15

72 13 9
                                    

Rasa masakan gue ternyata gak buruk sama sekali. Cenderung enak, kayak masakan Nenek. Cuma ada bumbu yang kurang rata aja, jadi ada potongan daging yang hambar. Tapi selebihnya, layak dimakan kok.

Iya, gue makan bekel yang gue siapin buat Harry. Abis gue liat dia lagi kencan sama Rebecca, gue langsung pulang dan makan masakan gue.

Gue sakit hati sebenernya. Bukan karena Harry berduaan sama Rebecca, tapi karena usaha gue masak dari pagi jadi sia-sia. Tapi...

Apa mungkin kedeketan Harry sama Rebecca juga ngaruh ke emosi gue?

Ah, gue gak mau mikir macem-macem.

Sekarang udah sekitar jam 5 dan gue cuma duduk di depan tv, marathon series di Netflix.

Waktu gue lagi asik nonton, nikmatin waktu sendiri, gue denger pintu rumah kebuka dan suara Harry nyusul.

"Isa! Saya pulang!"

Gue gak gubris. Series di depan gue lebih menarik dari pada muka Harry sekarang. Gue juga gak tau kenapa dia bisa tau gue di rumah, padahal tadi gue di rumah Nenek.

Mungkin Pak Diego yang laporan. Atau mungkin dia liat CCTV rumah.

Gak lama, Harry dateng ke ruang tamu dan dia langsung duduk di sebelah gue tanpa rasa canggung sedikitpun. Dia belum tau aja kalau gue liat dia mesra-mesraan sama Rebecca.

"Isa."

Gue noleh, tanpa pasang ekspresi apapun.

"Kamu ngapain aja di rumah Nenek?" Tanyanya sambil lepas jas, dasi, sama sepatunya.

"Ngobrol aja." Jawab gue, balik noleh ke depan. "Lo?"

"Ya?"

"Lo ngapain aja di kantor?"

Kalau dia gak cerita soal makan siang, berarti memang ada sesuatu di antara dia sama Rebecca.

"Oh.. ehm--tumben kamu nanya." Dia garuk-garuk tengkuk. "Tadi pagi saya meeting sama investor besar dari US."

"Terus?"

"Udah, sih. Sisanya saya cuma di ruangan, cek laporan yang masuk."

Bingo.

"Hmm." Gue cuma bales begitu, terus lanjut nonton Netflix.

"Kita makan di luar, yuk?"

"Lagi males keluar."

"Ya udah, delivery aja. Mau makan apa?" Kata Harry, sambil keluarin hp dari kantong jasnya dan mulai buka aplikasi makanan yang dia punya.
"Pizza? Pasta? Atau seafood?"

Gue naikkin bahu gue, males ngejawab. Gue juga gak laper banget, jadi gak makan pun gapapa.

Tiba-tiba pikiran gue balik lagi ke pemandangan tadi siang; Harry makan berdua sama Rebecca. Gak cuma itu. Rebecca juga manggil Harry pake nama doang. Sementara kalau ada gue, Rebecca manggil Harry dengan sopan.

Kalau mereka gak ada hubungan lebih dari bos-sekretaris, terus apa?

Dugaan gue juga diperkuat sama fakta kalau Harry selalu segan deket-deket sama gue setiap ada Rebecca. Nantinya kalau Rebecca udah gak ada di sekitar kita, Harry bakal nempel-nempel lagi.

Gue cuma kesel aja. Gue ngerasa dibodohin sama mereka berdua. Gue ini istrinya Harry, apa gak pantas kalau gue tau soal perempuan yang lewat di hidup Harry?

"Isa, kok malah ngelamun?"

Gue kedip beberapa kali, gak nyadar kalau dari tadi gue ngelamun ke arah karpet, bukan film di depan gue. Akhirnya gue noleh ke Harry yang ngeliatin gue, cemas.

Arranged//H.S.Where stories live. Discover now