Juu-Ni

587 117 63
                                    

Sett

Sett

Sett

3 anak panah melesat dengan cepat, namun tak satupun yang tepat sasaran.

Helaan nafas berat terdengar dari bilah bibir peach itu. Mendesah kecewa atas usahanya yang kesekian dan berujung kegagalan.

Pundak Airi meluruh, busur yang sedari tadi ia bawa terasa kian berat. Tatapannya lesu mengarah ke depan sana, tepat pada papan target yang banyak sekali anak panah meleset. Lagi-lagi helaan nafas itu terdengar saking frustasinya Airi.

"Tuan Putri."

Airi melirik pada sosok sang pengasuh yang berdiri di sampingnya. "Hum?"

"Apa Tuan Putri ada masalah?" Tanya Sarah dan Airi terdiam, lalu menggeleng kecil.

"Airi hanya kurang fokus, bibi." Jawab Airi.

Sarah menghela nafas pelan, ia tahu jika terjadi sesuatu pada Airi kesayangannya. Namun ia tak ingin memaksa Airi untuk bercerita, akan ada saatnya Airi menceritakannya sendiri. "Mau berlatih pedang dengan bibi?" Tanya Sarah lagi.

Airi menghadap penuh pada bibi Sarah. 2 pedang berwarna perak ada di genggaman sang pengasuh, dan salah satunya mengarah pada Airi. Jadi mau tak mau Airi mengangguk kecil membuat bibi Sarah tersenyum.

Trang

Trang

Trang

Keadaan yang sunyi membuat suara peraduan 2 pedang terdengar menggema di sekitar istana. Inilah salah satu alasan yang membuat tidak satupun orang bisa memasuki istana bagian Selatan sembarangan, bahkan pelayan dan penjaga istana Selatan sekalipun. Tidak satupun orang yang boleh mengetahui kemampuan Airi dalam menggunakan senjata, kecuali bibi Sarah tentunya.

Sebenarnya Sarah tak masalah jika memang mereka tahu kemampuan Airi dalam menggunakan senjata. Hanya saja, Airi sendiri yang tidak menginginkan itu.

Menurut penilaian Sarah, kemampuan Airi sudah semakin meningkat pesat. Gerakannya dalam menggunakan pedang bak seorang yang tengah menari. Lugas dan gesit. Sangat amat disayangkan Airi tak ingin orang lain tahu. Padahal dengan begitu, orang-orang tidak akan mencemooh Airi lagi sebagai gadis cacat yang tidak bisa melakukan apapun. Tapi biarlah, akan ada saatnya orang-orang itu bungkam melihat kehebatan Airi.

Trang

Slepp

Pedang Airi terlempar dan menancap di rerumputan.

Pedang milik Sarah mengacung tepat di depan wajah Airi. Sarah sendiri terkejut, sedang Airi terdiam sambil menatapnya. Di mata Sarah, tatapan Airi menyiratkan suatu kepedihan.

Sarah menurunkan pedangnya dan menatap Airi intens. "Tuan Putri, apa ada masalah?" Pertanyaan yang sama yang Sarah lontarkan kedua kalinya pada Airi.

Lagi-lagi Airi menggeleng kecil, "Airi hanya kurang fokus, bibi." Juga jawaban yang sama yang Airi berikan.

Kembali Sarah menghela nafasnya, kali ini lebih berat. Ia menatap Airi sendu. Meski Tuan Putri kesayangannya itu tersenyum, tapi Sarah sangat tahu itu hanyalah senyuman palsu. Satu nama yang terlintas di kepala Sarah melihat air yang menggenang di pelupuk mata Airi, Joanar.

"Apa ini ada hubungannya dengan Ares?" Tanya Sarah dan Airi kembali diam. Sarah semakin yakin dengan dugaannya. "Kemarin lusa Ares mengunjungi istana Selatan." Lanjutnya membuat Airi sedikit terkejut, tapi masih tetap diam dan berpaling darinya. "Airi."

Airi kembali menatap bibi Sarah saat pengasuhnya itu memanggil namanya, tanpa embel-embel Tuan Putri. Mata Airi semakin buram.

"Bibi mengasuh Airi sejak Airi masih kecil. Saat Airi bahagia, saat Airi bersedih, bibi tahu semuanya." Airi menunduk sambil menggigit bibir bawahnya kecil. "Tidakkah Airi ingin menceritakan kesedihan Airi pada bibi? Bibi disini, bersama Airi. Berbagilah pada bibi apa yang Airi rasakan, jangan dipendam sendirian. Airi tahu, melihat Airi bersedih, Bibi pun merasakan hal yang sama. Bahkan rasanya jauh lebih menyakitkan." Airmata Airi jatuh perlahan. Airi kecilnya mulai menangis.

The Dark Knight ✔Where stories live. Discover now