Ni

689 119 25
                                    

Airi berjalan mendekati Joanar. Lelaki itu masih dengan kegiatannya tadi, memantau para prajurit yang sedang berlatih. Di belakang Airi tentu ada Sarah yang mengikuti.

Greb

Joanar tentu saja terkejut saat lengannya di rangkul secara tiba-tiba. Tapi tanpa ia melihat pun ia tahu siapa yang melakukan itu. Maka dengan sedikit usaha, Joanar lepaskan rangkulan tangan itu.

"Ck!"

Greb

Tak ingin kalah, Airi yang memang merangkul lengan Joanar pun melakukannya lagi setelah lelaki itu melepaskannya. Airi sudah dalam mode yang nyaman tahu!

"Tolong lepaskan tangan saya, tuan putri." Kata Joanar berusaha melepaskan tangan Airi lagi.

"Tidak mau."

"Tuan putri."

"Ck! Kau ini kenapa sih?!" Airi benar-benar melepaskan rangkulannya. Menatap Joanar sebal dengan bibir yang mengerucut lucu.

Joanar menghela nafas pelan. Dengan sabar ia menghadapi putri manja dan arogan di depannya ini. Melirik sedikit ke arah sang pengasuh, wanita itu hanya tersenyum tipis memintanya untuk memaklumi sikap tuan putri mereka.

"Saya sedang sibuk, tuan putri." Kata Joanar berusaha membuat suaranya agar tetap tenang. Walau dalam dirinya sudah bergejolak ingin mengusir gadis itu pergi sejauh mungkin.

"Kelihatannya tidak seperti itu." Balas Airi lalu kembali merangkul lengan Joanar. Tapi lagi-lagi dilepaskan oleh lelaki itu. "Joanar!"

"Panggil saya Ares." Tegas Joanar tapi Airi malah menatapnya tajam.

"Tidak mau!"

Joanar kembali menghela nafasnya lebih kencang. Sekarang ia terpaksa mengalihkan atensinya penuh pada tuan putri itu. "Baiklah. Sekarang tuan putri ingin apa? Saya masih banyak pekerjaan. Setelah ini-"

"Aku ikut."

Lagi-lagi Joanar menghela nafas lelah. Ia melirik Sarah lagi untuk meminta bantuan.

"Tuan putri Airi. Bagaimana kalau kita jalan-jalan di taman. Atau..memberi makan angsa di danau. Bukankah ini sudah saatnya bagi tuan putri untuk memberi makan angsa-angsa itu?" Sarah mulai membuka suara. Sedikit kasihan pada sang Ares yang terlihat kesulitan juga tidak nyaman.

Airi menoleh menatap Sarah lalu menggeleng. "Airi ingin ikut dengannya, bibi. Bukankah pagi ini Joanar akan pergi ke pemukiman warga? Airi ingin ikut."

Sarah tersenyum canggung sambil melirik Joanar. Wajah lelaki itu benar-benar terlihat kesal. "Tidak bisa, tuan putri. Ada banyak hal yang nantinya akan Ares lakukan disana. Jika tuan putri ikut, itu akan menghambat pekerjaan Ares." Kata Sarah berusaha memberi paham pada sang tuan putri.

Airi menggeleng kecil lalu kembali merangkul lengan Joanar. "Tidak. Airi berjanji tidak akan membuat pekerjaan Joanar terhambat." Kata Airi meyakinkan.

Sarah menyerah. Tuan putrinya ini, jika sudah memiliki keinginan memang sulit dicegah. Ia kembali menatap sang Ares sambil tersenyum, "maafkan tuan putri, Ares. Emm..tapi bisakah Ares membawa tuan putri untuk berkunjung ke pemukiman warga juga? Tuan putri..pasti bisa menjaga dirinya." Kata Sarah memohon. Walau dalam hati tidak sepenuhnya yakin dengan ucapannya sendiri.

Airi mendongak menatap Joanar. Mengeluarkan jurus puppy eyes nya agar sang Ares luluh. Tetapi lelaki itu hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi.

Joanar mendengus kasar. Ini benar-benar menyebalkan, sangat menyebalkan. Jika bukan anak Raja, sudah ia hempas kuat tangan yang melingkar di lengannya itu. "Hn..baiklah."

The Dark Knight ✔Where stories live. Discover now