14. Meet Komang

Mulai dari awal
                                    

•••

"Keluarga gue jahat banget, sumpah!" rutuk Lala ketika ia dan Savero sudah berada di rumah. Hari sudah malam. Sekitar pukul tujuh ketika mereka berdua sedang menunggu sahabat-sahabat Lala yang janji akan datang. Sementara itu, Ana dan Mas Evan serta petugas pindahan masih menata barang di kamar Lala yang ada di lantai dua rumah mamanya Savero.

"Keluarga gue juga gak baik-baik amat, La. Lo gak sendirian, kok." Savero berusaha menghibur. Seharian menemani Lala menangisi perlakuan keluarga papanya hingga mendengarkan ceritanya mengenai kehidupannya. Savero mulai mengenal Lala lebih dalam. Juga tentang masa lalu perempuan itu bersama Milo, kakak tirinya.

"Gue bakal bikin mereka menyesal. Seperti rencana semula, gue bakal ambil semua hak gue. Termasuk peninggalan nyokap."

Savero mengernyit. "Emangnya nyokap lo ninggalin sesuatu selain anaknya yang cantik dan berbakat ini?" godanya.

Lala berdecak. "Bercanda mulu, sih!" protesnya.

Savero tertawa puas. "Iya, ini serius, kok. Jadi nyokap lo ninggalin apa?"

Belum sempat Lala menjawab, Ansell, Gia, Neo, dan Jeff datang. Menyusul di belakang mereka, Malik menampakkan diri dengan beberapa kotak pizza di tangannya.

"Kok lo dateng? Siapa yang ngundang, sih?" protes Gia yang merasa risih ada di dekat Malik. Bukan lagi jadi rahasia kalau Malik sedang gencar mendekati Gia. Sementara yang didekati berusaha menjauh sebisanya.

"Gue yang ngundang. Kan dia temen gue. Dan ini rumah gue," Savero menjawab dengan tegas sekaligus menyebalkan.

Gia tampak sewot kemudian mendekat pada Lala dan memberikan pelukan pada perempuan itu. "Sayangku, lo kuat, kok. Kita akan sama-sama berusaha buat tetap jadi young, rich, and beauty."

"Makasi, Gia sayang," Lala balas memeluk dengan mata berkaca-kaca. Ia terharu karena sahabat-sahabatnya tidak meninggalkannya dalam keadaan apapun.

"Kita bisa sama-sama, La. Tinggal sedikit lagi, dan kita berlima akan menguasai dunia," ucap Jeff berapi-api yang diakhiri dengan tawa menggelegar.

Neo lantas memukul bahunya. Menghentikan tawa Jeff yang berlebihan itu. "Pengacara yang kita cari selama ini udah ketemu. Ternyata dia pindah ke luar negeri karena diperintah seseorang. "Neo menginformasikan. "Gue sama Jeff bakalan nyari informasi siapa orang yang udah memerintahkan pengacara nyokap lo buat pindah. Kemungkinan urusannya sama masalah surat kuasa dan warisan."

Lala melepas pelukannya dari Gia dan Gia pun mengambil posisi duduk di sebelah Lala. "Terus masalah dana yang di Swiss gimana?"

"Udah di urus. Tenang aja," ucap Ansell. "Dana yang di Swiss atas nama lo akan cair tiga hari lagi sesuai dengan kesepakatan kita. Seperti yang lo udah siapin sebelumnya, dana itu akan masuk ke rekening pribadi lo. Dan untuk saham, gue udah konsultasi sama ahli. Katanya itu bisa di klaim kalau lo udah punya surat kuasanya."

"Dan surat kuasanya ada di pengacara nyokap lo yang akan lo temuin besok," Neo melengkapi.

Lala mengangguk paham. "Kita urus satu per satu. Gue gak buru-buru. Toh, nanti dana dan sahamnya akan kita investasikan lagi."

Mereka semua setuju. Termasuk Savero yang sudah mendengar cerita dan rencana mereka dari Lala. Mungkin hanya Malik yang tidak memahami situasi karena ia hanya fokus pada Gia.

•••

"Jalan, yuk!" Savero mengulurkan tangannya pada Lala. Perempuan itu masih terjaga. Duduk di sofa dengan TV setelah sahabat-sahabatnya pergi hingga dini hari. Savero melihat jam menunjukan pukul satu malam. Masih cukup waktu untuk mengajak Lala pergi jalan-jalan.

Another ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang