juga." Titah Argan, tanpa membantah Albian dan Alden berjalan menuju kamarnya.

"Kita bahas di atas." Titahnya lagi pada saudaranya. Argan berjalan duluan menuju ruang kerjanya.

Ini adalah masalah serius, sangat serius! Masalah ini tidak bisa di biarkan. "Wanita sialan!" Umpat Argan geram.

Tbc.



Makin gaje gak sih guys?😭 sory ya... btw selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan batin 🙏😊

Tetap Vote dan Komen🫶

Follow Ig aku dong @MawarJk_





Mawar Jk

Posesif BrotherOnde histórias criam vida. Descubra agora