Ni-Juu-Ni

526 108 39
                                    

Meridha belum pergi dari istana Selatan. Bahkan saat ini, dirinya ada di teras kamar Airi. Sekarang sudah waktunya Airi untuk makan malam. Tapi sedari pelayan mengantarkan makanan tadi, Airi tetap tidak mau makan. Jadilah Meridha disini bertugas membujuk Airi.

"Airi, makan sesuap saja, ya? Aku suapi, ya?" Kata Meridha namun Airi tak menggubrisnya.

Meridha menghela nafasnya pelan. Ingin memaksa lebih, tapi pelayan tadi sudah mewanti-wanti Meridha untuk tidak melakukannya. Karena itu bisa membuat Airi mengamuk dan hilang kendali.

Meridha meletakkan piring Airi di lantai. Kemudian ikut menoleh ke depan seperti Airi, menatap lurus ke arah langit malam. "Nyonya Sarah pasti sedih melihatmu seperti ini." Gumamnya agak kencang agar Airi mendengar. Meridha sedikit melirik ke arah Airi, ingin melihat respon dari gadis itu. Tapi tak ada pergerakan apapun, Airi masih di posisinya tadi. Itu membuat Meridha lagi-lagi menghela nafasnya.

"Aku memang tidak tahu seperti apa hubunganmu dengan nyonya Sarah. Tapi yang aku tahu, kalian sudah pasti sangat dekat. Bahkan melebihi kedekatanmu dengan ibu kandungmu sendiri, sang Ratu." Hening sesaat. "Dilihat dari apa yang selama ini nyonya Sarah lakukan, sudah pasti dia sangat menyayangimu. Aku yakin kau juga begitu." Airi mulai bereaksi, namun hanya sedikit. Tapi itu sudah bagus. "Kau tahu betapa marahnya nyonya Sarah saat Joanar menyakitimu? Dia mendatangi Joanar dan menampar Joanar begitu kuat. Bahkan akupun ikut dibenci oleh nyonya Sarah karena aku dan Joanar bersahabat. Nyonya Sarah benar-benar marah." Jeda sejenak.

Meridha menoleh menatap Airi, "tapi bukan itu yang ingin aku katakan padamu, Airi. Aku hanya ingin kau tahu, nyonya Sarah sangat-sangat menyayangimu. Dia mencintaimu layaknya putri sendiri. Dia tak suka melihatmu sedih, dia tak suka melihatmu menangis. Berbagai cara nyonya Sarah lakukan untuk menghiburmu dan mengeluarkanmu dari kesedihan. Berbagai usaha nyonya Sarah lakukan agar kau selalu bahagia. Lalu apa sekarang? Apa yang terjadi padamu, Airi? Kau ingin membuat usaha nyonya Sarah selama ini sia-sia? Kau ingin membuat apa yang nyonya Sarah lakukan terhadapmu selama ini tidak berguna?"

Airi menunduk, bahunya bergetar kecil. Ia mulai menangis mendengar setiap rentetan kata yang keluar dari mulut Meridha.

"Airi, jika kau terus bersedih seperti ini, jika kau terus tenggelam dalam keterpurukan seperti ini, nyonya Sarah pasti ikut bersedih juga. Dia tidak akan senang disana, dia tidak akan mendapatkan ketenangannya. Adakah seorang ibu yang menginginkan anaknya bersedih?" Meridha menggeleng kecil. "Tidak ada, Airi. Nyonya Sarah ingin kau bahagia, terus bahagia sampai kau bisa meraih apapun yang kau inginkan nanti. Itu yang nyonya Sarah inginkan darimu, Airi. Jadi berhentilah menyiksa diri!"

"Hiks, hiks.." Airi menunduk dalam. Airmatanya berlomba-lomba membasahi pipi yang mulai tirus itu. Meridha benar, ia terlalu terpuruk hingga melupakan hal yang selama ini pengasuhnya ajarkan padanya. 'Jangan pedulikan hinaan orang lain dan teruslah bahagia'.

Greb

Meridha memeluk Airi erat. Ia ikut menangis dalam diam. Ikut merasakan apa yang Airi rasakan. Meridha juga pernah kehilangan. Kehilangan orang yang sangat ia sayangi, adiknya. Ya, adik yang selalu Meridha bicarakan pada Airi adalah adiknya yang sudah meninggal. Rumah yang sering ia maksud adalah rumah peristirahatan terakhir sang adik. Itulah kenapa ia senang bisa dekat dengan Airi. Karena Airi mengingatkannya dengan sosok mendiang sang adik yang sudah lama meninggal.

"Kumohon, Airi. Jangan seperti ini. Jangan siksa dirimu lagi. Kumohon bangkitlah, Airi. Semua orang ikut bersedih melihatmu seperti ini. Raja, Ratu, aku, lalu Joanar. Kami semua ikut hancur melihatmu hancur, Airi. Aku mohon, Airi. Aku mohon. Aku percaya kau kuat, aku percaya kau bisa melewati semua ini. Buktikan pada nyonya Sarah bahwa kau juga bisa bahagia saat dia sudah tak di sisimu lagi. Perlihatkan pada nyonya Sarah bahwa nyonya Sarah berhasil mendidikmu selama ini. Ayo, Airi, kau pasti bisa. Kau lebih kuat dari apa yang kau kira."

The Dark Knight ✔Where stories live. Discover now