Chapter 43

15 10 0
                                    

Holaa guyss, happy reading yaa
❍❍❍

 
Sore ini, pukul empat lebih lima belas. Rifki sedang menyiapkan carrier dan sepatunya untuk menjadi panitia diklat. Rifki memilah dan mulai memasuk-masukkan barang yang memang sangat dibutuhkan saat diklat nanti.

Rifki mengecek makanan apa saja yang ada di dalam kulkasnya. Ternyata makanan yang berada di dalam kulkas tidak cukup untuk diklat esok hari. Rifki kembali ke ruang keluarga untuk mengecek apa saja yang belum, Rifki mengangguk-anggukan kepalanya saat semua sudah masuk. Tinggal makanan dan minuman saja yang belum dibawanya.

Saat Rifki akan menaiki anak tangga, terdengar suara bel rumah yang berbunyi. Rifki berjalan ke ruang tamu dan membukakan pintu. Terlihat gadis cantik dengan bando berwarna merah muda yang bertengger di atas kepalanya. Pamela. Pamela mengangkat kotak makan yang dirinya bawa dengan senyuman manisnya yang memperlihatkan gigi rapi dan kecilnya itu. Rifki mempersilakan Pamela untuk masuk.

Pamela duduk di atas sofa yang berada di ruang keluarga. Pamela mengerutkan keningnya saat dirinya melihat ada carrier dan sepatu yang berada di hadapannya. Pamela memandang Rifki dengan tatapan bertanya-tanya. “Mau naik?” tanya Pamela.

“Enggak. Aku jadi panitia diklat Mel, aku belum bilang ke kamu.”

“Berapa hari?”

“Lima harian Mel. Nanti pulang aku langsung ke rumah kamu.”

Rifki duduk di samping Pamela dan mengambil kotak makan yang Pamela letakkan di atas sofa. “Apa ini? Aku buka ya.” Rifki membuka kotak makan yang dibawa Pamela. Kue brownies. Kue favorit Rifki dari kecil.

“Kamu yang buat?”

“Aku sama mama. Kamu cobain deh.”

Rifki mengambil satu potong lalu memakannya. Betapa terkejutnya Rifki saat rasa kue brownies ini hampir mirip dengan rasa kue brownies buatan ibunya. Ekspresi wajah Rifki yang tidak bisa berbohong langsung membuat Pamela menatap wajah Rifki lekat-lekat.

“Rasanya mirip sama brownies buatan mama Mel. Ini enak banget.”

“Serius? Aku baru pertama kali buat, dan Cuma dibantu-in mama masuk-masukin bahannya.”

“Kamu jago masak. Lain kali masakin aku yaa.” Pamela mengangguk setuju dengan ucapan Rifki. Senang, sungguh senang hatinya saat Rifki menyukai masakannya.

“Kamu ikut aku ya? Temenin aku cari logistik.”

Pamela mengangguk setuju. Pamela kembali berdiri dan menyelempangkan tasnya pada bahunya. Rifki berlari ke lantai dua kamarnya untuk mengambil hoodie dan dompetnya.

•••

Selama di perjalanan, tidak ada topik pembicaraan apa pun yang sedang dibicarakan oleh keduanya. Hanya terdengar suara musik yang Rifki putar di playlistnya. Pamela yang sedang sibuk dengan ponselnya pun tidak melirik Rifki sama sekali.

“Mel.” panggil Rifki membuat Pamela tersentak kaget.

“Kamu kenapa Mel? Aku cuma manggil. Lagi ngapain sih dari tadi main hp mulu.” sambung Rifki.

“Ini aku lagi balesin chatnya temen-temen kelas yang lagi pada minta saran buat tampilan kelas.”

“Mau ada apa di sekolah?”

“Sekolah bakal ngadain acara gitu. Semacam konser, ngundang beberapa artis juga. Dan sekolah minta, tiap kelas nampilin sesuatu sebelum puncaknya.”

“Kenapa kelas kamu enggak nampilin band? Ada yang bisa main musikkan?”

Mahasiswa & Kenangannya (On Going) Onde histórias criam vida. Descubra agora