Chapter 42

23 8 0
                                    

Holaa guyss, happy reading yaa
❍❍❍

Siang ini, Rifki sedang bersiap-siap untuk ke rumah Calvin. Hari ini para inti anggota Mapala akan menyiapkan undangan sekaligus jadwal diklat para anggota-anggota baru. Rifki membawa tas ranselnya yang sudah berisi laptop, flash disk, dan satu dokumen yang sudah berisi bio data para anggota.

Rifki mulai menyalakan motornya, agar mesin motor panas. Setelah dirasa cukup, Rifki menjalankan motornya menjauh dari rumahnya.

Sekitar lima belas menit, Rifki tiba di rumah Calvin. Di dalam rumah Calvin sudah ada beberapa temannya yang sudah datang terlebih dulu. Rifki menyapa beberapa temannya dan juga Calvin si pemilik rumah. Rifki duduk di sisi kanan Calvin dan mengambil dokumen yang tadi dirinya bawa dan Rifki berikan kepada Calvin. Calvin mengecek isi dari dokumen yang diberikan Rifki. Dan benar, Calvin tidak salah untuk menunjuk Rifki sebagai sekretaris, apa yang Rifki kerjakan selalu benar sehingga Calvin tidak perlu mengulang.

Rifki mengeluarkan laptop yang berada di dalam tas ranselnya. Rifki menancapkan flash disk dan mulai membuka dokumen undangan yang tinggal sepuluh persen lagi selesai. Saat Rifki baru mau mulai mengerjakan, terdengar suara motor Gilang yang baru tiba. Gilang dan Cakra memasuki rumah Calvin yang ternyata tinggal mereka berdua yang baru saja tiba.

“Ngaret bener buset.” celetuk Rifki yang masih mengotak-atik laptopnya.

“Ini nih si Cakra. Tau tadi nyari apaan, jadinya lama.” jawab Gilang lalu duduk disisi kiri Calvin.

Inti anggota mulai mengerjakan bagian mereka masing-masing. Saat Rifki sudah menyelesaikan undangan yang tadi dirinya buat. Rifki menunjukkan undangan itu kepada Calvin untuk mengonfirmasi bahwa undangan sudah siap dikirim ke anggota baru melalui email. Setelah mendapat persetujuan dari Calvin, Rifki mulai mengirimkan undangan yang bersifat PDF itu kepada adik-adik tingkatnya.

•••

Setelah dari rumah Calvin. Rifki, Gilang, dan Cakra memutuskan untuk pergi ke kafe milik Rifki untuk melihat progres renovasi. Saat memasuki bangunan kafe milik Rifki ini betapa terkejutnya Cakra dan Gilang saat melihat isi kafe yang tinggal diberikan cat tembok, kursi-meja, dan beberapa barang pelengkap lain.

Seorang gadis yang memiliki umur tak jauh darinya mendekat padanya. Tangan kanan Rifki. Rifki memiliki asisten untuk sekedar membantunya mengurus kafe saat renovasi dan juga menata berkas keuangan kafe ini.

“Selamat sore Pak. Bagaimana dengan progres yang Bapak inginkan? Apa cukup?” ujar Lady.

“Jangan panggil Pak. Gue masih muda, panggil nama aja. Sekalian kalo sama gue enggak usah formal-formal banget. Umur kita enggak jauh beda.”

“Oke Ki. Gimana sama progresnya? Cukup? Atau ada tambahan?”

“Untuk ini gue rasa cukup. Nanti buat cat temboknya gue mau warna putih tulang ya? Dan untuk barang-barang kaya kursi-meja pelanggan gue mau lo buat se-vintage mungkin, dan bar sekaligus kasir gue mau nanti lo desain selayaknya kayu yang enggak dikasih cat. Lo ngerti maksud gue kan?”

“Oke gue ngerti. Nanti buat selanjutnya bakal gue hubungin biar lo bisa dateng langsung dan lihat progres selanjutnya.”

“Oke, thank-you ya.”

•••

Rifki, Cakra, dan Gilang pergi meninggalkan kafe dan pergi ke rumah Rifki. Setibanya di rumah, Rifki menaruh tasnya di atas sofa ruang keluarga. Rifki mengaktifkan televisinya dan membuka Netflix.

“Lo pilih mau nonton film apaan. Gue siapin cemilan dulu.”

Rifki pergi ke dapur untuk mengambil beberapa snack dan beberapa minuman botol. Rifki membawa nampan berisi makanan ringan dan minuman itu ke depan. Cakra dan Gilang mengambil snack dan minuman yang berada di depan mereka.

Mahasiswa & Kenangannya (On Going) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant