20

82 10 0
                                    

Abel sudah menghabiskan hampir 3 gelas sampanye. Sejauh ini ia merasa baik-baik saja dan tubuhnya menjadi lebih rileks. Yang awalnya sungkan, kini Abel terus memperlihatkan senyuman ramah pada kolega-kolega Harry yang lain.

Gadis itu memperkenalkan namanya secara sopan dan membiarkan Harry memberitau orang-orang kalau dia adalah keponakan, bukan istri.

Kini, Abel dan Harry baru selesai berbincang dengan salah satu rekan bisnis Harry. Orang itu sudah pergi dan mereka tinggal berdua lagi.

"Saya mau ke toilet. Kamu jangan kemana-mana."

"Oke!" Abel menyengir sambil mengangkat gelas sampanye yang isinya hampir habis.

Harry pergi, Abel pun menyibukkan dirinya dengan menatap ke seluruh ruangan, memerhatikan pakaian orang-orang dan menyadari kalau dialah yang paling mencolok.

Tubuh Abel bergerak ringan mengikuti alunan musik klasik, membuatnya larut dalam acara pernikahan ini.

Pengaruh sampanye membuatnya lupa kalau ia sedang sakit hati.

Walau begitu, Abel masih sepenuhnya sadar. Ia tidak akan melakukan hal gila seperti gadis mabuk pada umumnya. Abel hanya tipsy.

Saat sedang asik menikmati alunan musik, seseorang pria menghampirinya, bahkan mencium punggung tangan Abel.

Pria itu mengenakan jas yang senada dengan tuan pesta tadi dan bros bunga di saku jasnya.

"Hai, Isabelle?" Tanyanya.

Abel sedikit heran, namun ia melukiskan senyuman untuk terlihat sopan.

Abel mengangguk, "Ya, saya sendiri. Anda siapa?"

"Seth."

"Oh, Seth, iya-iya saya inget."

Benar kata Ibu Seth, pria ini terlihat sebaya dengan Abel dan wajahnya tidak kalah tampan dari Harry. Alisnya tebal, senyum manisnya menimbulkan lesung pipi pula.

"By the way, ngomongnya santai aja, ya, kata Mami gue kita seumuran kok."

Akhirnya gue bisa lepas karakter!

"Okay! Ehm.. lo ada perlu apa?"

"Gue cuma penasaran sama cewek yang diceritain Papi Mami gue. Begitu mereka nunjuk ke arah lo dan lo lagi sendirian, jadi gue samperin deh."

Abel mengangguk paham, "Iya, Paman gue lagi ke toilet."

Detik selanjutnya, suasana bising dari obrolan para tamu, berubah senyap. Rupanya pasangan pengantin dan tamu-tamu lainnya mulai berkumpul di lantai dansa, sementara ada beberapa orang menonton.

Pun Seth menawarkan tangannya di depan Abel, bermaksud ingin mengajaknya berdansa juga.

"Gu-gue gak bisa dansa." Abel menolak halus.

"Lo pikir gue bisa? Come on, buat seru-seruan aja."

Sekian detik berlalu, akhirnya Abel menyambut tangan Seth. Lelaki itu langsung menyampirkan tangan Abel ke bahunya, sementara ia memegang kedua sisi pinggang ramping milik Abel.

Semakin ke tengah mereka beralun, semakin nyaman tubuh Abel berada di dekat Seth. Kini kedua tangannya tersampir lembut di kedua bahu Seth dan mereka saling melempar senyuman manis.

"Semoga gak ada yang marah kalau liat kita begini." Bisik Seth.

Sayangnya, Abel berharap ada yang marah atau bahkan cemburu akan pemandangan ini.

Abel terkekeh pelan. Ia tidak tau berdansa akan seru seperti ini. Abel melewatkan masa prom di sekolah karena pernikahannya dengan Harry yang tiba-tiba. Syukurlah ada Seth yang membuatnya mengalami dansa dan juga menyukai dansa.

Arranged//H.S.Where stories live. Discover now