7

56 12 2
                                    

Gue, Harry, sama Nenek udah nyampe di rumah keluarga besar Styles. Rumah ini besarnya bahkan ngalahin rumah yang gue tempatin sama Harry. Gue lebih ngira kalau ini mansion, bukan sekedar rumah.

Mungkin besarnya kayak bahtera nuh karena supaya bisa nampung saudara-saudara atau gelar acara kali ya.

"Saya besar di rumah ini, Sa, Nek. Sejak usia 8 tahun."

Gak nanya, wle.

"Besar sekali rumahnya, Harry." Kata Nenek.

Gue jalan di samping Nenek, ngamit lengannya sementara Harry di depan kita, memandu jalan ke arah pintu utama rumah ini.

Setelah beberapa saat Harry pencet bel, pintu besar rumahnya kebuka dan nampilin perempuan muda yang pake pakaian ala pelayan kerajaan.

"Tuan Harry, Nona Abel, Nyonya, silahkan masuk. Yang lainnya sudah menunggu di halaman belakang." Katanya, sambil nunduk.

"Makasih, Cora." Bales Harry, lalu kita masuk bareng-bareng.

Selama kita nyusuri rumah ini ke halaman belakang, gue gak bisa berhenti ngeliat ke sekeliling, tepatnya desain mewah tapi terkesan minimalis dan gak norak. Gue berasa lagi jalan di dalem istana.

Semakin kita jalan, semakin gue denger suara rame yang udah pasti asalnya dari keluarga Harry. Dan bener aja, rupanya kita udah nyampe di halaman belakang yang luas BANGET. Ada air terjun kecil, kolam ikan yang besar banget, rumah kaca yang isinya tanaman bunga. Rumah kacanya ada 2, untuk bunga-bunga dan sayur-sayur.

Ada juga ladang rumput yang cukup luas buat jadi track lomba lari. Becanda. Tapi emang luas dan disitulah keluarga Harry ngumpul.

Gue sungkeman sama orang tua Harry terlebih dahulu.

"Nenek ngobrol sama Mama saya dulu, gapapa? Soalnya saya mau ajak Isa kenalan sama saudara-saudara saya." Kata Harry.

"Oh, iya-iya gapapa. Lagian Nenek capek abis jalan di rumah kamu yang gede banget itu."

Tau gitu tadi gue pesenin taksi buat Nenek dari pintu masuk ke halaman belakang sini.

"Ayo, Isa." Harry gandeng gue.

Pertama, Harry bawa gue ketemuan sama Mba Aubree yang lagi gendong anaknya. Gue yakin baby itu yang sekarang dirayain.

Mba Aubree senyum lebar banget waktu liat gue, dia bahkan sampe meluk gue dan kita cipika cipiki gitu.

Abis nyapa, gue noleh ke laki-laki di sebelah Mba Aubree yang gue tebak sebagai suaminya. Gue gak liat dia waktu di pernikahan.

"Isa, ini suaminya Aubree, Owen." Kata Harry.

Gue pun salamin tangannya Mas Owen dan kenalin nama gue sendiri.

"Maaf saya gak dateng ke acara pernikahan kamu ya."

"Oh, gak masalah kok." Gue senyum.

Ya, emangnya gue mau berharap apa di pernikahan gue?

Habis basa-basi sama Mas Owen, gue ngeliat Ruby di gendongan Mbak Aubree. Dia lucu banget, dari tadi juga ngeliatin gue terus kakinya nendang-nendang sambil senyum lebar.

"Mba, aku boleh gendong Ruby?" Tanya gue, tiba-tiba ditengah obrolan Harry sama kakaknya.

"Oh, boleh dong! Dari tadi dia emang ngincer kamu kayaknya."

Mba Aubree ngasih Ruby ke gue dan gue gendong bayi ini pake satu tangan, sementara tangan gue yang satunya buat cubit-cubit pipi Ruby.

"Hai, sayang.." Sapa gue dan Ruby ketawa.

Arranged//H.S.Where stories live. Discover now