Chapter 38

26 20 0
                                    

Holaa guyss, happy reading yaa
❍❍❍

Hari ini sudah pukul 12.45 WIB. Ibu mengetuk kamar Rifki yang pintunya masih tertutup itu, ibu sedikit heran karena Rifki tumben sekali tidak bangun pagi. Padahal sehari-hari Rifki pasti bangun sepagi mungkin untuk sekedar membuat sarapan dan bersiap-siap kuliah. Ibu sudah mengetuk pintu Rifki berkali-kali tapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam kamar. Kamar Rifki pun hening. Ibu mencoba membuka pintu dan untungnya tidak Rifki kunci, betapa terkejutnya ibu saat melihat Rifki masih tertidur padahal sudah siang hari begini.

Ibu mendekati ranjang Rifki dan menggoyang-goyangkan tubuh Rifki agar sang pemilik kamar cepat bangun. Rifki hanya memindah posisinya dan sedikit meraung karena merasa tidurnya terganggu. Ibu memukul pantat Rifki pelan dua kali agar sang empunya bangun, tapi usaha ibu nihil. Rifki sama sekali belum bangan, Rifki malah membuat posisi tidurnya lebih nyaman lagi. Ibu menggeleng-gelengkan kepalanya heran, ibu bangkit dari ranjang Rifki dan berjalan ke arah kamar mandi. Ibu membawa satu gayung yang berisi air setengah, ibu mencipratkan sedikit air itu tapi Rifki hanya mengusap wajahnya yang berisi air. Ibu mendengus sebal dan kembali mengusap wajah Rifki dengan air yang sudah tergenang di tangan ibu. Rifki langsung membuka mata, wajah yang terlihat terkejut itu langsung mendudukkan dirinya di kasur dan menyenderkan punggungnya. Ibu tertawa melihat ekspresi dari wajah Rifki, cengo.

"Mama kalo bangunin Iky ekstrim amat." omel Rifki

"Bukan mama yang ekstrim bangunin kamu, tapi kamu yang ngga mau bangun Ikyyy." jawaban itu tadi masih di barengi dengan tawa ibu, karena ekspresi Rifki yang tidak berubah.

"Hoamm, iya-iya Iky bangun" Rifki mendudukkan dirinya di atas ranjang dan meminum air mineral yang berada di atas nakas.

"Yaudah kamu cepet turun ya Ki. Mama tunggu sarapan di bawah." ujar ibu lalu keluar dari kamar Rifki.

•••

Rifki menuruni tiap anak tangga dan terlihat ibu yang sedang menata sarapan dan minuman di atas meja makan. Rifki mengerutkan dahinya saat melihat tidak ada ayahnya di ruang keluarga. Mungkin masih di kamar pikir Rifki. Rifki duduk di kursi meja makan yang sudah disiapkan dan melihat ibunya yang masih sibuk mencampur berbagai olahan minuman yang sedang ibu racik sendiri itu.

"Udah ma. Ini udah cukup" celetuk Rifki.

"Loh? Kapan kamu turunnya? Kok mama ngga tau kalau kamu sudah di ruang makan?"

"Itu karena mama terlalu sibuk sama sarapan, padahal minumnya susu atau air mineral aja cukup ma."

Ibu duduk di depan Rifki dan membelah sandwich itu menjadi dua, dan ditaruh di atas piring milik Rifki. Ibu kembali mengupaskan telur rebus lalu menaruh ke dalam mangkuk yang sudah berisi brokoli dan kentang rebus.

"Kamu makan ya Ki. Makan yang banyak ya, kalau masih laper bilang ke mama biar mama buatin roti panggang" ujar ibu lalu mendorong mangkuk dan gelas yang berisi susu itu ke arah Rifki.

"Mama ngga makan?"

"Sudah tadi sama papamu. Tadi papa berangkat pagi, ada yang harus di urus di kantor pusat."

Rifki menganggukan kepalanya paham dan kembali melahap sandwich yang Rifki pegang, Rifki makan cukup lahap hari ini. Biasanya Rifki tidak pernah makan selahap ini. Ibu tersenyum melihat Rifki makan selahap itu, ibu tidak pernah memandangi Rifki makan dengan lahap. Ibu selalu melihat Rifki makan dengan terburu-buru karena ada kelas.

"Ki, nanti setelah kamu makan mama mau bicara ya? Kamu habiskan dulu makanannya. Mama tinggal ke kamar dulu." ujar ibu lalu berjalan ke arah kamar.

"Mama kenapa deh hari ini? Seakan-akan hari ini, hari terakhir mama ketemu gue"

Mahasiswa & Kenangannya (On Going) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora