H16

1.3K 110 10
                                    

"yang lain pergi kemana?"

yuan mengering kan rambut nya dengan handuk kecil, menoleh pada evan yang belum memberi nya jawaban.

"evan"

"hmmm?"

"yang lain kemana?"

"karin dan ken pergi berbelanja untuk nanti malam"

"ohh.. tadi pagikan sudah"

"kau kira tadi siang kita tidak makan"

"okee--"

evan mengertukan dahi nya, apa tidak ingin bertanya tentang satu orang yang sengaja tidak evan sebutkan.

"kau mau kemana?" tanya yuan pada evan yang berbalik meninggalkan nya.

"nonton, kenapa?"

"tidak. aku juga mau menonton"

"kau tidak jadi mandi?"

"aku sudah mandi lebih dulu dari mu"

"oww.."

evan berjalan di belakang yuan, mengambil duduk pada sofa yang berbeda dari tempat yuan duduk, menyalakan televisi lebih dulu sebelum yuan.

"kau kenapa? ada masalah dengan herry?"

evan menggeleng, menyimpan remot dan fokus pada drama yang di tayang kan, yuan sesekali mendesah resah karena sedikit tidak nyaman dengan suasana yang ada antara dia dan evan.

"evaann"

"hmm?"

"kau ada masalah dengan ku?"

"tidak"

"tapi kenapa rasanya ber--"

"kau benar-benar tau atau tidak tau soal perasaan herry padamu yuan?"

raut wajah yuan berubah, mengalihkan pandangan nya pada televisi tanpa menjawab evan.

"yuan"

"...."

"yuan"

"ya. aku tau tapi tidak mau tau, aku sadar tapi mencoba untuk tidak tahu, lalu kau mau aku apa? membalas perasaan herry?, kau mau aku mengerti perasaan teman mu sedangkan kau menyuruh ku menyakiti perasaan sahabatku? pertemanan ku dengan karin bukan sekedar bertemu dan berpisah--

-- orang tua karin membuatku tidak merindukan sosok orang tua, karena tidak ada perbedaan antara aku dan karin di mata orang tuanya, aku bisa satu kamar dan mengunci kamar hanya berduaan dengan karin karena aku di tempatkan keluarga nya sebagai seorang anak--

-- lalu. Lalu hanya karena perasaan bodoh, perasaan aneh, perasaan sementara kau suruh aku membalas perasaan sahabat mu tanpa melihat bagaimana perasaan sahabatku, jika kau hanya memikirkan sahabat mu maka aku juga hanya memikirkan perasaan sahabat ku"

Evan berdiri dari duduk nya, membuang bantal sofa yang dia simpan di atas paha nya tadi.

"apa kau bilang? perasaan bodoh? perasaan aneh? demi supaya kau tidak memasukan nya kedalam daftar orang yang kau benci dia menerima pernyataan cinta sahabat mu, itu saja sudah cukup mempermain kan hati nya, itu sudah cukup menimbulkan rasa bersalah di hati nya, tapi dia tepis itu demi kau, supaya kau tidak membenci nya, supaya kau tidak menjauhi nya hanya karena dia menolak karin--

-- dengan gampang kau bilang perasaan teman ku perasaan sementara? kau bilang aku hanya mengerti sahabat ku? iya. aku hanya mengerti sahabat ku, hanya aku yang mengerti bagaiamana dia menjaga mu demi perasaan bodoh nya. kau-- sungguh yang paling mengerti tentang sahabat mu"

𝗵𝗶𝗱𝗱𝗲𝗻حيث تعيش القصص. اكتشف الآن