Chapter 40

25 14 0
                                    

Holaa guyss, happy reading yaa
❍❍❍

Pagi ini di halaman rumah Rifki, Rifki sedang memanaskan mesin motornya sembari menyiapkan barang-barangnya untuk pergi ke kampus. Setelah Rifki memasukkan buku dan laptopnya, Rifki menaiki motornya dan keluar dari area rumah. Rifki menyapa satpam penjaga rumahnya itu dengan senyuman hangat yang dirinya berikan.

Pagi ini Rifki berangkat lebih pagi dari biasanya. Hari ini dirinya ingin pergi ke kampus dengan melewati rumah Pamela karena arah jalan yang searah dengan kampus Rifki. Rifki menjalankan motornya dengan kecepatan normal sembari merasakan angin dan matahari pagi yang menerpa kulitnya itu.

Rifki memberhentikan motornya karena lampu lalu lintas yang menunjukkan warna merah yang berarti seluruh pengendara harus berhenti. Rifki melihat ke arah pinggir lampu lalu lintas, terlihat seorang gadis yang sedang bingung dengan motornya yang saat ini mati. Rifki kembali melebarkan matanya untuk melihat apakah benar kalau gadis tersebut adalah Pamela? Setelah Rifki melihat wajah gadis itu dari samping, Rifki memutuskan untuk mendekati gadis tersebut.

Rifki turun dari motornya dan mendekati gadis tersebut. Rifki menepuk bahu gadis itu pelan. “Halo mbak? Motornya kenapa?” tanya Rifki.

Gadis itu menoleh dan benar saja kalau gadis itu Pamela. Pamela terkejut saat melihat laki-laki di depannya adalah Rifki. Tak percaya kalau akan dipertemukan dengan keadaan seperti saat ini.

“Loh Iky? Aku kira siapa. Kamu mau berangkat ke kampus ya?”

“Iya Mel. Tapi tadi aku liat kamu, jadi ya aku samperin. Kenapa motornya?”

“Ini nih, tiba-tiba aja mogok padahal kemarin ga kenapa-kenapa. Udah diisi bensin juga.”

“Mesinnya kali Mel. Aku ada langganan bengkel di sekitar sekolah kamu, biar aku telepon ya? Nanti motornya tinggal kamu ambil selesai sekolah. Kamu berangkat sama aku pagi ini, mau ya?” tanya Rifki meyakinkan Pamela.

“Aduhh, aku jadi ngga enak deh sama kamu Ki. Emang kamu ngga keberatan?”

“Ngga apa-apa Mel. Malah aku seneng kalo di repotin kamu, biar aku anter ya? Jam masuk kelasku juga masih lama kok.”

“Yaudah deh Ki kalo kamu ngga keberatan.”

Rifki mengambil handphone-nya untuk menghubungi salah satu pekerja di bengkel langganan Rifki untuk mengambil motor Pamela. Setelah menelepon, Rifki menggunakan helmnya dan membantu Pamela untuk mengaitkan kancing helm miliknya.

Pamela menaiki motor Rifki. Rifki menjalankan motornya saat lampu lalu lintas kembali berwarna hijau. “Pegangan Mel, ntar kalo kamu jatuh aku ngga tau.” ujar Rifki dengan segala modusnya.

“Ngga ah, gini aja.”

“Yaudah kalo mau kamu gitu.” dengan senyum jahil yang terbit di bibir Rifki, Rifki sedikit mengegas motornya hingga Pamela terkejut dan memeluk erat pinggang Rifki.

Pamela memukul bahu Rifki dengan wajahnya yang kesal. “Kamu mah! Aku kan kaget, kalo mau ngegas tuh bilang!” omel Pamela.

“Kan emang sengaja Mel hahahaha.” tawa Rifki.

Setelah lima belas menit di jalan, Rifki memberhentikan laju motornya di depan gerbang sekolah Pamela. Pamela turun dari motor Rifki, saat hendak melepaskan kaitan helm, sepertinya kaitan helm tersebut tersangkut. Sehingga membuat Rifki inisiatif untuk membantu melepaskan.

“Kalo ngga bisa ngelepas itu bilang Mel. Jangan sok bisa.” ujar Rifki dan diikuti kekehan dari bibirnya.

“Ih aku bisa! Cuma kaitannya nyangkut. Besok-besok biar aku ngelepas sendiri!” ujar Pamela dengan bibir yang dimajukan.

Mahasiswa & Kenangannya (On Going) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon