22

58 8 9
                                    

ISABELLE's POV

Udah 2 hari gue gak ketemu Harry. Gue gak tau kabar dia dan dia gak pernah hubungin gue. Rasanya janggal tidur dan bangun tapi gak dempet-dempetan sama Harry karena ranjang kita sempit. Jujur, gue kangen sama dia.

Tapi 2 hari belakangan ini, gue jadi ada waktu buat mikir soal semuanya. Gue sadar kalau gak seharusnya gue dandan persis kayak Rebecca. Itu sama aja kayak gue biarin Harry untuk terus inget sosok Rebecca. Seharusnya gue jadi diri sendiri kalau gue mau tarik perhatian Harry.

Di satu sisi gue nyesel, tapi itu gak nutup kemungkinan gue tetep kecewa sama reaksi Harry. Gak sedikitpun dia apresiasi usaha gue buat dandan demi dia.

Lagi asik-asik bengong, tiba-tiba Nenek dateng dari arah belakang gue. Dia duduk di sebelah gue dan langsung ngasi piring yang udah ada makanannya.

"Makasih, Nek." Kata gue, hampir gak keluarin suara.

"Kamu lagi gak ngobrol sama Harry, ya?"

"Kok Nenek tau? Harry cerita?"

"Iya. Awalnya Nenek yang tanya, jadi dia terpaksa ceritain semuanya sama Nenek."

Denger itu, gue ngangguk-ngangguk aja. Makanan yang ada di pangkuan gue jadi pajangan doang, masih belum gue makan. Gue kangen makan sama Harry.

Buat beberapa saat, gue sama Nenek saling diem. Kita masih duduk sebelahan tapi gak ada yang ngomong. Gue asik mikirin Harry, sementara gue gak tau Nenek mikirin apa.

Kira-kira Harry lagi ngapain ya? Selama 2 hari ini, apa dia mikirin gue juga? Kenapa dia gak pernah hubungin gue duluan? Apa mungkin dia seneng sendirian di rumahnya tanpa gue yang selalu buat masalah?

Apa Harry bener-bener nikahin gue atas permintaan Nenek dia? Terus gimana nasib gue yang udah terlanjur sayang sama dia?

"Nek.."

Yang dipanggil cuma gumam sambil noleh, sementara gue tetep mandang lurus ke depan.

"Harry gak pernah nanyain kabarnya Abel?"

Gue denger Nenek ketawa kecil, jadi gue noleh ke dia buat ngasi tau kalau gue serius nanya.

"Kok ketawa, Nek?"

"Kamu berharap Harry khawatir soal kamu?"

Gue mati kutu. Pandangan gue sekarang balik lagi ke piring makanan di atas pangkuan gue. Emang gue kedengeran ngarep ya? Gue cuma penasaran kok.

"Saran Nenek, kamu sama Harry harus bicara. Salah satu dari kalian harus ada yang mulai."

"Bukan Abel." Bales gue, tanpa suara.

"Oh, Nenek gak bilang kamu yang harus mulai, kok."

Hah? Jawaban Nenek bikin gue noleh lagi ke dia, dan Nenek malah senyum-senyum sambil ngeliat ke sesuatu yang kayaknya ada di belakang gue. Jadinya gue ikut nengok ke arah pandangan Nenek dan gue bisa ngerasa muka gue tegang seketika.

Gak terlalu jauh dari gue, Harry berdiri sambil senyum tipis. Dua tangannya ada di belakang punggung seolah dia lagi sembunyiin sesuatu. Harry keliatan baru pulang dari kantor karena pakaian kerjanya masih lengkap.

"Nenek tinggal dulu."

Sekarang gue cuma berdua sama Harry, jadi gue taruh piring yang makanannya masih utuh ini ke lantai, terus berdiri dari posisi awal dan nyamperin dia yang berdiri kayak patung.

"Hai." Harry nyapa duluan.

"Hai."

"Saya selalu tanya kabar kamu ke Nenek."

Arranged//H.S.Where stories live. Discover now